"Selesai!" ujar Dokter Brian lalu memotong benang jahitnya.
"Terima kasih, Dok!"
Setelah mengatakan hal itu, Kanzia lalu meringis sedikit. Walau seorang dokter, ia baru pertama kali merasakan nyerinya dijahit. Ketika jarum melengkung itu menembus kulit dan dagingnya. Cairan bius itu memang berhasil menahan nyeri tapi Kanzia masih tetap merasakannya.
Dokter Brian bangkit berdiri. Ia lalu menoleh ke belakang. Tiga orang pria masih berdiri di sana. Reynand, Wisnu, dan Farhan masih menatap tanpa mengedipkan mata mereka ke arah Kanzia yang baru saja mendapatkan tindakan dari dokter resmi perusahaan Pradipta.
Melihat reaksi tiga pria itu, Dokter Brian hanya menggelengkan kepalanya sambil menyunggingkan senyum. Mereka bertiga terlihat sangat mengkhawatirkan Kanzia. Wanita yang sudah berpindah duduk di atas sofa itu pun ikut mendongak melihat pemandangan yang sama. Namun ia hanya diam menatap datar.