Chereads / Second Life, Second Love / Chapter 15 - Kucing Hitam*

Chapter 15 - Kucing Hitam*

14. KUCING HITAM

"Yang Mulia, apa yang anda cari?, aku bisa membantumu agar cepat-" tawar Weiheng dengan berbisik. Meski ia masih tidak tau apa yang ingin dilakukan tuannya, namun Weiheng tidak akan diam saja. Ia akan melakukan sesuatu untuk Li Xi, meskipun ia harus menutup mulutnya karena Chunyin sejak tadi hanya menyuruh Weiheng agar diam.

Chunyin memotong perkataan Weiheng, "Tidak perlu. Kau bisa menunggu diluar jika didalam sini membosankan" jelas Chunyin dengan sedikit menyindir. Sejujurnya Chunyin tidak tahan dengan orang seperti Weiheng yang cukup banyak bicara.

"Kalau begitu, saya akan keluar untuk berjaga-jaga" ucap Weiheng. Ia hanya dapat melakukan hal yang dapat ia lakukan tanpa ingin mengganggu tuannya. Meski begitu, Weiheng masih cukup khawatir karena tuannya tidak pernah melakukan hal seserius itu, bahkan mencari dengan tangan dan matanya sendiri.

Weiheng menghela nafas, "tidak bisa. Yang Mulia tidak boleh jatuh cinta lebih dalam lagi pada gadis pelayan itu" fikir Weiheng yang benar-benar mengganggap perubahan sikap tuannya itu karena tuannya tengah jatuh cinta.

Setelah Weiheng keluar, akhirnya Chunyin dapat bernafas lega dan dapat dengan leluasa membuka setiap arsip yang tidak sudi untuk ia perlihatkan sedikitpun pada orang dari kekaisaran Li meski dirinya sendiri telah menjadi bagian terpenting dari kekaisaran Li itu sendiri. Untuk beberapa saat, Chunyin merasa ragu namun setelah ia memikirkan lebih teliti lagi. Kasus tentang hantu air di danau giok-nya memang benar-benar memiliki keterkaitan satu sama lain dengan mata air Yue Lan. Awalnya Chunyin berfikir jika korban-korban di danau giok karena racun yang di alirkan dari kekaisaran Li yang sangat mahir dengan hal itu sehingga mencari buktipun akan memakan waktu lama, jadi di masa lalu ia menutup kasus itu dengan asal dan sengaja hanya untuk memancing apakah benar kekaisaran Li tengah melakukan rencana buruk.

"Tapi, tidak mungkin orang ini mengorbankan warganya sendiri" gumam Chunyin yang mengarah pada Li Xi saat berkata 'orang ini'. meski dirinya membenci orang-orang Li terutama Li Xi, tapi Chunyin tidak dapat memungkiri jika Li Xi sebenarnya memiliki sifat yang cukup mirip dengannya. Sama-sama memiliki hati meski dirinya dengan Li Xi menunjukan hal itu dengan cara yang berbeda, tapi Chunyin tau jika Li Xi juga mencintai rakyatnya. Ia tidak akan bertindak konyol hanya untuk memulai pertikaian dengan kekaisaran Feng sehingga menghilangkan kedamaian bagi dua rakyat kekaisaran. Keduanya saling membenci namun tetap memiliki batasan.

"Apa benar-benar hantu air?" gumam Chunyin. Ia berfikir dan mengingat saat jatuh kedalam danau giok.

"Tidak mungkin. Aku tidak merasakan kehadiran mahluk asing apapun saat tenggelam di danau giok" batin Chunyin, "pasti ada hal lain ..." fikir Chunyin saat ia kembali ingat tentang bagaimana ia tidak dapat menggunakan kekuatannya di danau giok.

Chunyin mendecak kesal, "aku harus menyelidiki danau giok dan mata air Yue Lan secara bersamaan jika begini" gumam Chunyin. Ia sadar harus menjalin hubungan baik dengan kaisar Feng agar dapat menyelidiki danau giok diam-diam dengan bebas. Dan baru kali ini Chunyin menyesal dengan keputusan sistem keamanan yang terlalu ketat sehingga ia harus repot dibuatnya sekarang.

"Seharusnya danau giok tidak perlu memiliki penjagaan khusus juga" keluh Chunyin yang mulai berfikir jika dirinya sangatlah kaku. Jika saja tidak dijaga, dirinya saat ini pasti dapat dengan mudah menyamar dan pergi menyelidiki danau giok dengan bebas.

