"Kenalin, Velly Agustine." Terdengar suara seorang gadis yang membuat laki-laki yang sedang menaruh kepalanya di meja tersebut mengangkat kepalanya dan melihat penampakan seorang gadis.
"Gak kenal." Laki-laki itu berdiri dari kursinya melangkahkan kakinya keluar kelas, ingin menuntun raganya menuju ke kantin karna saat ini perutnya sudah berbunyi.
"Ishh makanya kenalannn!" Gadis yang bernama Velly itu berlari mengejar laki-laki yang mengabaikannya tadi. Tak peduli kalau ia tengah di perhatikan di sepanjang koridor. Kakinya masih terus berlari kearah laki-laki tersebut. Langkah kakinya jauh berbeda sehingga Velly harus berlari. Akhirnya sampailah ia didepan tubuh laki-laki tadi.
"Hah..hahh kenalin dulu Velly, kamu?" Manik mata Laki-laki tadi kemudian akhirnya berani untuk menatap Velly. Namun yang selanjutnya ia lakukan adalah menghembuskan nafasnya, lebih baik ia menanggapi daripada gadis ini terus-terusan mengejarnya.
"Vian, Samuel Arkhan Vianno. Puas? Sekarang biarin aku lewat karna aku mau jalan ke kantin." Velly menggelengkan kepalanya, dan merentangkan kedua tangannya.
"Velly Ikuttt!" Vian mengangkat satu alisnya, tak mengerti dengan apa yang gadis ini lakukan. Alasannya mudah, mereka baru kenal, tapi gadis ini terus menerus menempel kepadanya.
"Mau ngapain?" Velly baru sadar kalau suara Vian begitu berat. Membuatnya merinding, suaranya seperti Felix di grup Stray Kidz. Oke skip.
"Jadi, mau ngapain?" Vian lagi-lagi menghembuskan nafas, ia hanya bisa mengalah karna sedari tadi gadis ini tak ada hentinya untuk mengikuti kemanapun arah kakinya melangkah. Gadis aneh.
"Mau deket sama Vian." Dengan santai Velly menjawab. Baru saja Vian membuka mulutnya, teman-temannya datang dan langsung mengejeknya.
"Gilaa, Aa Vian dah ada pacarrr, namanya siapa neng?" Adit, temen sekelas sekaligus sebangku Vian datang dan menginterupsi mereka berdua.
"Woah, cantik juga selera lu Vian. Langgeng ya." Disusul Reza, si biang kerok yang juga teman dekat Vian. Dari belakang Vian muncul seorang gadis, yang langsung memeluknya, tapi anehnya, Vian tidak terganggu sama sekali.
"Ini pacar lu, cakep gils. Kenalin yaa, gua Viona. Abraham Viona Lestari." Velly menganggukan kepalanya, dan menjabat tangan Viona. Gadis di depannya ini sangat baik.
"Paan sih lu pada. Gue aja belom selesai nanya sama nih cewe." Vian mengelak semua ledekan dari teman-teman dekatnya, juga Viona. Tapi seketika Viona langsung memotong pembicaraan mereka.
"Nama lu siapa?"
"Velly Agustine, kenapa Na?" Viona seketika seperti merasa nostalgia dengan nama itu. Tak lama, ia langsung menghantam kepala Vian.
"Vian bego, lu lupa sama dia? Dia temen kita waktu kecillll, kamu gak inget aku? Aku Viona, yang dulu tomboy sekarang bohay." Viona berpose tepat setelah ia mengatakan kata, Bohay.
Velly tertawa dan menganggukan kepalanya. Pertanda kalau ia mengingat Viona, sedangkan Vian masih saja bingung dengan Velly. Memang Vian tidak asing dengan kehadiran dan sikap gadis di depannya ini. Ia seperti berusaha mencerna keadaan dan akhirnya mengerti setelah Viona memukul kepalanya.
"Sakit anjing, iya aku inget sama kamu kok Velly. Gak nyangka dulu si cebol udah segede gini." Vian langsung mengeluarkan senyumannya dan mengacak-acak rambut Velly. Sedangkan Adit dan Reza masih bingung dengan keadaan, bagaimana bisa Vian berteman dengan gadis-gadis cantik ini.
"Kalian saling kenal?" Velly, Vian, dan Viona langsung menolehkan kepala mereka secara bersamaan. Adit dan Reza langsung terkejut. Bahkan hanya untuk menoleh, mereka bisa melakukannya secara bersamaan.
"Gila, nengok aja barengan." Vian langsung tertawa.
