Dua orang pria dengan wajah identik dan berperawakan tinggi hampir sama berjalan menghampiri meja Kerja Adam. Pria tua itu mendongak menatap dua putra kembarnya.
"Bagaimana? Ada yang baru?"
"Ayah, Zia sudah memakai kartunya kemarin. Meneruskan kejadian yang sudah kuceritakan sebelumnya, Kanzia memakainya untuk membayar biaya perbaikan mobil mewah pewaris Pradipta," ujar si pria berambut samurai bun.
Adam mengangguk, terlihat tidak kaget dengan yang dikatakan Gathan. Anak ke empatnya itu memang selalu melaporkan apa yang terjadi setiap harinya jika menyangkut Kanzia.
"Akhirnya dia sadar kalau tidak bisa jauh-jauh dari harta Berlin," komentar Adam dengan seringainya.
"Tapi Kanzia sudah bertekad untuk mengganti uang Ayah."
"Kita lihat saja nanti. Adikmu tidak akan bisa apa-apa tanpa Ayah. Jadi ia harus menurut dengan apapun yang Ayah inginkan sekarang."