Tut-tut-tut!
Nada sibuk telepon terdengar di telinga Reynand. Pria itu mengembuskan napas kasar. Kanzia baru saja memutus panggilannya begitu saja.
Reynand memang baru saja menuduh Kanzia sebagai orang yang bertanggung jawab atas empat ban mobilnya yang bocor. Namun karena tidak terima, wanita itu sontak memutus panggilan.
"Sial! Mengapa dia seperti ini?!" kesalnya seraya mengarahkan pandangan pada Farhan yang duduk di depannya.
Farhan hanya menggelengkan kepala pelan. Reynand mudah tersulut emosi, dan yang lebih parah, ia malah marah kepada seorang wanita yang baru ia kenal.
"Rey, apa kau tidak terlalu berlebihan menganggap Kanzia pelakunya hanya karena ia yang memberi tahu kalau ban mobilmu bocor?"
"Siapa lagi? Aku tidak merasa punya musuh saat ini." Reynand mengangkat sebelah alisnya lalu menyesap kopinya.
"Mungkin saja Satya? Dia 'kan sudah bebas dari penjara. Pasti ia ingin menuntut balas karena kau memasukkannya ke penjara."