***

An Jia Li segera bangun dari tempat tidurnya. Pakaian dan kasurnya telah basah, namun ia menghiraukannya karena ketika sadar tusuk rambutnya di ambil, An Jia Li tidak dapat berhent memikirkannya. Kenapa selir Zhi Yang mengambil tusuk rambutnya?, padahal ia pasti memiliki banyak tusuk rambut yang lebih bagus dari miliknya yang bahkan kebanyakan terbuat dari giok murni. Ketika merenungkannya, An Jia Li mendapatkan kesimpulan jika selir Zhi Yang mungkin salah paham dan mengira jika tusuk rambut itu pemberian dari kasiar Feng karena di dalam novel, An Jia Li pernah membaca bagian dimana kaisar Feng begitu banyak memberikan barang berharga miliknya kepada tokoh Xiang Lian ini secara diam-diam sehingga tak heran jika selir Zhi Yang mengiranya sama seperti itu.

Perasaan sedih mendominasi An Jia Li dibanding perasaan takutnya akan traumanya. Ia masih tidak dapat melupakan kegelapan dan air dingin yang menyentuhnya tadi, namun ia lebih tidak dapat melupakan pemberian tusuk rambut peony dari kaisar Li Xi padanya.

Saat merenungkan hal itu, angin berhembus melewati pintu dan jendela yang masih terbuka. Angin itu bertiup sampai menembus kedalam kulit sehingga menyadarkan An Jia Li jika bajunya yang basah belumlah ia ganti. Saat mengingat itu, An Jia Li secara otomatis juga kembali ingat tentang sel gelap tempat selir Zhi Yang membawanya tadi. Kepala An Jia Li tiba-tiba terasa sakit. Secara otomatis ingatan An Jia Li tentang saat ia mengalami kecelakaan kembali berputar.

Sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya, saat itu An Jia Li sangat yakin melihat sesuatu yang sangat indah. Ia mengira jika dirinya mungkin sudah berada di taman langit, namun saat membuka matanya ia justru terlahir kembali menjadi seorang tokoh Xiang Lian.

"Waktu itu ... aku melihat taman bunga berwarna putih yang indah" gumam An Jia Li. Perasaan nostalgia tiba-tiba menyelimuti An Jia Li, namun hanya sekejap karena setelah itu An Jia Li dikejutkan dengan sebuah suara berisik dari perkarangan belakang paviliun asrama pelayan yang sangat dekat dengan kamarnya. Awalnya An Jia Li mengira itu adalah seekor kucing hitam, namun tidak mungkin ada kucing berukuran besar melebihi ukuran tinggi tanaman hias yang tumbuh disana sehingga An Jia Li mengambil sapu luar yang terbuat dari bambu yang biasa digunakan untuk membersihkan dedaunan kering yang jatuh.

Meski takut, sifat penasaran An Jia Li mengalahkan rasa takutnya. Ia berjalan perlahan mendekati perkarangan.

"Si-siapa disana?!"

Hening. Tidak ada jawaban sama sekali sehingga An Jia Li dibuat semakin waspada. Ia berfikir apakah ada pencuri yang masuk?, tapi hal iitu tidak terlalu masuk akal untuk para pencuri memasuki kekaisaran Feng yang memiliki sistem keamanan yang ketat. Sekalipun ada yang berhasil masuk, mereka tidak ada yang berhasil keluar untuk membawa hasil rampasan karena mereka akan berakhir di sel tahanan.

Bruk!.

An Jia Li menjatuhkan sapu bambu di tangannya karena kedua tangannya dengan refleks mencengkram tangan lain yang tiba-tiba membungkam mulutnya agar tidak berteriak. Tak ada yang menyangka jika dia adalah Chunyin yang mendapatkan kesalahan dalam melangkah sehingga ia hampir saja ketahuan oleh prajurit patroli, untungnya ia dapat memanjat tembok dan jatuh tepat di perkarangan pavilium asrama pelayan. Chunyin sendiri belum sadar jika mulut yang ia bungkam adalah mulut An Jia Li.

"Lebih baik kau diam atau aku akan membunuhmu" bisik Chunyin mengancam An Jia Li meski ia tidak serius dengan hal itu. Paling-paling ia hanya akan membuat An Jia Li tidak sadar jika An Jia Li berteriak.

Tapi diluar dugaan. Alih-alih berteriak, An Jia Li justru segera mengambil sapu bambunya saat Chunyin tak lagi membekab mulutnya, dan dengan cepat ia melayangkan pukulan di kepala, tengkuk, kaki, dan tubuh Chunyin.

Chunyin yang tidak siap dengan serangan dadakan itu pun harus pingsan karena An Jia Li memukul cukup keras bagian-bagian fatal di tubuh Chunyin.

"Jangan remehkan penggemar novel bela diri, meski aku tidak dapat bela diri tapi aku tau titik-titik fital!" gumam An Jia Li dengan cukup bangga karena akhirnya ada pengetahuan dari novel yang ia baca berguna untuk kehidupannya.

