Mendengar perkataan putri satu-satunya, Adam mengulas senyumnya. "Ternyata sudah sampai di telingamu, ya? Jika tidak ingin menikah dengannya, pria mana yang ingin kau nikahi?"
Bola mata Kanzia seketika bergerak ke kanan dan kiri. Keningnya pun ikut mengernyit. Tidak habis pikir frngan pertanyaan sang ayah yang mendadak itu.
"Tidak ada." Geleng Kanzia pelan. Perasaannya jadi tidak enak.
"Di mana masalahnya?" Ulasan senyum Adam belum juga hilang dari wajah keriputnya.
"Aku masih ingin belajar, Ayah. Belum siap untuk berkeluarga," katanya lagi memberi alasan.
"Itu bukan alasan, Zia." Adam menggelengkan kepalanya cepat, "sampai kapan Ayah harus menunggumu? Ayah baru akan tenang jika kau sudah memiliki seseorang yang bisa menjagamu."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri, Ayah." Kanzia menjawab dengan yakin.