3. JAMUAN TEH PAGI
"Jiang Yi. Jiang Yi!. Dimana Jiang Yi?!" ketakutan merangsak masuk dan menyelimuti An Jia Li sampai-sampai ia menjadi panik. Ditekan ketakutan akan nasibnya yang akan menerima hukuman penggal, dengan refleks An Jia Li mencari-cari sosok Jiang Yi. Ia berharap suaminya itu dapat menenangkan dan melindunginya. Sampai dititik kesunyian bergema dan membuat An Jia Li sadar jika dirinya tak lagi Bersama dengan Jiang Yi. Hidupnya sudah terpisah. Ia sendirian. Tak ada yang dapat ia mintai bantuan.
"Aku harus bagaimana sekarang?" hanya pertanyaan itu yang terus terlintas dibenak An Jia Li yang kebingungan dan ketakutan. Semua emosinya menjadi satu sehingga An Jia Li harus mengeluarkan air matanya. Bahkan jika ia benar-benar berada di dalam novel itu, ia tak dapat memanfaatkan pengetahuannya yang sedikit karena dirinya belum menyelesaikan bab terakhir novel itu.
Satu-satunya yang sangat ia tau dengan jelas adalah ia sudah bereinkarnasi kedalam novel karya Xing Yi dan menjadi tokoh pelayan Bernama Xiang Lian yang terancam nyawanya. An Jia Li tidak tau dan tidak ingat tentang cerita dalam novel yang sejatinya memang merupakan kehidupan masa lalunya.
Pagi pun tiba, namun An Jia Li masih terdiam di tempat tidurnya. Kedua matanya tak terlihat baik. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan wajah frustasi karena terus tertekan dengan fikirannya tentang hukuman yang akan ia terima nanti.
"Aku tidak bisa tidur semalaman" teriak An Jia Li dalam hatinya seraya bangkit dari posisi tidurnya.
"Bagaimana ini!. Sekarang kantuk menyerangku!. Padahal pagi ini adalah jadwal Xiang Lian untuk menjamu jamuan teh pagi kaisar Feng ... apakah aku benar-benar akan mati hari ini?!"
An Jia Li terus berfikir tanpa henti sejak semalam. Ia memikirkan nasibnya di dunia novel ini, ditambah ia belum selesai membaca seluruh bab novel, hingga ia tidak tau bagaimana alr semua novel yang bisa saja membantunya hidup di dunia ini. Sayangnya kesempatan seperti itu sudah tidak ada lagi. Hanya sedikit yang dapat ia lakukan dengan bekal ingatannya yang masih cukup untuk menjalani kehidupan di bab awal.
Meski begitu, saat ini An Jia Li hanya mampu memikirkan tentang bab yang berisi hukuman penggal itu. ia masih khawatir.
Brak!.
Pintu kamar An Jia Li kembali dibuka dengan cara dibanting. Sebuah tatapan seseorang di ambang pintu kamarnya sukses membuat An Jia Li terdiam membeku di tempat. Peluh meluncur mulus di pelipisnya saat merasakan tatapan nona Liu yang begitu tajam menusuknya.
"Xiang Lian!. Lihat penampilanmu yang masih berantakan itu!. kau fikir jam berapa ini!?" bentak nona Liu.
An Jia Li hendak bicara, namun ia masih tetap gugup mengingat ia masih merasa asing walaupun ia sudah tau tentang nona Liu. Dia adalah salah satu tokoh yang selalu memarahi Xiang Lian. Dia juga seorang kepala pelayan kerajaan Feng yang tegas dan menaruh perhatian lebih ke tokoh Xiang Lian karena selalu ceroboh dan polos dalam melakukan pekerjaannya.
Nona Liu berjalan cepat dengan kesal. Api marah terlihat di kedua matanya.
"Kau dengar apa yang kukatakan semalam dan tadi?!. Kenapa masih diam!. Cepat rapihkan pakaianmu!. Apa kau mau menambah hukuman lagi?" tukas nona Liu yang sontak membuat An Jia Li langsung bergerak cepat. Ia refleks dapat melakukan banyak hal Ketika mendengar kata hukuman yang terus menekannya. Berbekal ingatan bacaannya. An Jia Li pun mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus pelayan untuk jamuan the pagi kaisar dan merapihkan dirinya sesuai dengan standar peraturan pelayan kerajaan.