"Iyalah, kita bertiga ini dulu bilangnya 3V, Velly, Vian, Viona. Soalnya dulu kita sering main bareng, tapi Velly pergi keluar kota ninggalin gua sama Viona." Viona lagi-lagi memukul kepala Vian, membuat sang empunya kepala lagi-lagi meringis.
"Dia gak ninggalin kita bego, dia kan harus ikut tante sama om kerja diluar kota." Viona mengeluarkan tatapan tajamnya. Membuat Reza dan Adit merinding dan memilih pergi dari sana karna mereka takut dengan tatapan Viona saat ini.
"Iyaa, aku gak ninggalin kalian kok. Maafin aku yaa." Kedua laki-laki dan gadis lain di depannya ini langsung mengembalikan arah pandangan mereka ke arah Velly. Vian berdiri dan duduk di samping Velly, kemudian tangannya menarik tangan Velly agar terduduk di pangkuannya. Viona terkekeh melihat kebiasaan yang belum berubah dari dulu.
Ketika Velly seperti itu, Vian selalu memangku Velly agar Velly berhenti menangis. . Sudah saatnya mereka bertiga berpisah, Vian sekelas dengan Viona, sedangkan Velly berada di kelas sebelah. Velly berlari dengan irama pelan menuju kelasnya, sembari berusaha menahan senyumannya. Akhirnya ia bisa bertemu dengan kedua sahabatnya, bahkan Vian masih ingat dengan bagaimana cara menenangkan dirinya disaat ia ingin menangis atau merajuk.
Viona juga sudah sangat berubah yang dulunya tomboy, sekarang menjadi sangat feminim dan cantik. Sangat berbeda dengan Viona yang dulu. Ia tak sabar untuk kembali bertemu dengan kedua sahabatnya. Velly kembali ke kelas nya dan ia hampir lupa kalau ia belum memperkenalkan dirinya kepada seisi kelas. Ia merapihkan bajunya yang tadi berantakan karna sempat dipangku oleh Vian tadi di kantin. Saat memasuki kelas, semua mata langsung menatap wajahnya. Mungkin karna kecantikannya yang benar-benar melampaui batas.
"Perkenalkan namaku Velly Agustine, salam kenal semuanya." Velly membungkukkan badannya dan memberikan senyuman yang membuat semua laki-laki dikelas itu jatuh cinta. Namun ya bukan gadis populer jika ia tidak memiliki Haters. Ada beberapa gadis lainnya di kelas Velly yang tidak menyukainya. Contohnya seorang gadis bernama Thianka, ia menyukai Vian dan seperti tadi ia melihat Velly yang dipangku bahkan kepalanya dielus oleh Vian.
Sedangkan Thianka yang sudah sedari dahulu mencoba untuk mendekati Vian tidak pernah seperti itu, bahkan Vian tidak pernah menanggapi perkataannya dan berjalan begitu saja. Gadis periang itu pun duduk di bangku di pojok kanan paling depan, ia duduk bersama seorang gadis bernama Mayrien. Baru ia menaruh tasnya dan duduk, gadis yang menjadi teman sebangkunya ini langsung menyodorkan tangannya dan tersenyum kearah Velly.
"Kenalin aku Mayrien, kamu Velly kan, semoga kita jadi sahabat ya." Velly menjabat tangan Mayrien dan membalas senyuman Mayrien dengan tulus. Dengan antusias Velly menganggukkan kepalanya dan menjawab.
"Iyaa, Mayrien." Setelah bercengkrama dengan teman sebangkunya, gadis itu langsung mengeluarkan buku MTK nya karna sekarang pelajaran pertamanya adalah Matematika. Pelajaran yang paling susah ia pahami, semoga saja di sekolah ini penjelasannya lebih logis dan lebih mudah di mengerti oleh otaknya.
Sedih sekali Velly ini, ia sangat pintar di semua mata pelajaran, namun ada satu pelajaran yang menjadi kelemahannya. Ya, Matematika. . Sudah 1 jam berlalu dan Velly masih tidak mengerti dengan soal di hadapannya ini. Mayrien yang melihat Velly kesulitan tersenyum dan menawarkan bantuan. Tangan Mayrien langsung menuliskan sesuatu di sebuah kertas kosong yang ia gunakan untuk berhitung.
'Sini aku bantuin, sekalian aku kasih tau cara gampang buat ngitungnya.' dan memberikannya kepada Velly. Velly menatap kertas tersebut dan mengangkat kepalanya. Manik mata berwarna Hazelnut miliknya langsung menatap Mayrien dengan tatapan memohon.
