Malam hari dikediaman Greisy sangat sepi karena penghuninya belum ada yang pulang. Para maid disana sudah menyelesaikan pekerjaannya sejak pukul 17.00 sore tadi dan mereka sekarang sedang bersantai di kamar masing-masing. Deru sepeda motor terdengar memasuki pekarangan yang luas itu. Para maid segera bergegas untuk menyambut sang pemilik motor tersebut.
Di bukanya pintu utama yang ber-cat putih gading itu oleh kepala maid yang bernama Velisia. Setelah pintu tersebut dibuka nampaklah Elena dengan setelan baju hitam polos, celana jeans panjang berwarna hitam dan jaket denimnya jangan lupakan juga helm yang ia tenteng.
"Selamat datang Nonna muda" sambut Velisia
"Sudah aku bilang bibi Elis tidak usah memanggilku dengan sebutan Nonna muda panggil saja namaku, bibi lebih tua dariku" ucap Elena dengan nada yang tenang namun terkesan dingin
"Sudah kewajiban ku Nonna" balas Velisia
"Baiklah terserah" akhir Elena
"ALVIN...ALVIN...DIMANA POWER BANK KU CEPAT KEMBALIKAN!!" teriak Elena dari kamarnya yang terletak di lantai dua. Tak kunjung mendapat balasan dari sang adik Elena pun turun dari lantai atas.
"Bibi dimana Alvin?" tanya Elena pada salah satu maid yang berada di dapur.
"Tuan muda belum pulang Nonna" jawabnya sambil menuangkan susu pada gelas dan memberikan itu kepada Elena
"Sialan kemana perginya bocah ingusan itu" dengus Elena
"Aku bukan bocah ingusan jika kau ingat" sahut sang adik dari arah anak tangga. Alvin baru saja sampai dan ingin menuju ke kamarnya.
"Ohohoh dari mana kau boy? apakah latihan basketmu sampai malam?" tanya Elena dengan nada mengejek
"Hey kau mengejekku?" ucap Alvin
"Hahahaha mana ada aku mengejekmu bocah, aku hanya bertanya" balas Elena sambil meletakkan gelas bekas susu tadi.
"Sejak kapan kau bisa tertawa selepas itu?" tanya Alvin sambil menuju dapur dimana Elena duduk.
"Sejak mengejekmu" balas Elena
"Apakah Daddy akan pulang hari ini?" tanya Alvin
"Entahlah semoga saja dia pulang" balas Elena dengan menumpukan dagunya pada meja marmer di dapur.
Setelah perbincangan kecil itu Elena dan Alvin pergi ke kamar mereka masing masing untuk beristirahat. Namun Elena tidak bisa beristirahat dengan tenang di ranjangnya dan memutuskan untuk pergi ke luar mencari angin. Ketika ia sudah didepan pintu utama ia dikagetkan dengan suara Alvin.
"Kak kau ingin kemana?" tanya Alvin yang sedang menuruni tangga.
"Aku akan pergi keluar untuk mencari angin saja, apa kau mau ikut?" balas Elena yang mengancingkan kaitan resleting jaketnya.
"Hem kurasa ikut lebih baik hehe" balas Alvin
"Maka cepatlah berganti pakaian boy" perintah Elena
Mereka berdua pergi ke taman menggunakan mobil merah Alvin. Mereka keluar rumah pukul 23.30 bukankah itu tidak baik untuk remaja berkeliaran? huh~entahlah apa yang dipikirkan Elena dan Alvin hingga pergi ke taman selarut itu.
Mereka baru pulang pukul 02.00 dini hari karena udara mulai dingin dan Elena juga sudah mulai mengantuk. Sebenarnya Alvin sekarang sedang kelaparan tetapi sang kakak tidak ingin berhenti di restoran maka sangat terpaksa Alvin terus melanjutkan perjalanan nya pulang. Mereka sampai di rumah pukul 02.30 dini hari, perjalannya sedikit macet karena ada kecelakaan.
Sinar mentari mulai menerobos masuk melalui celah gorden kamar Elena. Ia masih mengantuk karena ia hanya tidur 2 jam. Salahkan saja Alvin yang ingin dimasakkan nasi goreng oleh Elena. Ia sudah berkata pada Alvin 'Bangunkan saja bibi Elis dan suruh dia memasakkan untukmu' tetapi Alvin tidak ingin karena alasan 'Kasihan bibi Elis, ini masih terlalu pagi untuk ia bangun' ingin sekali rasanya Elena menendang bokong sang adik.