Di tengah-tengah itu, nona Liu memperhatikan An Jia Li dengan seksama dan menemukan ada keanehanm "ada apa dengan matamu?" tanya nona Liu sambil mendekat menatap mata panda An Jia Li, "kau tidak tidur semalaman?" tanya nona Liu lagi dengan yakin dengan lingkaran gelap di sekeliling mata An Jia Li, terlebih sorot matanya terlihat sayu.
"I-itu ..."
Tidak mau menunggu jawaban dari pertanyaannya. Nona Liu menarik An Jia Li dan membuatnya duduk di kursi. Ia lalu mengambil sebuah kotak yang didalamnya terdapat alat-alat untuk berhias seperti; krim pelembab, bedak, pemerah bibir dan sebagainya. Tentu saja semua itu mulai ia poleskan di wajah An Jia LI yang manis. Polesan itu hanya dipoles tipis, sebab wajah Xiang Lian memanglah sudah bagus pada dasarnya. Nona Liu hanya membuat wajah kurang tidur An Jia Li tersamarkan sehingga enak dipandang.
An Jia Li sendiri hanya terdiam menurut. Ia juga sedikit bingung kenapa nona Liu merias wajahnya hanya karena ada kantun mata dan mata panda?. Bukankah hal itu terlalu berlebihan untuk seorang yang statusnya hanya pelayan?.
Pertanyaan An Jia Li pun terjawab dengan ucapan-ucapan nona Liu yang seakan baru saja mendengar kata hatinya.
nona Liu berbicara dengan nada sedih yang disembunyikannya. "Walaupun hanya seorang pelayan. Kau tetaplah seorang Wanita. Jaga penampilanmu terutama dihadapan kaisar."
An Jia Li seketika termenung. Ia ingat sekarang tanpa harus menunggu nona Liu memberikan penjelasan. Dalam bab jamuan pagi ini juga sedikit diceritakan tentang masa lalu nona Liu.
Liu Qionglin adalah nama lengkapnya. Ia juga seorang yatim, namun ia masih memiliki ibu yang memiliki status sebagai selir kaisar sebelumnya. Sesungguhnya menjadi selir adalah sebuah pekerjaan. Dan karena pekerjaannya itu, keberadaan nona Liu disembunyikan ibunya dari kaisar sehingga ia dapat hidup dengan tenang tanpa memiliki ikatan dengan kekaisaran.
Benar. Ibu nona Liu menjadi selir kaisar Ketika nona Liu masih kecil. Ibu nona Liu juga merupakan seorang bunga desa yang cantik sehingga tak heran jika ia dapat terpilih menjadi salah satu jajaran selir kaisar yang bekerja untuk melayani kaisar.
Namun kaisar yang sebelumnya adalah seseorang yang sangat temperamental. Hingga suatu hari Liu kecil entah kenapa bisa menyelinap masuk kedalam istana untuk melihat ibunya yang bekerja disana.
Saat itu, nona Liu kecil mengetahui kebenaran bahwa pekerjaan ibunya bukanlah sebagai pelayan biasa, melainkan sebagai seorang pelayan khusus kaisar, yaitu seorang selir. Ada banyak jenis selir saat itu, dan ibu nona Liu adalah seorang selir pelayan yang sekedar melayani hiburan kecil untuk kaisar menggunakan wajah cantiknya.
Kehidupan selir penghibur termasuk bu nona Liu saat itu tentu saja dituntut harus selalu tampil cantik dan berpenampilan sempurna, sehingga mereka dapat menghibur dengan wajah cantik dan menyenangkannya. Beberapa aturan juga berlaku seperti harus memiliki mata yng seindah kelopak bunga musim semi, dan senyuman mereka harus menawan.
Saat mereka memenuhi syarat seperti itu, barulah mereka dianggap selir. Namun apa yang terjadi jika mereka tak berusaha meemenuhi syarat itu?, mereka akan mendapatkan hukuman karena menganggap menyepelekan kaisar, dan tidak bisa membuat membuat kaisar terhibur.
Meski begitu, hal yang mereka dapatkan juga sepadan untuk pekerjaan mereka walaupun mereka memiliki kesamaan seperti Wanita penghibur dari rumah bordil kebanyakan. Hanya saja para selir mendapatkan imbalan yang lebih besar tentunya, serta tidak dapat dipermalukan karena status mereka milik kaisar.
Saat itu nona Liu melihat ibunya dijatuhi hukuman karena tak merias wajahnya seperti biasanya. Padahal wajah nona Liu sudahlah cantik tanpa harus dipoles bedak dan pemerah bibir. Namun syarat sama dengan peraturan. Dan siapapun yang tidak memenuhi syarat itu sama saja dengan melanggar peraturan. Dan melanggar aturan sama dengan mendapatkan hukuman.
