Kanzia menghela napas, memutar handel pintu ruang praktik poliklinik umum. Rasa bersalah kepada pasiennya seketika menyusup ke dalam hati. Bagaimana tidak? Ia sudah telat hampir dua jam dari jadwal jam praktiknya akibat pertemuan pagi ini dengan Reynand dan neneknya.
Bola mata Kanzia sedikit membeliak melihat seseorang yang duduk di meja konsultasi. Nayara.
"Kak Nay, sedang apa di sini?" tanya Kanzia yang langsung menghampiri wanita itu dan duduk di depannya.
Nayara mengangkat sebelah alisnya. "Menurutmu?"
"Praktik?" tebak Kanzia asal. Tentu saja! Pagi ini bukanlah jam praktik Nayara. Wanita di hadapan Kanzia itu baru akan memulai gilirannya nanti sore.
"Ya. Aku menggantikanmu sebentar. Rey menyuruhku," jawab wanita itu.
"Rey?" Kening Kanzia mengerut sedikit terkejut, "kapan ia menghubungi Kakak? Sedangkan ia bersamaku sejak tadi."