"Assalamu'alaikum, Likha, kak Azzam, maaf aku baru datang." Keenand yang baru saja memasuki ruang rawat Likha meletakkan barang-barang bawaannya. Dia membawa beberapa bungkus roti, juga sebuah parcel buah yang sengaja dibelinya untuk buah tangan yang akan dia berikan kepada Likha.
"Tidak apa-apa Keend, lalu bagaimana dengan sekolahmu, apakah kamu akan berangkat dari sini besok?" Likha berusaha untuk duduk, tetapi Azzam menahannya. Dia kemudian mengatur tempat tidur Likha agar Likha bisa setengah duduk, tetapi dia tidak perlu menggerakkan tubuhnya karena tempat tidurnya sudah dinaikkan oleh Azzam. Kini Likha berbaring dengan nyaman dengan posisi tempat tidurnya yang sudah diatur oleh Azzam.
"Terima kasih mas..." Likha tersenyum kepada Azzam, lalu kembali menatap Keenand.
"Iya Keend, kamu tidak perlu merepotkan dirimu ikut menjaga Likha disini. Aku sudah cukup menjaganya, apalagi kamu harus sekolah besok." Azzam juga ikut menasehati Keenand. Sementara itu, wajah Keenand cemberut merasa tidak dibutuhkan.
"Kalian berdua ini, apakah kalian mengusirku? aku sudah meminta ijin kepada sekolah bahwa aku tidak berangkat dua hari ini sampai pernikahan kalian besok, jadi aku akan menemanimu Likha. Anggap saja aku adalah keluarga dari mu." Keenand kemudian merebahkan dirinya di sofa. Azzam langsung menariknya.
"Keenand, kenapa kamu malah tidur disitu?" Azzam menarik tangan Keenand hingga kini Keenand kembali duduk di sofa itu, Likha yang melihat kejadian itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Kalian berdua ini kalau bertemu seperti anjing dan kucing, selalu bertengkar tidak jelas." Likha kemudian menatap keduanya, dia kemudian memejamkan matanya. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing melihat kedua lelaki yang berada dihadapannya itu.
"Sayang, kamu kenapa? apakah kamu merasa tidak enak? apa kamu ingin muntah?" Azzam langsung menghampiri Likha yang memijat pelipisnya.
"Tidak mas, aku hanya sedikit pusing. Aku ingin meminum air putih itu, tolong ambilkan." Likha menunjuk sebotol air mineral dinakas tempat tidurnya. Azzam langsung mengambilkan dan membukakan tutup botolnya lalu memberi sedotan untuk mempermudah Likha meminum air mineral itu. Setelah beberapa teguk, Likha merasa sudah cukup. Dia memberikan kembali botol itu kepada Azzam yang langsung menaruh kembali di nakas tempat tidur Likha.
"Sayang, sekarang sudah cukup larut. Kamu tidurlah! biar aku dan Keenand menjagamu. Kamu harus banyak beristirahat, agar besok sudah diperbolehkan pulang." Azzam kembali mengatur tempat tidur Likha ke posisi semula. Sehingga kini Likha bisa berbaring dengan nyaman. Azzam juga menyelimuti tubuh kekasihnya dengan lembut dan pemandangan ini tidak luput dari mata Keenand. Dia merasa lega ternyata Azzam memang sangat perhatian dan sangat menyayangi Likha. Dia merasa tenang melepaskan Likha kedalam tanggung jawab Azzam.
"Baiklah mas Azzam, Keenand, aku akan beristirahat dulu. Kalian juga beristirahat, jangan bertengkar lagi! ingat ini rumah sakit." Likha kemudian memejamkan matanya, Azzam duduk disamping tempat tidrnya sambil membelai kepala Likha dengan lembut hingga akhirnya Likha tertidur. Saat Azzam akan menuju sofa untuk beristirahat, ternyata Keenand juga sudah terlelap dengan nyaman di sofa. Kini Azzam merasa bingung dia akan tidur dimana, lalu Azzam pun tersenyum. Dia mendekati Likha dan ikut berbaring disamping Likha sambil memeluknya dengan mesra. Ketiga orang diruangan itu terlelap dengan sangat nyenyak hingga Adzan subuh membangunkan ketiganya.
"Mas Azzam, kenapa kamu tidur disini?" Likha yang pertama kali bangun mendapati Azzam tidur disampingnya sambil memeluknya, dia mencoba membangunkan Azzam dengan pelan.
"Eh kamu sudah bangun sayang? maaf, semalam aku tidak kebagian tempat. Jadi aku ikut menumpang ditempat tidurmu, tidak apa-apa kan?" Azzam tersenyum dan mengecup kening Likha. Kemudian dia turun dari tempat tidurnya, Azzam kembali menyelimuti Likha. Lalu dia membangunkan Keenand yang masih terlelap dengan sangat nyenyak.
