"Keenand, Likha, kalian segeralah berangkat, nanti kalian langsung kembali ke asrama saja, kita akan berkumpul kembali besok sepualang sekolah." Ba'ih menginterupsi Keenand dan Likha, kedua sahabat itu mengangguk. Kemudian mereka segera berangkat menuju kampus orang yang akan mereka temui.
"Likha, pegangan yang erat ya! jangan sampai kamu terjatuh nanti." Keenand segera mengendarai motor milik asrama bersama Likha. Keduanya segera menuju universitas yang cukup ternama di kota ini dan universitas ini masih satu lembaga dengan sekolah plus nusantara. keduanya bernaung didalam yayasan yang sama.
"jangan ngebut Keen, aku takut." Likha memegang erat pinggang Keenand. Sementara tanpa Likha tahu, Keenand tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Likha memeluknya dan Likha tidak menyadari ulah nakal Keenand karena memang Likha tidak pernah memikirkan hal-hal yang buruk tentang orang lain dan tidak penting.
"Likha, bangun! kita sudah sampai." Keenand masih menggenggam tangan Likha yang melingkar diperutnya. Likha segera membuka matanya, dia kemudian melihat sekelilingnya adalah sebuah kampus yang sangat besar dan bersih juga sangat asri karena banyak pohon disekelilingnya. Likha merasakan tangannya digenggam erat oleh Keenand dan tubuhnya menempel di punggung Keenand, dia langsung menarik tangannya dan menjauhkan badannya dari Keenand. Likha langsung turun dari sepeda motor Keenand.
"Maaf Likha, aku tidak ada maksud membuatmu memelukku, tetapi aku terpaksa memegang tanganmu karena kau tadi tertidur. Aku takut kamu terjatuh." Keenand menjelaskan kepada Likha dan Likha mengerti
"Sudah lah Keen, aku berterima kasih padamu. Ayo kita segera mencari orang yang akan kita temui, siapa tadi namanya?" tanya Likha karena lupa nama orang yang akan dia temui.
"Mm sebentar, Muhammad Abdullah Azzam...iya ini namanya," Keenand sangat senang karena baru saja mengingat nama orang yang akan mereka temui. Keenand kemudian mengambil ponselnya dan menelepon Azzam, tadi Ba'ih memberikan kontak Azzam kepada keenand untuk mempermudah pertemuan mereka. Azzam kemudian meminta Keenand menemuinya di kelasnya. Azzam adalah mahasiswa jurusan arsitek, jadi Keenand dan Likha segera bisa menemui Azzam karena Azzam memang cukup terkenal.
"Permisi, selamat siang. Kami ingin bertemu dengan kak Azzam, apakah anda orangnya?" tanya Keenand dan Likha ketika mendapati seseorang yang memunggungi mereka berdua. Saat Azzam berbalik, Likha sangat terkejut karena ternyata orang yang akan mereka undang kesekolah mereka adalah orang yang menolongnya tadi pagi.
"Mas Azzam"
"Likha"
keduanya memanggil nama mereka secara bersamaan, Keenand menjadi bingung dibuatnya.
"Likha kamu mengenalnya?" tanya Keenand penasaran. Likha hanya mengangguk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mas Azzam adalah orang yang menolongku tadi pagi saat aku jatuh." Likha hanya memberitahu Keenand seperti yang baru saja dikatakannya.
"Likha, jidatmu masih memar. Kamu ikut aku sebentar." Azzam menarik tangan Likha dan menatap Keenand dengan tatapan tajam.
"Kamu tunggu disisini sebentar," Keenand langsung bungkam, dia hanya bisa menyaksikan Likha yang dibawa pergi Azzam
"Kamu ceroboh sekali! sudah sejak tadi pagi kenapa lukamu masih bengkak? apa kau tidak mengobatinya, kamu menunggu orang lain untuk mengobati lukamu?" tanya Azzam sinis. Dia tidak habis fikir Likha malah takut terlambat sekolah, seharusnya dia kan bisa meminta ijin kepada gurunya. Lagi pula dia menghilang kemarin, pasti penanggung jawab asrama dan wali kelasnya akan maklum kalau Likha ijin hari ini, tetapi gadis itu tidak memikirkan dirinya sendiri.
