2. TERBANGUN (akhir & awal)
Terlepas dari apa yang terjadi, kini Chunyin hanya berharap kehidupan Xiang-er nya itu bahagia, walaupun itu berarti bukan bersama dengannya. Setidaknya di kehidupan keduanya ini, Chunyin dapat melihat Xiang-er nya itu tersenyum, tidak seperti kehidupan lamanya yang begitu banyak mengalami penderitaan.
Chunyin sedikit sadar diri.
Mungkin tujuan takdir mempermainkannya dengan membuat dirinya bereinkarnasi di dunia yang sama dengan Xiang Lian adalah untukmemberitahunya, bahwa di kehidupan manapun mereka tidak ditakdirkan untuk Bersama. Ia hanya ditakdirkan untuk bertemu lalu berpisah. Entah itu dipisahkan oleh maut ataupun karena langit tak merestui.
Chunyin hanya bisa pasrah dan menyerah pada takdir. Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Berusaha menjadi asing dan memulai kehidupan barunya sebagai Zhang Chunyin seorang penulis novel.
Setidaknya, ia bisa menulis banyak cerita fiksi yang didalamnya dipenuhi oleh hal-hal menakjubkan dan akhir yang indah, walaupun semua itu Chunyin lakukan dengan sadar bahwa ia sedang melarikan diri dari kenyataan karena takdir tak mengizinkannya memiliki Xiang Lian.
Tapi, nampaknya takdir masih ingin bersenang-senang dengan Chunyin. Ia mengajak Chunyin menari bersamanya. Belum lama kenyataan menggores luka yang dalam, takdir kembali menabur garam di atas lukanya.
Sehari setelah berita bahagia pernikahan An Jia Li dengan Jiang Yi. Dua hari kemudian berita tentang mereka kembali tersiar dengan penuh duka.
Berita itu berisi sebuah pemberitahuan terjadinya kecelakaan yang telah menewaskan dua pasangan yang baru menikah itu. pasangan itu tak lain adalah An Jia Li dan Jiang Yi yang tewas seketika di lokasi kejadian.
Mati.
Takdir telah membunuhnya lagi.
Dalam dua kehidupan, Chunyin harus melihat kematian Xiang Lian lagi.
Chunyin benar-benar seperti telah kehilangan arti kehidupannya. Sebelumnya ia telah berniat untuk hidup menjadi seorang penulis, dimana cerita-cerita karangannya akan ia tujukan untuk An Jia Li secara tak langsung karena Xiang-er nya itu sangat suka membaca novel fantasi, namun kini An Jia Li telah pergi.
Untuk siapa lagi ia menulis?.
Semangat dan tujuannya untuk terus menulis sudah tidak ada. Xiang-er nya telah pergi lagi dari kehidupannya.
Chunyin putus asa. Ia tak lagi memiliki siapapun di dunia ini, bahkan Jiang Yi kakaknya dan satu-satunya keluarga yang ia punya juga telah pergi meninggalkannya. Meskipun Jiang Yi bagi Chunyin hanyalah peran yang mengisi kekosongan keluarga untuk Chunyin yang selalu mendambakan kehidupan dengan memiliki keluarga.
Tapi sekali lagi, takdir merenggut semua yang berharga disisinya. Takdir mengambil dan membuat dirinya kembali sendirian. Chunyin bahkan sudah merasa asing dengan dirinya sendiri.
Alasan hidupnya telah hilang.
Arti kehidupannya telah sirna.
Satu-satunya keluarganya telah direnggut.
Perlahan dirinya memudar.
Chunyin memutuskan mengakhiri hidupnya dengan Lelah dan berharap keberadaannya lenyap.
"Aku mungkin tak mengetahui segalanya tentangmu, tapi dari sekian ratus juta Wanita, aku memilihmu. Hanya kau satu-satunya cintaku. Aku tidak akan pernah melupakanmu meski raga dan jiwaku menghilang, tapi tidak dengan perasaanku"
Chunyin merasakan sakit yang hebat mendera kepalanya yang seolah telah diputar-putar dan dipukul. Sebuah suara sebelum ia terbangun berdengung di telinganya. Itu adalah kata-kata terakhirnya untuk Xiang-er nya sebelum ia mengakhiri hidupnya.
