Namaku Lathifah. Nurul Lathifah jenis kelamin perempuan. Aku lahir di Magelang, dari seorang ibu. Kalau akunya mau minta sesuatu aku memanggilnya "ibu kulo ". Dan tadi baru selesai baca buku.
Nama depanku dinamai oleh nenekku yang aku sayangi. Sayangnya kakekku tak ada untuk melihat cucunya lahir saat itu. Namun, walau belum pernah melihat kakek. Dia akan slalu menjadi seseorang yang aku kagumi, dan dia adalah komandan polri. Dia lahir di Gledek, kabupaten Magelang, Jawa Tenggah.
Asal tau saja si ibu lahir di Jawa Tengah tepatnya di kota Magelang. Dia seorang ibu rumah tangga. Ayah seorang modifikasi mobil di Jakarta. Tapi, anehnya didaerahnya Mojokerto dikenal sebagai seorang Qori Qur'an yang merdu.
Sebelum dinikah dan lalu diboyong ke Jawa Timur oleh ayahku. Ibuku adalah seorang penari pada masanya. Ibuku, meski waktu itu masih kecil. Tapi, sudah sering berlatih disanggar tari.
Menurutku, dia punya bakat yang lain dalam bidang suara. Sepanjang waktu selalu siap untuk nyanyi, terutama di kamar mandi dan di dapur ketika masak.
Oleh dirinya. Seni benar-benar menjadi bagian keluargaku dan kata ibu kakekku mendukungnya dengan kekuatan militer.
Aku merasa bersemanat tentang hal ini. Dia memperlihatkan anak-anaknya ke pengalaman seninya. Membantu diriku untuk melihat banyak hal dalam lebih dari satu sudut pandang. Menjadi terbuka untuk semua ekspresi.
****
Sejak kecil, aku tinggal di Magelang, yaitu di daerah kawasan candimulyo. Tahun 2004, karena tahun 1997, keluargaku pindah ke candimulyo. Sehingga ayah, ibu, 2 kakakku dan semua barang-barang di kontrakan pun jadi pada ikut pindah. Dan aku belum lahir didunia saat itu. Akan aku ceritakan kisanya.
Waktu itu keluargaku tinggal di rumah nenekku. Akhirnya ibuku memutuskan untuk tinggal di kontrakan tahun 1992. Kontrakan, yang di tempati keluargaku merupakan sepetak rumah terbuat dari anyaman bambu. Pada zaman dulu kebanyakan kontrakan emang seperti itu. Bila datang musim penghujan air akan masuk dalam kontrakan. Bahkan anyaman bambu itu banyak lobang dan cela-cela yang besar.
****
pada saat itu ayahku bekerja ditempat bernama armada. Dan si ibu seorang ibu rumah tangga yang sedang berbadan 2. Berjalannya waktu momen-momen yang ditunggu telah tiba. Akan tetapi, Allah berkehendak lain. Kakakku sudah meninggal dunia di dalam rahim si ibu dan dokter memutuskan untuk menyelamatkan ibunya. Sangat terpukul hati ayah dan ibuku. Saat dokter mengangkat bayi itu dan menyerahkan pada ayah. Ayah menangis saat mengazani bayinya yang sudah meninggal dunia. Bayi itu langsung di berinama" Eko Romadhon ". Karena, lahirnya pada bulan romadhon. Bulan yang suci dan penuh kenikmatan.
Seiring berlalunya waktu, si ibu mulai berjualan ketring dan ayah pindah kerja di Jakarta. Dan ini awal dari kisah bahagia mereka berdua.
Tahun 1990 kakakku lahir didunia. Imam namannya. Jail dan lucu itulah dia. Anak pertama yang lahir didunia. Pelengkap pertama keluarga kecil ayah dan ibu. Selisih 7 tahun lamanya ibu melahirkan anak ke 2 namanya suci lucu orangnya kayak pelawak. Lahir tahun 1997. Setelah 7 tahun, tahun 2004 aku lahir didunia. Dan inilah perjalanan kisahku.
****
Aku saat itu sekolah di SMP Negeri yang ada di Candimulyo.
Bagiku, itu adalah sekolah yang paling romantis sedunia. Bangunannya bagus karena keurus. Ada tumbuh pohon besar di lapangan bawah. Cabangnya banyak dan bagus kalau dilihat senja hari, siang, juga pagi kalau ada waktu. Sebagian orang percaya pohon itu berhantu, tapi aku gak takut, kecuali kalau pohonnya bisa berpindah-pindah tempat. Aku pasti akan lari.
Dulu, jalan di depan sekolahku. Cuma jalan biasa, lebarnya kira-kira 4 meter dan banyak angkot yang setai. Sehingga untuk bisa sampai di sekolah, kebanyakan siswa naik angkot.
Sekarang jalan itu sudah berubah, angkot pun sudah gak ada. Berganti kendaraan bermotor.
Rasanya, waktu itu, Candimulyo masih lumayan sepi, belum begitu banyak orang. Setiap pagi masih suka ada kabut dan hawannya cukup dingin, seperti memaksa orang untuk memakai jaket kalau punya.