Elena pun segera bangun dari tidurnya dan melihat jam di atas nakasnya yang menunjukkan pukul 06.00 ia pun segera bangkit dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dilain Elena, Alvin sekarang masih bergelung dengan selimut tebalnya. Meski alarm sudah berbunyi nyaring tapi itu tidak menggangu tidur si kerbau itu.
Gebrakan pintu dikamar Alvin membuat sang pemilik kamar terpenjerat kaget dari tidurnya.
"ALVIN...BANGUN....YA BOCAH SIALAN CEPAT BANGUN KAU ATAU PINTU INI KU DOBRAK!" teriak Elena dari balik pintu.
BRAK...BRAK pintu kamar Alvin terus ditendang oleh Elena karena kesal bukan main sang adik dari tadi sudah dibangunkan malah tidak kunjung bangun.
CKLEK pintu kamar Alvin terbuka menampilkan lelaki remaja dengan penampilan yang errr~seperti gelandangan
"Kau bisa merusak pintu ini bodoh" protes Alvin
"Heh salahkan saja telingamu yang tuli itu, aku sudah berteriak-teriak seperti orang gila hanya untuk membangun mu sialan!" bela Elena
"Lalu sudahkan kau liat kak aku sudah bangun,maka sekarang pergilah" ucap Alvin yang akan menutup pintu, namun terlebih dahulu ditendang oleh Elena dan membuat Alvin terhuyung ke belakang
"Tidak kah kau lihat sekarang jam berapa boy?, KITA HARUS CEPAT PERGI KE SEKOLAH BODOH KALAU TIDAK KITA AKAN TERLAMBAT!" teriak Elena
"Ckckck kak bukan hanya tenagamu yang seperti bison melainkan suaramu juga sudah seperti sirine ambulan juga" ucap Alvin sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya.
Karena Elena merasa kesal dengan sang adik ia pun berangkat ke sekolah sendirian. Ia berangkat sekolah kali ini menggunakan sepedah motor kesayangannya. Disekolah ia suah disambut oleh Gilbert,David, dan Vicky yang tak lain adalah sahabatnya.
Elena turun dari sepedah motor dengan wajah datarnya. Ia tidak pernah tersenyum jika disekolah, entah mengapa seperti itu tetapi jika ia dirumah sangatlah ceria tetapi tidak jika di rumahnya ada Daddy nya. Sahabatnya kini sudah berada dihadapan Elena
"Hai Elena! mengapa kau kelihatan sangat lelah apakah kau kurang tidur?" tanya Gilbert
"Tidak" singkat tidak padat namun jelas itulah jawaban Elena. Sahabatnya pun sudah memaklumi sifatnya.
"Oh ya mengapa kakak tidak berangkat bersama Alvin?" sekarang giliran David yang bertanya. David memanggil Elena kakak karena ia adalah adik tingkatnya.
"Dia belum mandi" jawab Elena.
"Ahhh begitu" balas David
Elena, Gilbert dan Vicky mulai memasuki gedung kelasnya dan menyisakan David yang sedang menunggu Alvin. Ketika Elena, Vicky dan Gilbert memasuki kelas suasananya yang semula ramai mendadak hening, tapi itu sama sekali Elena gubris. Ia terus melangkahkan kakinya menuju bangku pojok kanan belakang. Kemudian ia mulai menelangkupkan kepalanya ke atas meja.
Gilbert dan Vicky pun sudah terbiasa dengan pemandangan disampingnya. Ketika jam menunjukkan pukul 07.00 kelas belum juga dimulai, Elena pun bertanya kepada ketua kelasnya.
"Hey kau lelaki berkacamata! kenapa pak Jeffry belum datang?!" tanya Elena
"Entahlah aku juga tidak tahu" jawab ketua kelas yang dipanggil 'lelaki berkacamata' oleh Elena
Ketika Elena akan menelangkupkan kembali kepalanya seorang lelaki yang diketahui bernama Edward berkata di depan pintu 'Pak Jeffry tidak hadir jadi jam kita kosong sampai pulang nanti' setelah Edward selesai berkata tersebut. Elena segera melenggang pergi dengan tasnya yang disampirkan di bahu kanannya.
Gudang kosong yang sudah ditinggalkan ya..sekarang Elena berada di situ. Gudang itu adalah base camp Elena dan Alvin, mereka berdua menyulap gudang tersebut menjadi seperti rumah. Disitu ada ruang bersantai,ada 4 kamar dan 2 kamar mandi,dapur,ruang bermain game,ruang untuk menonton tv. Gudang tersebut sangat luas sehingga masih ada ruang yang mereka biarkan begitu saja lagian mereka hanya tinggal berdua jika di gudang itu.