Begitu banyak ingatan berputar cepat di kepalanya seperti sebuah pusaran angin yang mengacak-acak semua isi kepala Chunyin. Entah itu ingatan kehidupan lamanya ataupun kehidupan barunya. Yang jelas ingatan yang berputar cepat itu adalah ingatan yang tumpang tindih dari dua kehidupan yakni berita kematian seorang wanita bernama An Jia Li juga tentang bagaimana dirinya mengakhiri hidupnya, dan bagaimana Xiang Lian mati. Dua kehidupan dan dua kematian.
"Ap-!"
Chunyin tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia menahan kata-kata histeris keluar dari mulutnya.
Ia terkejut dan menjadi linglung seperti baru saja terbangun dari mimpi yang sangat panjang.
"Seharusnya aku sduah mati ... apa-apaan ini?!"
Chunyin memutar-mutar matanya melihat sekeliling dan dengan cepat merasakan déjà vu, dimana ia merasakan hal yang sama saat ia terbangun sebagai Chunyin di kehidupan kedunya.
Chunyin memijit kepalanya karena terasa pening . ia berfikir dengan banyak pertanyaan. Saat membuka matanya, ia merasa begitu linglung dan bingung. Semua yang berputar di kepalanya seperti sebuah mimpi yang berlalu dengan cepat. Namun dengan cepat pula Chunyin tersadar dari mimpinya yang bukanlah sebuah mimpi. Itu adalah sebuah kenyataan Panjang yang terasa salah.
Chunyin menatap tangannya yang terulur ke atas karena silau dengan sebah cahaya yang berasal dari lampu yang terlihat cukup mewah, bahkan langit-langitnya juga tak kalah mewah dengan ukiran-ukiran rumitnya. Cahaya dari lampu itu membuat matanya cukup sakit seolah Chunyin baru saja keluar dari dalam kegelapan setelah sekian lama tenggelam didalamnya.
Semuanya nyata sekarang. Ia ingat betul apa yang berputar di kepalanya tadi itu bukanlah sebuah mimpi.
"Apa yang terjadi?. Aku ... aku hidup lagi?!" tukas Chunyin. Yang jelas tak ada orang yang akan menjawab pertanyaannya itu.
Chunyin bangkit dari tempat tidur mewah yang ia tiduri dan mencoba mencerna kembali semuanya.
"Seharusnya aku sudah mati" gumannya lagi. Ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya sehingga Chunyin kembali menatap tangannya dan merasakannya jika ia bukanlah roh yang bergentayangan setelah mati.
Mencoba tenang. Chunyin mencoba melakukan hal yang sama seperti dirinya terbangun sebagai Chunyin. Ia menatap semua yang ada di sekelilingnya dengan cermat. Untuk satu hal ia langsung tau jika ia terbangun di sebuah kamar, meskipun kamar itu bukanlah sebuah kamar biasa karena ukiran dan barang-barang yang ada di kamar itu cukup mirip dengan furniture yang ada di kehidupan lamanya, yaitu kamar di dalam istana Long Feng yang tak lain adalah istana di kekaisarannya. Hanya saja semua ornament di kamar yang tempati saat ini begitu berbeda.
Semua hal yang ada di kamarnya saat ini identik dengan warna putih, biru, perak, dan emas. Sangat cerah. Berlawanan dengan warna di istana Long Feng yang lebih identic dengan warna-warna gelap.
"Dimana ini sebenarnya?. Apa aku bereinkarnasi lagi?" tanya Chunyin. Ia penasaran lalu berjalan ke sebuah cermin besar yang ada disana untuk melihat dirinya.
Begitu ia melihat kea rah cermin. Chunyin terkejut bukan main. Bahkan tubuhnya membeku begitu ia melihat pantulan dirinya di cermin.
Air wajahnya berubah gelap. Urat-urat nadi di sekitar pelipisnya menonjol, matanya terbuka lebar dengan tidak percaya. Seketika emosi tersulut. Chunyin pun mengepalkan tangannya begitu erat hingga pembuluh nadinya tertekan.
Chunyin sangat marah dan merasakan kebencian yang dalam secara bersamaan.
"Apa yang takdir rencanakan!. Apa yang ingin langit lakukan padaku?!"
Chunyin tidak dapat menahan emosinya, jadi ia langsung meninju cermin besar itu dengan tidak sabar – memukul pantulan dirinya di cermin begitu ia melihat wajah dan tubuh orang yang ia benci di kehidupan lamanya.
"Bajingan ini!"
Chunyin merutuki takdir. Ia berfikir, bagaimana bisa ia terlahir kembali di kehidupan lamanya dengan tubuh seorang Li Xi yang sangat ia benci karena sudah membunuh Xiang Lian.
