"Likha, kamu sangat menggemaskan." Keenand menghampiri Likha dan hendak memeluk nya saat Likha turun dari panggung, tetapi guru bahasa inggris mereka pak Udin segera menjewer telinga keenand.
"Keenand, kamu jangan macam-macam ya! main peluk-peluk anak orang." Pak Udin memarahi keenand. Seketika Keenand tersenyum dan merasa malu, kak Ba'ih dan Likha tertawa melihat pemandangan lucu antara Keenand dan pak Udin yang memang tidak pernah akur.
"Nice Likha, kamu sangat bisa diandalkan." Pak Udin memuji kemampuan Likha. Menurutnya penampilan Likha sangat bagus, mengingat Likha tidak berlatih sebelumnya. Likha melakukannya dengan spontan.
"Terima kasih pak, meski saya tidak berlatih sebelumnya, kami kan panitia jadi sedikit banyak tahu apa yang diinginkan dewan juri. Kalau begitu, saya kembali ke depan ya pak." Likha kemudian meninggalkan ketiga orang lelaki yang memandangnya dengan tatapan yang menyiratkan kekaguman. Saat Likha hendak kembali ke tempat kak Ida dan kak Weny. Saat dia melewati lorong perpustakaan yang ada disekolahnya, tangan Likha tiba-tiba ditarik oleh seseorang dan ketika akan berteriak, mulut Likha ditutupi oleh tangan kekar orang yang kini menangkap Likha.
Dalam hatinya likha sangat ketakutan, apakah mungkin di sekolahnya yang sedang ramai ini ada seorang penjahat yang menyusup. Dia mencoba menenangkan diri, mungkin saja salah satu temannya yang iseng. Tetapi siapa? satu-satunya teman lelaki yang paling dekat dengan Likha cuma keenand dan saat ini keenand masih bersama pak Udin dan kak Ba'ih disana tadi. Tidak mungkin juga keenand mengejarnya dan menangkapnya.
Sementara itu Keenand yang ingin menemui Likha. Setelah mengurusi beberapa perlombaan yang sedang berlangsung, dia kini agak bersantai. Jadi dia akan menginterogasi LIkha tentang perasaannya setelah tiba-tiba harus menjadi peserta lomba. Keenand segera tiba di meja resepsionis tempat kak ida dan kak weny berada, tetapi saat sampai disana keenand tidak melihat sosok Likha.
"kak Ida, kak Weny, Likha dimana? panggilin dong! aku mau bertanya hal penting padanya." keenand dengan pedenya menyeruput es cendol yang masih utuh yang berada di meja itu. kak Ida dan kak Weny menggelengkan kepalanya melihat tingkah keenand.
"Keenand, itu kan es milik Likha, kok main serobot saja dan kenapa kamu bertanya tentang Likha pada kami? bukankah kau tadi membawanya pergi?" kak Weny memarahi keenand yang sekarang menjadi bingung.
"Tetapi tadi dia sudah kembali kesini kak, setelah dia menggantikan Syifa mengikuti lomba pidato bahasa inggris, dia langsung pamit kepada kami dan segera kembali kesini. Kenapa malah aku yang sampai lebih dulu?" Keenand menjadi agak kecewa karena orang yang dicarinya menghilang entah kemana.
"Tenanglah Keen, mungkin dia sedang bersama teman-temannya. Lagian kamu kok nempel Likha terus, jangan-jangan kamu naksir ya?" kak Ida menebak dengan benar.
"Iya kak, aku memang jatuh cinta kepadanya. Aku juga sudah menyatakan perasaanku padanya tetapi dia menolakku langsung tanpa memikirkannya." setelah keenand selesai berbicara kak Ida dan kak Weny tertawa terbahak-bahak, mereka kasihan dengan keenand tetapi juga geli.
"Sayang sekali ya Keen, padahal sebenarnya kalian sangat serasi lho, tetapi kenapa likha menolakmu?" Kak Weny menjadi kepo.
"Itu karena Likha sangat menyayangiku kak, tetapi dia ingin kami hanya menjadi sahabat. Katanya kalau sahabat itu akan lebih langgeng daripada kekasih, Likha bilang antara benci dan cinta itu jaraknya sangat tipis, dia tidak mau diantara kami akan saling menyakiti pada akhirnya. Jadi dari pada aku kehilangannya, aku nurut dech sama apa yang diinginkannya." setelah keenand menjelaskan kedua gadis itu pun mengangguk.
