Kanzia menutup rapat pintu ruang perawatan Wisnu. Tanpa sengaja ia menoleh ke samping kanannya dan mendapati Reynand yang baru saja memutus teleponnya, lalu dengan cepat memasukkan benda pipih canggih itu ke balik jas. Seketika manik mata mereka bertemu begitu tepat dan menghunjam tajam.
"Sudah mau pulang?" Reynand menyapa dokter tomboi itu. Nada bicaranya terdengar sedikit ramah.
"Ya. Kakakku sudah menjemput," jawab Kanzia datar.
"Oh .... Kalau begitu, hati-hati di jalan, Zi." Reynand menatap dingin seperti biasa.
Kanzia hanya menarik senyum sedikit, lalu segera membalik badannya. Namun baru dua langkah melangkahkan sneakernya, suara pria itu kembali terdengar.
"Dokter Zia." Reynand memanggil.
Walau merasa aneh mendengar Reynand yang memanggilnya dengan sebutan Dokter, Kanzia langsung memutar badannya ke belakang.
"Ada apa, Rey?"