Alih-alih bereinkarnasi di tubuh dan dunia yang berbeda. Chunyin justru kembali hidup di kehidupan lamanya dimana dirinya seharusnya adalah seorang kaisar Feng, namun kini takdir masih mempermainkannya dengan sedikit membalik kehidupannya. Ia harus mengulang kehidupan lamanya sebagai Li Xi yang ia benci.
Bukan sekedar rival, namun status Li Xi juga sebagai seorang pembunuh kekasihnya.
Chunyin masiah dengan kesal berdiri di depan cermin yang telah hancur. Tak ada lagi yang memantulkan bayangan dirinya yang berada didalam tubuh Li Xi, hanya saja kebencian begitu jelas terdermin di wajahnya saat ini.
Kebenciannya terhadap Li Xi sudah meresap sampai kedalam jiwanya.
Tok ... tok ... tok
"Siapa!" tukas Chunyin yang masih dalam suasana hati yang suram dan begitu sensitive untuk sekedar menjawab bunyi ketukan pintu yang berasal dari seseorang diluar sana.
"Hamba mohon maaf. Hamba tak bermaksud mengganggu Yang Mulia. Hamba mengantarkan pesan untuk anda" ucap seseorang pelayan dibalik pintu kamar kaisar Li. Suaranya bergetar, bahkan ia buru-buru bersujud dan berbicara dengan penuh meminta belas kasian pada Chunyin saat ini.
Semua staf kerajaan tau sifat kaisar Li Xi yang begitu menjadi temperamental jika sedang marah, bahkan kemarahannya bisa lebih menyeramkan dibandingkan dengan kaisar Feng yang memiliki julukan kaisar iblis di kekaisaran sebelah itu.
Chunyin pun mengambil nafas. Ia harus bersifat natural sehingga tidak menimbulkan keributan dan keanehan untuk menarik perhatian semua orang saat ini karena ia masih harus menenangkan dirinya. Mengingat dirinya saat ini haruslah berperilaku seperti Li Xi.
Chunyin cukup merasa lega karena yang datang padanya hanyalah seorang pelayan biasa dan bukan staf penting dalam kerajaan.
"Berikan pesannya" ucap Chunyin mencoba ramah layaknya Li Xi yang sesungguhnya.
Pelayan itu terlihat takut-takut. Tangannya bergetar saat ia memberikan gulungan pesan pada Chunyin.meskipun sebisa mungkin si pelayan menutupi gemetar di tangannya.
Ketika melihat pelayan itu, ingatan Chunyin tentu melayang pada Xiang Lian yang juga pernah menjadi pelayan di kerajaannya.
Wajah Chunyin seketika melunak. Ada kebahagiaan yang terpancar disana. Ia benar-benar merasa terlahir kembali setelah melihat tahun yang tertera di gulungan pesan yang barus saja ia terima itu. Xiang Lian masihlah hidup di saat ini.
Chunyin mendapatkan kembali ketenangannya.
"Baiklah, kau boleh kembali. Terimakasih" ucap Chunyin lembut.
Ingatannya tentang dirinya sebagai kaisar Feng masih melekat. Tentang bagaimana ia pernah memperlakukan semua orang sebelumnya, terutama para pelayan yang sangat jarang ia berikan ucapan terimakasih hingga ia mengenal Xiang Lian dan hatinya mulai melunak untuk bersikap rendah diri bahkan kepada para pelayan yang memiliki status yang lebih rendah darinya. Kesucian hati Xiang Lian telah mengubahnya untuk menjadi pribadi yang rendah diri.
Chunyin mengerutkan dahinya. Ia kembali berfikir tentang kerajaannya saat ini Ketika ia mengingat Xiang Lian.
"Jika aku menjadi Li Xi keparat ini ... lantas, siapa yang menjadi 'aku' disana?" batin Chunyin. Seketika dirinya menjadi bingung dan bertanya-tanya, apakah ia akan menghadapi dirinya sendiri suatu hari nanti?. Chunyin yang berhadapan dengan kaisar Feng yang merupakan dirinya dulu sangatlah terasa aneh jika difikirkan.
Di malam yang sama saat Chunyin terbangun sebagai Li Xi. Tak ada yang menduga jika Jiang Yi adalah orang yang akan terbangun di dalam tubuh kaisar Feng. Ia bereinkarnasi sebagai Fengyin Haochun. Sedangkan An Jia Li kembali ketubuhnya untuk mengulang kehidupannya sebagai Xiang Lian.