Ketika Elena akan merebahkan tubuhnya di sofa ruang tv ia terperanjat kaget ketika pintu gudang terbuka. Pintu sudah terbuka menampilkan sang adik dengan keadaan errr~seperti gelandangan tetapi ada beberapa luka memar di wajah tampannya.
"Hey boy kenapa wajahmu?" tanya Elena sambil berdiri dan melangkah mendekati sang adik.
"Aku tak apa,mengapa kakak ada di sini?" jawab Alvin.
"Hey jika aku bertanya jawablah bukan malah memberiku kembali pertanyaan bodoh!" ucap Alena kesal.
"Hem aku tadi habis berkelahi dengan Alexa" jawab Alvin sambil duduk di sofa hitam.
"Mengapa kau bertengkar dengannya? apa dia berbuat kesalahan padamu?" tanya Elena
"Hem..dia mengungkit masalah mommy" balas Alvin sambil menunduk
"Hey boy..ingat tidak boleh menangis" Elena mengusap punggung sang adik. 'Sialan berani beraninya dia' geram Elena dalam hati.
"Kak aku..aku rindu mommy" ucapan Alvin sangat sendu
"Aku juga bodoh, kau kira cuma dirimu!" decak Elena.
Grissham sedang menjalankan bisnisnya di kota S, ia sedang merindukan anaknya. Ia berharap pekerjaan ini cepat selesai dan ia akan pulang untuk bersantai bersama keluarga kecilnya. Helaian nafas terdengar dari mulutnya, Grissham begitu lelah ia hanya tidur setengah jam tadi. Andai istrinya masih hidup pasti ia akan meminta pijit.
Grissham mengambil ponselnya untuk menelfon sekertaris nya agar pekerjaan ini dia yang membereskan. Toh pekerjaannya hanya tinggal sedikit.
"Hallo Carlin bisakah kau membereskan pekerjaan ku, aku ingin pulang hari ini"
"Aaa baiklah pak saya akan menyelesaikan pekerjaannya. Apakah anda juga ingin dipesankan tiket pesawat?" sekertaris Carlin membalas
"Ya bisakah kau memesankan tiket itu dengan penerbangan cepat?" tanya Grissham
"Baik pak penerbangan anda berangkat pukul 15.00 sore nanti, masih ada sisa 2 jam apakah anda ingin packing sekarang?" Carlin berucap sambil membolak-balikkan berkas yang sedang ia periksa.
"Ya aku akan menyuruh asistenku saja" jawab Grissham
"Baik pak" ucap Carlin
Sambungan diputus sepihak oleh Grissham. Kemudian ia segera bergegas menuju ke apartemen yang ia tempati sekarang untuk memastikan barang-barang nya sudah dipacking.
Grissham kini sudah berada di apartemen nya, ia berjalan ke arah kamar apartemen nya untuk mengambil kopernya yang sudah disiapkan oleh sekertaris nya.
Dilain tempat kini Elena dan Alvin sedang tertidur pulas di basecamp sampai suara ponsel Alvin mengganggu tidur Elena. Ponsel itu terus berdering menandakan bahwa ada yang menelfon. Segera ia raih ponsel itu untuk melihat siapa yang menelfon sore-sore seperti ini. Di layar ponsel tersebut tertera nama 'Daddy' dan Elena mendengus kasar untuk itu, mengapa Daddy nya tidak menelfon di ponselnya?.
Akhirnya Elena mengangkat panggilan itu
"Hallo Daddy, ada apa?" tanya Elena
"Oh Elen dimana Alvin, mengapa kau yang mengangkat panggilan Daddy?" Grissham disana menanyakan pertanyaan bertubi-tubi
"Alvin sedang tidur,tadi aku juga tertidur tetapi panggilan Daddy diponsel bocah ini mengganggu." jawab Elena
"Ahahah maafkan Daddy ya, Daddy hanya ingin berkata jika nanti malam jam tujuh kalian jemput Daddy di bandara ya, Daddy juga membawakan oleh-oleh untuk kalian." ucap Grissham
"Hm" hanya deheman yang Elena utarakan.
"Baiklah Daddy tutup,bye anak manis" akhir Grissham
"Bye dad" dan panggilan itu terputus.