****
Selain romantis. Sekolah itu adalah tempat yang banyak menyimpan kenangan. Terutama menyangkut dengan seseorang yang sangat aku cintai, yang pernah mengisi hari-hariku di masa lalu. Sore ini kisahnya ingin aku ceritakan padamu.
Akan aku tulis semua sesuai dengan apa yang terjadi, meskipun tidak akan begitu detail, tapi itulah intinya.
Beberapa nama tempat dan nama orang ada yang sengaja aku samarkan. Agar tidak menjadi suatu persoalan dengan pemilik tempat dan orang yang bersangkutan.
Sebelumnya, aku mau cerita dulu dimana posisiku sekarang. Sore ini aku sedang diruang tamu bersama novel kesukaanku dan lagu-lagu Jikustik ( Untuk Dikenang ) di kawasan Candimulyo. Dirumah yang aku tempati bersama keluargaku.
Saatnya kita mulai, dan inilah ceritanya :
****
Sejak menikah dengan Ayah, ibu selalu ditinggal merantau dinegeri orang, yaitu di Jakarta. Dan ibuku selalu setia menunggu Ayah pulang ke Magelang.
Waktu aku duduk dikelas 3 SD, aku bermimpi ingin jadi sastrawan. Seorang sastrawan yang terkenal. Ibu kulo itu panggilan manisnya, selalu berkata " Kamu bisa!! Dan kamu pasti bisa " aku hanya tersenyum bahagia karna mempunyai seorang ibu yang luar biasa.
Dukungan merupakan kekuatan yang sangat berharga seperti terangnya bulan tanpanya langit malam sepi dan gelap. Sama halnya mimpi, cita-cita itu yang slalu diinginkan semua insan. Aku pun sama punya mimpi yang harus aku lakukan adalah berusaha, berdoa dan sabar itu yang aku lalukan.
****
Hidup pasti akan berkembang, di saat anak-anaknya sudah mulai tumbuh besar, ibu merasa senang tinggal di Magelang, yaitu di kecamatan Candimulyo, desa Gledek Podosoko. Sekaligus menjadi lebih dekat dengan saudara-saudara ibuku yang tinggal di Gledek.
Waktu aku duduk di kelas 5 SD, Ayah selalu bilang raihlah ilmu sampai ke Negri Cina. Setiap perkataannya selalu menjadi pengingat bagi anak-anaknya.
Dirumah yang sederhana itu selalu ada canda tawa yang menghiasi. Dan berkumpul sambil menikmati teh buatan ibu menambah rasa manisnya keluarga ini.
Kebahagiaan itu adalah momen terindah yang ada seperti pohon cemara yang slalu bersama merindangkan tempat agar teduh. Bersama adalah cara terbaik untuk saling mengingatkan. Bagaikan pohon cemara yang slalu bersama hingga akhir cerita nyata.
****
Si ibu tidak bisa ikut ayah yang tinggal di Jakarta karena harus bekerja di salah satu bengkel mobil yang ada di Jakarta. Melalui semua itu, kami hanya bisa bertemu Ayah pulang ke Magelang, yaitu setiap 3 bulan sekali.
****
Awalnya, si ibu hanya penjual ketring. Entah bagaimana, pada 1992, ibu mendapatkan orderan yang cukup banyak. Namun pada 1997 ibu tidak lagi berjualan karena harus mengurus anak-anaknya. Itulah cerita tentang si ibu, ibuku. Jangan sampai membahas banyak-banyak, biar tidak melenceng kemana-mana. Pokoknya, ibu adalah kenyamananku. Ibu memanggil kami dengan sebutan " Anak Ibu " dan ibu menganggap itu sebagai suatu kasih sayang untuk ibu menjadi bisa bilang
"Anak ibu, mari bantu ibu bersih-bersih ".
****
Sekarang tentang Ayahku. Ayahku lahir di Mojokerto, Jawa Timur, aku kira pekerjaan ayahku menjadi montir nyatanya ayahku adalah seorang modifikasi mobil. Sesibuk apapun ayahku tetap ingat kepada Allah SWT.
Ayahku seorang pria sejati, selalu tegak dalam agamanya. Lagu kesukaan ayahku adalah " Lir-ilir ".
Ayahku dikenal di Gledek akan keramahannya, seorang pria yang manis, dan juga romantis. Ayahku tidak pernah lupa selalu mengabari kami di saat ayah sedang bekerja. Yang bisa kuingat, ayah pernah berkata kira-kira begini.
" Jangan khawatir, ayah akan pulang . Disini, ayah terus gembira karna ayah yakin akan segera bertemu dengan kalian ". Ayahku orang yang tegas, tetapi mudah untuk tertawa. Itulah cerita tentang ayahku.
****
Aku sangat bahagia bisa lahir dikeluarga yang sederhana dan penuh cerita. Setiap hari slalu ada senyum yang menghiyasi.
Saat ayah pulang keluarga ini sangat lengkap. Ibu pun bahagia bisa bertemu dengan ayah.
" Sosweet...." kataku
Ayah dan ibu tersenyum dengan manjanya.
