Begitu tajuk utama yang ia baca. Reynand hanya menguncupkan bibir seraya mengangguk-angguk membacanya. Tulisan seorang jurnalis yang membuat ia berpandangan dengan cara yang sama. Teringat seorang pria bernama Jimmy yang adalah putra tertua Berlin yang membeli saham Pradipta. Sedikit banyak, Reynand berharap pria itu membantu memajukan perusahaan mereka.
"Ehm, Berlin, ya ...." Pria itu mengangguk-angguk.
Telinga Kanzia yang sensitif sontak menoleh saat mendengar Reynand menyebut nama keluarganya. Pandangannya beralih pada Reynand yang tampan. "Ada apa dengan Berlin?" tanya Kanzia tiba-tiba.
Reynand tidak menyahut. Dia terus membaca artikel demi artikel di koran tersebut. Kanzia yang merasa diabaikan kemudian bertanya kembali dengan suara yang lebih keras terdengar, "Hei, aku bertanya kepadamu, Bos Pradipta! Ada apa dengan Berlin?!"
"Kau berbicara denganku?" Reynand menunjuk dirinya sendiri.
