"Tinggal dioles obat dan tutup kembali luka itu dengan kasa. Kurasa kau bisa sendiri. Wanita barbar tidak akan bisa menjadi dokter." Bibir berwarna merah muda Kanzia mengerucut kesal.
"Dan kau juga seharusnya tidak pantas menjadi dokter jika meninggalkan pasienmu, padahal belum selesai memberikan tindakan," tambah Reynand yang menarik setengah senyum mengejek.
Mendengar hal itu membuat rahang Kanzia mengeras dan membuang wajahnya. Tak tahan, wanita itu mengambil peralatannya lagi dari atas meja dan mengoleskan obat di hidung, lalu menutupnya dengan kain kasa. Semua ia lakukan hingga tuntas.
Reynand hanya menyengir seakan menikmati kemenangan. Dia lalu merogoh balik jasnya hendak mengambil ponsel, tapi benda pipih itu tidak ada di sana.
"Sepertinya tertinggal di meja," gumamnya yang langsung mengarahkan pandangan pada Kanzia, "hei, aku pinjam ponselmu."
"Ponsel? Kau 'kan punya!" Kanzia mencebik kesal.