Dada membusung Kanzia membuat pandangan mata Reynand tak berkedip. Bola matanya sontak menekur lurus ke arahnya. Belahan dada rendah pada gaun itu menarik perhatiannya yang memiliki naluri sebagai pria normal.
Situasinya menjadi tak terkendali. Kanzia menyadari sepasang manik hitam itu mengarah ke payudaranya. Wanita itu sontak menyilangkan kedua tangannya di dada, berteriak, "Hei! Apa yang kau lakukan?!"
Kanzia menatapnya geram. Reynand mengerjapkan matanya, segera mengalihkan pandangan dari dua buah bukit sintal yang membusung itu. Sementara, percakapannya dengan Farhan di telepon belum juga ditutup. Farhan mendengar teriakan Kanzia.
"Rey! Apa yang terjadi? Mengapa Kanzia berteriak?"
"Nanti kuhubungi lagi!" Reynand menutup panggilan itu dengan seenaknya. Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang terjadi.