"Ya sudah kak, aku menemui kak Ba'ih dulu. Kalau Likha datang, tolong sampaikan pesanku. Suruh dia mencariku ya kak! terima kasih es cendolnya." Keenand langsung menyelonong pergi. Ida dan Weny yang melihatnya pun hanya bisa menggelengkan kepala mereka, keduanya juga sangat kagum dengan pemikiran Likha. adik kelasnya itu terlihat sangat bijaksana.
Sementara itu Likha mencoba melepaskan dari orang yang menangkapnya dan seketika tubuhnya berhenti bergerak saat mendengar suara orang yang sedang memeluknya dengan erat.
"Likha, kamu bisa diam nggak sih? aku Azzam, aku ingin bicara sebentar saja denganmu, tenanglah dulu." setelah mendengar suara Azzam tubuh Likha segera terdiam dan Azzam pun segera melepaskan tubuh Likha dari pelukannya. Likha segera berbalik dan menatap wajah tampan yang kini berdiri sangat dekat dengannya. Perpustakaan itu sangat sepi karena semua orang sedang sibuk mengikuti berbagai macam perlombaan yang sedang berlangsung dan setelah istirahat nanti adalah acara inti, yaitu motivasi yang akan disampaikan oleh Azzam untuk adik-adiknya di sekolah ini.
"Mas Azzam, kamu mengagetkan ku! aku kira kamu orang jahat yang ingin menculikku, tetapi tentu tidak mungkin kan? aku anak orang miskin. Apa yang akan didapat kalau menculikku?" Likha tertawa sendiri, kemudian dia menatap Azzam yang kini terpaku melihatnya. Likha bahkan melambaikan tangannya didepan wajah Azzam.
"Mas Azzam, apa yang mau kau bicarakan?" suara likha menyadarkan Azzam.
"Likha, ijinkan aku memelukmu sebentar." Azzam menatap penuh harap kearah mata Likha yang kini gantian menatap Azzam dengan bingung.
"kenapa mas Azzam ingin memelukku?" tanya Likha tidak mengerti.
"Semenjak bertemu denganmu, hatiku sangat gelisah. Saat kau ada dihadapanku aku rasanya ingin marah-marah karena hanya bisa melihatmu. Padahal ingin sekali aku memelukmu. Aku ingin melindungimu dan ingin selalu berada didekatmu. Kalau kamu tidak ada, hatiku selalu gelisah Likha. Seperti saat ini, hatiku sungguh gelisah. Tetapi aku tidak tahu apa penyebabnya. Aku hanya ingin memelukmu sebentar kalau kau mengijinkanku." Azzam masih menunggu jawaban Likha yang tetap terdiam. Hingga Azzam merasa hampir putus asa. Dia kemudian meminta maaf dan berbalik akan meninggalkan Likha. Azzam juga sadar kalau permintaannya mungkin keterlaluan.
"Maafkan aku Likha, aku sangat keterlaluan ya? anggap saja aku tak pernah mengatakan ini padamu. Aku permisi." saat Azzam berbalik dan melangkahkan kakinya akan keluar dari perpustakaan itu, tiba-tiba Likha memeluknya dari belakang. Tangannya melingkar dengan erat diperut Azzam, kepalanya bersandar dengan nyaman dipunggung Azzam. Meski Likha adalah gadis yang tinggi, tetapi saat berada didekat azzam dia terlihat sangat imut, karena Azzam itu sangat tinggi. Likha memiliki tinggi 165cm sedangkan Azzam memiliki tinggi 185cm.
"Mas Azzam, aku juga merasakan hal yang sama seperti yang kamu rasakan dan aku sangat nyaman berada dalam pelukanmu." mendengar kata-kata Likha, Azzam berbalik kemudian membalas pelukan Likha. Mereka berpelukan dengan saling terdiam, kemudian keduanya melepaskan pelukan masing-masing. Lalu azzam menatap Likha dengan tajam.
"Likha, kamu besok pulang kan? aku jemput ya. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Sekarang, aku pergi dulu. Aku sudah merasa tenang setelah memelukmu dan penampilanmu tadi, aku sangat menyukainya.