Di ruang keluarga kita semua berkumpul dan bercanda. Bercerita, bertanya-tanya. Ruang keluarga menyimpan kenangan yang luar biasa indahnya. Saat aku kecil pun ibu menemani aku bermain di ruangan ini. Sunggu indahnya masa kecil itu. Cinta ibu itu menenangkan karena di setiap keluhan kita. Ia hadir menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Dan bila aku ditanya, kenangan apa yang terindah. Aku menjawab kenanganku bersama keluarga yang terindah.
****
Dan kenangan itu kujadikan cerita yang ku simpan di benakku tentang ibu yang mengajarkannku apa arti kesabaran.
" Bersabarlah " katanya
" Tapi, ibu.. " tetesan air mata dipipiku
" Kamu bisa melewatinya. Cobaan bukan untuk di takuti tapi, dihadapi. Ejekan orang, fitnahan orang itu lupakan. Yang harus kamu lakukan bersabar, tegar bangkit dari kesedihan tunjukanlah pada dunia kalau kamu bisa. Dan buktikan kalau hinaan mereka itu salah. Sabar ya sayang.."
" Iya..ibu aku akan slalu bersabar dan tegar melewati semua ini "
" Iya, ini baru putri ibu "
" Ibu kulo jangan "
" Iya deh "
" Iya deh??? "
" Lalu ibu bilang apa ?? "
" Putri ibukulcan "
" Apalagi itu!! "
" Lathifah suka aneh-aneh bu.." kata kakakku
" Iya..." sambil tertawa
" Namanya..... putri dari ibu kulo cantik " aku tersenyum manja.
" Aneh-aneh aja "
Tertawa seisi rumah. Aku bukan komedian yang bisa melucu. Aku ya aku. Lathifah yang apa adanya.
****
Kebersamaan bersama keluarga membuat suasana sunguh berbeda. Tertawa bersama, bercanda itu caraku untuk melupakan penat yang aku rasa. Ujianku itu adalah sekenario tuhan yang harus aku perankan dalam ceritanya. Beralur-alur cerita yang nyata.
" Lathifah.." kakakku memanggil
" Iya.."
" Minjem buku dong "
" Buat apa?? "
" Minjem aja! cepat! "
" Ih!!! "
" Mana..?? "
" Ini, tapi jangan aneh-aneh dengan bukuku ya.."
" Iya.."
" Ok kakak galak " sambil tertawa mengonda
" Lathifah...!!!!!"
" Hahahaha.."
Aku dengan kakak jarang akur tapi kakakku itu sangat sayang dengan diriku. Aku sering mengodanya sampai dia marah semarahnya. Kalau marah kayak singa kelaparan. Hahaha
****
Orang tuaku bagaikan malaikat tanpa sayap. Terutama ibuku orang yang tegas penuh wibawa itu adalah ibuku. Tidak ada satupun anak yang brani membantah apa kata ibu.
" Lathifah..." Ibu memanggil
" Iya, ada apa ibu?? "
" Sini, ibu mau minta tolong belikan beras di warung ya.."
" Iya ibu.."
Perintah ibu adalah perintah yang harus aku laksanakan. Bukan hanya ibu saja, namun ayahku juga. Mereka adalah
malaikat tanpa sayap bagiku seperti rembulan yang bersinar terang dilangit malam. Sungguh elok dipandang. Karna sinarnya yang sungguh menawan. Itu tentang rembulan adalah kedua orang tuaku. Dan bintang adalah aku dan kakak-kakakku yang bersinar di samping rembulan malam.
Saat aku berada di kesunyian malam aku melihat rembulan yang terang. Di situ aku menatap malam rembulan dan bintang-bintang.
****
Aku slalu berdoa dibawah langit malam agar aku bisa membuat orang tuaku bahagia, tersenyum dengan manisnya. Mengangkat drajat orang tua itu yang slalu aku ucapkan pada Allah.
Agar aku bisa membuat orang tuaku bahagia. Dimalam itu hanya ada rembulan dan bintang-bintang saksi dari doa yang slalu diucapkan olehku.
Apa daya aku tanpa mereka??
karna mereka slalu ada untukku sampai sekarang aku mampu berdiri tegar hingga saat ini. Berkat kedua orang tuaku aku bisa lahir didunia melihat bentangnya cakrawala dilangit yang indah.
****
Kedua orang tua digambarkan seperti seorang pelukis yanh berperan untuk mewarnai kertas putih yang tidak lain adalah anak-anaknya.
Seperti sosok pahlawan, tidak hanya seseorang yang berjuang pada masa lampau tetapi sosok pahlawan bisa juga seseorang yang berada di sekeliling kita saat ini. Sosok yang rela melakukan apapun untuk kebaikan dan kebahagiaan anaknya.
Perjuanganya tiada tandingi. Menurutku ibu sangat luar biasa ibu salalu menghampiriku saat aku sedang belajar. Itu adalah cara ibuku untuk bisa menggetahui kehidupanku dan aktivitasku.
" Lathifah..."
" Ibu "
" Lagi belajar apa Lathifah?? "
" Belajar Ips bu, oh ya kakak udah pulang bu "
" Belum, nanti juga pulang "