An Jia Li mencolek-colek tubuh Chunyin dengan ujung sapu. Karena yakin pria berpakaian hitam penuh yang tergeletak di lantai itu sudah benar-benar tidak sadar, An Jia Li baru berani membalik tubuh Chunyin dan membuka penutup wajah yang digunakannya.

Alangkah terkejutnya saat An Jia Li melihat wajah yang ia kenal.

"Ya-yang Mulia Li?!" teriak An Jia Li. Ia lalu menutup mulutnya dan menengok kesegala arah untuk memastikan tidak ada seorang pun yang terbangun karena suara teriakannya. Setelah itu, An Jia Li berusaha membopong masuk Chunyin kedalam kamarnya dan menutup rapat pintu serta jendela.

An Jia Li menatap dengan bingung. Ia tidak tau bagaimana bisa ada kaisar Li disini, terlebih ia memukulnya dengan cukup kencang sampai-sampai sang kaiar pingsan dan memiliki luka di pelipisnya. Darah mengalir di pelipis Chunyin dan hal itu yang membuat An Jia Li menjadi sangat panik sekarang.

An Jia Li mondar mandir mengelilingi kamarnya, dan beruntungnya setiap kamar memiliki kotak medis yang disediakan sehingga An Jia Li langsung mengambil kotak kayu itu. Di dalam kotak kayu itu ada peralatan medis yang sederhana dan tradisional serta beberapa botol berisi obat bubuk, cair dan pil.

"Apa yang harus kupakai?!" gumam An Jia Li dengan bingung karena ia tidak terbiasa dengan itu.

"Lupakan saja, aku harus membersihkan darahnya dan menghentikan pendarahannya dulu" ucap An Jia Li sambil menutup kembali kotak. Ia kemudian mengambil baskom berisi air dan handuk kecil untuk membersihkan darah. Setelah membersihkan darahnya, An Jia Li memeriksa luka di pelipis Chunyin yang untungnya hanyalah luka seperti goresan sehingga kepanikan An Jia Li perlahan mereda.

Tidak butuh waktu lama, Chunyin segera sadar dari pingsannya. Ia mengingat apa yang telah terjadi padanya sebelum ia pingsan. Karena Weiheng ia suru kembali kekerajaan untuk mengambil sesuatu, jadi tidak mungkin dirinya ditolong oleh Weiheng saat ini.

Chunyin segera sadar jika dirinya berada di dalam kamar asrama pelayan, dan tentu saja fikirannya tertuju pada pelayan yang sudah memukulnya. Namun perlu waktu cukup lama bagi Chunyin untuk sadar jika dirinya tertidur di pangkuan An Jia Li.

"Xiang-er?!"

Chunyin bangun, namun untungnya An Jia Li masih terlelap ketiduran, jadi Chunyin memiliki waktu untuk melihat Xiang-er nya yang ia rindukan. Meski pertemuan mereka tidaklah baik, namun Chunyin bahagia dan tanpa sadar ia tersenyum. Ingin rasanya ia memeluk sosok wanita di hadapanya itu tapi tidak mungkin baginya melakukan hal itu.

Chunyin melangkah mendekat dan sadar jika penutup wajahnya sudah terlepas sehingga kini ia paham situasinya.

"Xiang-er sudah melihat wajahku ... alasan apa yang harus kubuat?" fikir Chunyin. Sambil memikirkan itu, fikiran Chunyin teralihkan saat melihat ada yang aneh dari Xiang-ernya. Ia lalu melihat lebih jelas lagi dan benar saja, pakaian, dan kulit An Jia Li sangat dingin seperti es, wajahnya bahkan sedikit pucat.

"Apa yang terjadi dengan Xiang-er?!" gumam Chunyin. Matanya menunjukan kecemasan, sedangkan wajahnya memperlihatkan rasa marahnya. Chunyin dapat dengan jelas jika Xiang-er nya itu memakai pakaian basah sampai pakaian itu mengering sehingga kulit Xiang-er nya menjadi dingin dan pucat.

"Siapa yang berani membuatnya seperti ini?!" batin Chunyin yang semakin bergejolak disaat ia menemukan lebam dan goresan lain bekas rantai di pergelangan tangan dan kaki Xiang Lian.

Chunyin mengepalkan tangannya. Ia menjadi tidak yakin membiarkan Xiang Lian tinggal di kekasiaran Feng tanpa dirinya sendiri yang memperhatikannya.

"Aku harus membuat Xiang-er pergi dari sini" gumam Chunyin yang berperang kembali dengan isi kepala dan perasaannya karena bagaimanapun dirinya yang seorang kaisar Li sekarang tidak dapat bergerak sembarangan untuk Xiang Lian.