"Dio, tenanglah! aku tidak apa-apa. Anak kita tidak akan lahir di sini. Ini saja sepertinya belum terjadi pembukaan, aku takut tadi kita terlalu bersemangat." Qiyana menahan senyumnya, begitu juga supir taksi yang mengantar mereka langsung berdehem saat mendengar apa yang di katakan oleh Qiyana. Dio segera mengangguk dan mencium kening istrinya, dia sangat gugup saat ini karena akan menghadapi kelahiran putri pertamanya.
"Sayang, tetapi aku sangat takut kalau akan terjadi apa-apa dengan kalian berdua. Aku sangat khawatir saat ini, bolehkah aku menelepon Azzam agar dia mau menemaniku di rumah sakit?" Qiyana menganggukkan kepalanya. "Tetapi jangan memaksanya ya, Dio! Ini sudah larut malam, kasihan mereka kalau masih harus beristirahat." Qiyana menasihati Dio yang kini mulai mengeluarkan ponsel dan langsung menghubungi Azzam.