"Maaf mas Azzam, tadi setiba di asrama aku langsung berganti seragam dan berangkat ke sekolah karena hampir terlambat. Tadi pas istirahat Keenand sudah mengompresnya dengan es batu, tetapi karena udah terlanjur kelamaan maka bengkaknya belum hilang. Tapi udah nggak separah tadi kan?" Likha merasa tidak enak meninggalkan Keenand seorang diri di kelas Azzam.
"Kenapa Keenand yang mengompresmu, kenapa kamu tidak memikirkan dirimu sendiri? dasar gadis ceroboh!" Azzam marah-marah tanpa alasan. Sekarang mereka sudah sampai di kantin kampus, Azzam segera membeli es batu kemudian membungkusnya dengan sapu tangannya lalu dia mengompres luka lebam di jidat Likha. Wajah Azzam sangat dekat dengan wajah Likha, sehingga Likha bisa merasakan hangatnya napas Azzam di wajahnya.
Orang-orang yang pernah mendengar tentang Azzam merasa terkejut Azzam begitu perhatian terhadap seorang gadis sekolah menengah atas, mereka menatap dengan perasaan heran tetapi tidak berani mendekat. Azzam tidak punya banyak teman di kampus ini, meski sebenarnya banyak yang mahasiswi di kampusnya yang diam-diam menyukainya.
"Maaf mas Azzam, tadi kan aku sudah bilang kalau tidak sempat. Lagi pula ini hanya luka memar, tidak perlu panik kak. Dua atau tiga hari juga akan sembuh sendiri." Likha memang seorang gadis yang santai, dia tidak begitu memperhatikan penampilannya. Dia lebih mementingkan sekolahnya. Jadi kalau ada yang mau berteman dengannya ya Alhamdulillah, kalau tidak ya tidak masalah. Likha ingin menunjukkan beginilah dia dengan apa adanya.
"Dasar gadis bodoh, kamu terlalu lugu hidup dikota ini." Azzam kemudian menyerahkan sapu tangan yang berisi es batu ke tangan Likha kemudaian mengajak Likha kembali ke kelasnya menemui Keenand. Likha dan Azzam tiba kembali dan bertemu Keenand, mereka [Likha dan Keenand] mengutarakan maksud mereka menemui Azzam dan Azzam pun menerima undangan dari sekolah Likha dan Keenand. Setelah dirasa urusan mereka cukup, Likha dan Keenand segera pamit pada Azzam. Mereka pun kembali ke asrama, Likha diantar Keenand sampai depan gerbang asrama putri.
"Makasih ya Keen, aku masuk dulu. Kamu hati-hati." Saat Likha akan masuk ke dalam Likha hingga Likha kemudian berbalik kembali menghampiri Keenand.
Keenand memanggil Likha.
"Likha tunggu, aku ingin bertanya sesuatu padamu." Keenand berteriak memanggil "Ada apa lagi Keen, aku capek banget nich." Likha menghentakkan kakinya, tetapi tingkahnya itu malah membuat Keenand gemas.
"Ini tentang kak Azzam, kenapa kalian bisa seakrab itu? benar kalian baru bertemu tadi pagi?" tanya Keenand pada Likha yang terlihat sangat lelah.
"Besok saja aku ceritakan di sekolah ya Keen, aku lelah, bye.." Likha langsung berbalik dan meninggalkan Keenand. Sementara Keenand menatap dengan putus asa punggung Likha yang kini semakin menjauh. Keenand kemudian meninggaalkan gerbang asrama putri dengan hati yang masih tidak terima ada laki-laki lain yang lebih memperhatikan Likha dan sepertinya Likha juga sangat menikmati perhatian Azzam padanya. Keenand merasa sikap Likha kepada Azzam lebih hangat dibandingkan saat bersamanya.
"Likha, kenapa kau tidak menerima cintaku? apakah kau telah jatuh cinta pada laki-laki yang telah menolongmu itu? atau kau memang belum mau memikirkan hal seperti itu?" Keenand merasa sangat frustasi. Kemudian dia menjalankan motornya menuju asrama putra, dia akan menunggu Likha menjelaskan padanya besok.