Pukul 17.00 kini Elena dan Alvin bersiap untuk menjemput sang Daddy. Elena hanya memakai hoodie hitam dan celana training dengan dipadukan sneakers putih sedangkan Alvin ia memakai kaus putih polosnya dengan celana jeans selutut dan dipadukan sneakers putih.
Mereka berangkat ke bandara dengan tergesa-gesa, salahkan saja mesin mobil Alvin yang tiba-tiba tidak ingin dihidupkan.
Di bandara Grissham sudah menunggu anak-anaknya di bangku pintu keluar. Dari arah barat ia melihat mobil merah menuju kearahnya dan ia meyakini bahwa mobil itu adalah mobil Alvin.
Alvin turun dari mobilnya untuk membantu Daddy nya menaikkan kopernya di bagasi belakang. Sedangkan Elena hanya menunggu mereka di jok mobil belakang. Kini mereka sudah menuju ke kediaman mereka.
"Hey boy mau kemana?" tanya Grissham pada Alvin yang akan pergi keluar rumah.
"Aku hanya akan menutup pintu gerbangnya dad" jawab Alvin. Elena disana hanya mendengus sebal karena dua pria itu sangat lambat. Mereka mulai memasuki rumah besar itu dan disambut oleh Velisia.
"Selamat datang kembali Tuan" ucap Velisia sambil mempersilahkan Grissham masuk
"Terimakasih Elis" jawab Grissham
"Welcome back Daddy" ucap Elena. Mendapat ucapan selamat datang dari putri tercintanya yang sudah lama ia nanti, Grissham menghambur ke pelukan Elena.
Elena hanya memandang datar ketika sang Daddy memeluknya. Alvin disana sudah menahan tawa karena wajah sang kakak yang menurutnya lucu. Setelah adegan 'mari berpelukan bersama' mereka menuju ke meja makan untuk melaksanakan makan malam yang sudah disiapkan oleh para maid.
Merek menikmati makan malam itu dengan perbincangan kecil ya..meskipun Elena hanya akan menjawab seperlunya saja. Tidak berlangsung lama bel rumah merek berbunyi, kemudian Velisia membukakan pintu tersebut. Dan mempersilahkan tamu tersebut untuk masuk.
Damn! Elena dan Alvin mengumpat dalam hatinya ketika melihat siapa tamu yang datang dimalam hari seperti ini. Eric Clapton tamu yang datang di kediaman Greisy saat ini, ia berjalan menuju meja makan dengan senyumannya. Elena yang melihat senyuman itu bersemirik kecil. Ia tau apa maksud pamannya datang malam-malam begini.
"Eric? kau tau aku kembali?" Grissham memulai pembicaraan ketika dirasa suasananya sangat dingin.
"Kakak tentu aku tau" balas Eric dengan memasukkan sesuap sup kedalam mulutnya.
"Cih yang benar saja" lirih Elena
"Elena tidak baik berbicara seperti itu pada pamanmu" Grissham menasehati Elena yang sedang duduk disebelah kanan nya.
"Aku selesai" ucap Elena sambil meninggalkan meja makan.
"Maafkan dia Eric,dia akhir-akhir ini jadi seperti itu semenjak mommy mereka meninggal." jelas Grissham
"Tak apa kak" balas Eric. Alvin disana sudah mengumpat seribu sumpah serapah kepada Eric karena bermuka dua.
Setelah Eric pulang dari kediaman Greisy, Grissham menuju ke kamar Elena untuk berbicara mengenai perilakunya yang berubah belakangan ini. Ia mulai mengetuk pintu bercat coklat itu berkali-kali tetapi tidak ada jawaban sama sekali, ia mulai panik dan memanggil Alvin untuk membantu mendobrak pintu kamar Elena tersebut. Setelah pintu berhasil didobrak alangkah terkejutnya Grissham dan Alvin ketika mendapati kamar Elena yang kosong dan berantakan. Kaca rias disana pecah dan ada bercak darah yang mereka duga darah dari tangan Elena, buku yang berserakan dan semuanya berantakan.
Alvin mulai menelfon ponsel Elena tetapi ponsel tersebut berbunyi di samping mereka. Mereka gusar dan panik, Elena sebelumnya tidak pernah begitu tetapi ada apa dengannya sekarang?. Alvin mulai mengunjungi tempat-tempat yang mungkin akan disinggahi Elena mulai dari gudang, sungai yang biasanya ia datangi bersama, taman dan masi banyak tempat lagi namun nihil ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Elena.