"Keenand, bangunlah..." Keenand perlahan membuka matanya karena tubuhnya diguncang-guncangkan Azzam.
"Apaan sih kak Azzam, aku kan masih mengantuk. Jangan ganggu aku! aku mau tidur sebentar lagi." Keenand kembali memejamkan matanya, tetapi Azzam menarik selimutnya hingga mau tidak mau Keenand terpaksa bangun dan duduk bersandar di sofa dengan mata masih setengah terpejam.
"Keenand, aku mau titip Likha sebentar. Aku mau sholat subuh dulu. Jadi, temanilah Likha sebentar saja. Setelah itu, kalau kau mau tidur lagi terserah." Azzam kemudian meninggalkan kamar Likha untuk menuju ke masjid rumah sakit untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Keenan juga sudah terbangun sepenuhnya sekarang. Dia meminta ijin kepada Likha untuk meminjam kamar mandinya, dia kemudian mandi dan berganti baju dengan baju yang bersih. Keenand terlihat lebih segar sekarang. Dia kemudian duduk ditepi tempat tidur Likha yang dari tadi tersenyum melihat Keenand.
"Keenand, terima kasih banyak ya atas semua perhatian dan kasih sayangmu untukku. Aku benar-benar merasa beruntung memiliki sahabat sepertimu." Likha kembali tersenyum kepada Keenand. Sementara Keenand hanya mengangguk. Mereka kemudian mengobrol tentang keempat sahabatnya yang besok juga akan datang menghadiri acara akad nikahnya. Keenand yang akan menjemput keempat sahabat Likha di asrama sepulang sekolah dan langsung membawa mereka ke rumah Azzam. Tempat dimana acara akan berlangsung, Likha merasa sangat bahagia. Pada akhirnya, keempat sahabatnya bisa mengerti apa yang sedang dialaminya saat ini.
"Assalamu'alaikum.." Azzam baru saja kembali dari sholat, dia kemudian mnghampiri Likha dan membuka sebungkus bubur ayam yang baru saja dibelinya. Azzam mulai menyuapi Likha dengan penuh kasih sayang, lalu dia menatap Keenand yang sudah mandi dan terlihat segar.
"Keenand, kamu juga makan dulu! aku membeli tiga porsi bubur ayam untuk kita. Nanti kalau dingin jadi tidak enak lho." Azzam menunjuk sebuah bungkusan yang tadi dibawanya. Keenand tentu saja langsung melahap bubur itu, dia juga sangat kelaparan karena dari kemarin sore perutnya tidak kemasukan apapun selain air mineral.
"Terima kasih kak Azzam, ternyata kamu sangat perhatian juga padaku. Aku sangat terharu." Keenand menggoda Azzam. Dia kemudian meneruskan kembali acara makannya, lalu dia meminta ijin kepada Azzam dan Likha untuk keluar sebentar.
"Kalian ini sangat lucu, terkadang berantem, terkadang akur sekali. Kalian benar-benar seperti kakak beradik, aku sangat bahagia kalau kalian bisa seperti ini selamanya." Likha tersenyum kepada Azzam yang masih menyuapinya, tak terasa seporsi bubur ayam telah berpindah kedalam perutnya. Kini dia menyuruh Azzam untuk memakan buburnya selagi masih hangat, lalu setelah Azzam selesai menyantap sarapannya dia kemudian membersihkan tubuh Likha dengan air hangat yang sudah disediakan oleh perawat. Azzam bebar-benar pandai merawat calon istrinya, dia menyibin Likha seperti menyibin putrinya. Setiap sentuhannya sangat lembut, takut melukai tubuh kurus Likha. Seteah selesai, dia merapihkan kembali tempat tidur Likha dan menaikkan sedikit tempat tidur Likha hingga kini dia berada di posisi yang sangat nyaman.
"Sudah selesai sayang, kini giliranku untuk mandi. Kamu tunggu sebentar ya sayang.." Azzam mencium puncak kepala Likha lalu bergegas kekamar mandi. Saat dia selesai, seorang perawat telah mencopot infus Likha,. Dia juga memberi tahu Azzam kalau siang ini mereka diperbolehkan pulang. Untuk itu, perawat meminta Azzam untuk membereskan urusan administrasi sebelum mereka pulang. Kemudian Azzam menitipkan Likha pada Keenand yang baru saja kembali, dia kemudian menuju bagian administrasi untuk melunasi semua biaya perawatan Likha. Setelah selesai, Azzam membereskan barang-barang Likha dan kemudian menelepon kedua orang tuanya agar tidak usah menjemput kerumah sakit karena mereka akan pulang menggunakan jasa taksi online. Azzam, Keenand dan Likha meninggalkan rumah sakit siang itu. Azzam dan Likha menumpang taksi, sementara Keenand mengikuti taksi mereka dengan motor miliknya hingga sampai di rumah Azzam.