"Apa arti cinta sejati bagimu?"
An Jia Li membuka matanya dan terbangun dari lelapnya setelah sebuah pertanyaan berdengung di kepalanya. Dirinya sama linglungnya dengan Jiang Yi ataupun Chunyin saat baru bangun. Ia bingung dengan kondisinya sendiri dan bertanya-tanya. Dimana dirinya berada sekarang?. Apa yang telah terjadi padanya?.
Pertanyaan itu tak jauh berbeda pula dengan Jiang Yi dan Chunyin. Sambil bertanya-tanya, An Jia Li pun bangkit dari tempat duduknya – ia tertidur di atas meja sebelumnya.
Baru saja Langkah pertama ia ambil, namun kepalanya tiba-tiba diserang begitu banyak ingatan asing.
Tidak!. Ingatan itu sama sekali taka sing. An Jia Li sangat mengenal ingatan itu, hanya saja ingatan itu tumpang tindih dengan banyak kehidupan lainnya sehingga An Jia Li mengalami syok.
"Aku ... hidup?" gumam An Jia Li masih mencoba menyinkronkan kepalanya yang terasa baru saja ia pasang setelah terlepas.
An Jia Liberjalan ke arah cermin yang ada didalam kamar sederhana dan dengan cahaya remang ia melihat pantulan dirinya yang berpakaian pelayan dengan gaya tradisional seperti masa lampau. Semua itu nampak asing. An Jia Li tak memiliki ingatan lamanya sebagai Xiang Lian.
Akhir dan awal. Bagi An Jia Li, ini adalah kehidupan keduanya.
Brak!
Pintu kamar An Jia Li terbuka dengan tebanting cukup keras untuk menampilkan sesosok Wanita muda yang juga mengenakan pakaian yang sama dengan dirinya.
"Xiang Lian!, apa kau perlu mengganggu tidurku?. Kau fikir ini jam berapa?. Teriak-teriak seperti orang gila seperti itu!."
"Cepat tidur atau besok pagi kau akan menerima hukuman lagi karena bangun kesiangan dan tidak menyiapkan teh pagi untuk Yang Mulia Feng!" lanjutnya lagi.
"Ma-maafkan aku!. Aku akan tidur dengan mulut rapat!" ucap An Jia Li spontan dan patuh pada orang yang masih berdiri di ambang pintu dengan mata yang masih setengah tertutup karena terbangun dari tidurnya begitu mendengar suara gaduh dari kamar An Jia Li yang berada tepat di sebelah kamarnya.
"Bagus!' Wanita itu kembali menutup pintu kamar An Jia Li dan pergi meninggalkannya.
Sedangkan An Jia Li – ia masih berdiri tegap seperti seorang tentara yang baru saja terkejut dan terbangun begitu mendengar suara alarm berbunyi, bedanya An Jia Li menutup mata dan mulutnya yang ia lakukan paksa, sampai ia merasa jika Wanita tadi sudah pergi dan memberanikan diri membuka salah satu matanya perlahan untuk memastikan apakah Wanita yang membanting pintu kamarnya tadi itu benar-benar sudah pergi atau belum.
"Nona Liu benar-benar menyeramkan saat bicara!" gumam An Jia Li mendumal.
Sedetik. Dua detik. Tiga detik.
Satu menit berlalu, dan An Jia Li pun tersadar dengan ucapannya barusan yang mengenal nona Liu yang terasa dekat juga jauh.
"Nona Liu?!. Bukankah itu ... dan. Dia memanggilku apa tadi?. Xiang Lian!?" kejut An Jia Li yang histeris namun ia buru-buru menutup mulutnya. Kedua matanya membulat tak percaya. Sebuah ingatan sebelum dirinya mengalami kecelakaan terlintas.
An Jia Li tersadar akan kehidupan sebelumnya dimana ia mengalami kecelakaan dua hari setelah pelaksanaan upacara pernikahannya dengan Jiang Yi. Namun hal yang sangat ia ingat adalah sebuah novel yang pernah ia baca.
"Aku ada didalam cerita novel itu?!" kejutnya. An Jia Li tentu tidak dapat lupa dengan kisah dala novel yang terakhir ia baca dalam hidupnya.
"Bagaimana bisa ... aku menjadi tokoh Xiang Lian si pelayan kerajaan yang akan menerima hukuman penggal karena difitnah selir kesayangan kaisar Feng!"