Kaisar saat itu sebenarnya mengakui kecantikan alami ibu nona Liu, namun ia tetaplah seorang kaisar yang harus terlihat bersikap adil dan bijak. Jadi kaisar tak berkata apa-apa hanya untuk satu selirnya yang dapat merusak martabatnya sebagai seorang kaisar. Hukuman tetaplah hukuman.
Liu kecil pun tak sengaja tertangkap basah sedang mengintip ibunya yang sedang dijatuhi hukuman, sehingga secara naluri ibu nona Liu yang melihat anaknya langsung berlari untuk melindunginya. Nona Liu adalah anak semata wayangnya.
Dari sanalah identitas ibu nona Liu terbongkar dimana dirinya ternyata telah menikah dan bahkan sudah memiliki anak. Hukumannya pun bertambah tiga kali lipat karena ia mengambil hukuman Liu kecil. Meski begitu kerajaan mengumumkan jika pembebasan Liu kecil adalah bentuk kebaikan hati kaisar untuk seorang gadis kecil yang polos.
Hukuman yang diterima ibu nona Liu tak sebatas dikeluarkan dari jajaran selir, namun ia juga diberikan hukuman berat dengan dirusaknya wajah ibu nona Liu dengan air panas.
Hukuman tak memakai riasan itu membuat setengah wajah ibu nona Liu menjadi melepuh dan rusak, sehingga nona Liu memiliki trauma. Sejak saat itu, nona Liu selalu membuat dirinya berpenamilan cantik dan sempurna. Hal itu juga berlaku untuk pelayan Wanita lainnya terutama Xiang Lian yang sudah ia anggap sebagai adik kendungnya sendiri.
Setelahnya, nona Liu pun menerapkan peraturan yang ketat terhadap para Wanita pelayan kerajaan untuk tetap berpenampilan baik. Nona Liu tak ingin melihat hal serupa yang menimpa ibunya juga terjadi pada Wanita lain, meskipun peraturan seperti itu tidak lagi berlaku seiringnya bergantinya kaisar.
Tapi Wanita tetaplah Wanita yang harus menjaga kehormatannya meski status mereka rendah.
Kekaisaran Feng – istana Long Feng.
Jamuan the pagi selalu dilakukan setiap minggu di kekaisaran Feng guna meningkatkan kultivasi dan Kesehatan. Hal ini juga diikuti oleh rakyatnya di rumah mereka masing-masing dengan bebas, entah mereka juga berkultivasi atau tidak. Ketika gong mulai ditabuh, itu menjadi sebuah tanda dimulainya jamuan teh pagi untuk untuk semua rakyat kekaisaran Feng karena hal ini juga menandakan jika kaisar Feng sudah memulai meminum tehnya lebih duluan.
Teh yang diminum oleh kaisar Feng pun sama denga napa yang diminum masyarakat kekaisaran Feng, walau dari segi kualitas tentulah yang diminum kaisar memiliki kualitas tertinggi.
Asal teh itu bukanlah tumbuhan biasa, melainkan dari tumbuhan yang khusus tumbuh di dalam mata air besar Bernama danau giok. Seperti Namanya, danau giok diyakini berasal dari air mata seorang gadis pembawa permata giok naga yang tak berhenti menangisi kekasihnya yang mati di tanah klan bumi itu.
Meskipun catatan tentang hal itu tidak tertulis, namun kisah itu masih turun temurun terus diceritakan sehingga masyarakatpun tak memiliki pandangan aneh terhadapnya.
"Tidak bisa. Aku tidak boleh mati. Bagaimanapun caranya, aku harus menghindari kecerobohan tokoh Xiang Lian demi nyawaku!" batin An Jia Li.
An Jia Li mengambil nampan berisi perlengkapan minum teh dan membawanya dengan begitu hati-hati menuju aula utama tempat jamuan teh pagi dilaksanakan.
Takdir pun mulai kembali menggerakan semua tokoh dalam kisah. Kedua mata itupun bertemu. Antara sorot mata Jiang Yi dalam yang telah berperan menjadi kaisar Feng, dengan sorot mata An Jia Li yang kembali mengulang peran menjadi Xiang Lian. Tentu saja ada sorot mata lain yang menatap An Jia Li saat ini lebih dingin dan penuh dengan aura tidak suka.
Tentu saja itu adalah sorot mata sang tokoh selir kesayangan kaisar!.