Mayrien tertawa melihat Velly yang seperti itu. Dan tangannya kembali menuliskan sebuah cara di kertas tersebut. Setelah itu, Mayrien seperti mengisyaratkan agar Velly berusaha seperti ia mengerjakannya sendiri dan jangan bilang siapapun kalau Mayrien yang telah membantunya. Velly langsung menganggukkan kepalanya antusias. Velly langsung mengambil lembar soal miliknya dan mengerjakan sesuai cara yang diberitahu oleh Mayrien tadi.
Berkat Mayrien lah saat ini Velly bisa keluar kelas dengan selamat dan nilai sempurna. Ia tak menyangkan kalau cara yang diberitahu oleh Mayrien tadi sangat mudah di kerjakan dan dimengerti olehnya. Sayangnya, ia harus berpisah dengan Mayrien di tengah jalan menuju kantin karna Mayrien izin ke toilet dan meninggalkan Velly sendiri, jujur saja, Velly masih belum terlalu hafal dengan tata letak sekolah ini. Velly menoleh ke segala arah, berharap bisa mendapatkan petunjuk untuk ke kantin.
Karna Vian dan Viona sudah setuju untuk bertemu dengannya di kantin. Akhirnya ia pasrah dan akhirnya dia hanya bisa berjalan tanpa arah. Hingga tiba-tiba tangannya di tarik oleh seseorang, baru ingin ia berteriak dan meminta pertolongan, ternyata itu adalah Vian. Vian sengaja ingin menjahili Velly. Setelah gadis itu menoleh kebelakang, ia langsung memukul tubuh Vian dengan sekuat tenaga. Tega sekali sahabatnya ini mengerjainya hingga seperti ini.
Tiba-tiba dari belakang tubuh Vian, keluarlah Viona yang langsung tertawa keras dan memegang perutnya.
"Kalian kok tega sihhh?! Humph!" Velly menyilangkan kedua tangannya di dada. Tak lupa ia mengerucutkan bibirnya, membuat tawa Vian dan Viona semakin keras. Akhirnya Vian memilih untuk berdiri dan bertanya kepada dua gadis yang merupakan sahabatnya ini.
"Pada mau makan apa? Aku mau makan mie ayam, kalian?" Viona dan Velly melirik ke satu sama lain dan menganggukkan kepala mereka berdua. Biasanya di saat seperti ini, Vian merasa kalau ia akan dikerjai balik oleh mereka berdua.
"Samain aja, tapi Vian yang bayarrr!!" Velly berseru membuat seisi kantin melirik kearah mereka. Velly yang masih terlalu semangat tak menyadarinya sampai ia membuka mata dan apa yang ia lihat adalah semua orang di kantin melirik kearahnya. Wajahnya langsung memerah dan dengan cepat ia menutup wajahnya dengan kedua tangan mungil miliknya dan duduk. Lagi-lagi Viona dan Vian tertawa terbahak-bahak melihat kelakuannya.
Kalau ia tidak malu seperti ini mungkin mereka berdua sudah habis ia cubiti.
Lawakan siang hari yang mereka lakukan berakhir dengan mereka makan secara tenang dan tentram. Ujungnya tetap saja Vian harus membayar makanan untuk mereka bertiga, untung saja Vian memiliki uang jajan cadangan untuk 4 hari ke depan.
"Viona, kok kamu bisa begini sihh, kan dulu kamu tuh tomboy. Sekarang feminim banget." Vian langsung menyemburkan isi mulutnya, untung saja tidak berantakan dan menyebar kemana-mana.
"Vian! Kamu gapapa?" Velly langsung memberikan air minum kearah Vian sedangkan saat ini Viona menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung bagaimana menjelaskan alasan kenapa ia mau berubah menjadi feminim. Velly masih sibuk mencari tisu untuk diberikan ke Vian karna sekarang Mie Ayam yang tadi sedang dikunyah oleh Vian jatuh ke kemeja sekolah Vian.
"Aduh! Vian! Kenapa sih dari dulu gak pernah berubah deh." Velly berulang kali mengomeli Vian yang hanya bisa terdiam seperti anak kecil yang diomeli oleh kakak perempuannya. Dengan segenap tenaga, Viona akhirnya membuka mulutnya.
"Aku, gini karna pernah suka sama kakak kelas disini." Velly dengan cepat langsung mengarahkan pandangannya kepada Viona. Tak menyangka, Viona yang dulu tak mau dekat dengan laki-laki kecuali Vian bisa jatuh cinta juga ternyata. Ya, wajar saja karna Viona juga perempuan, tapi sampai berubah se-drastis ini membuat Velly tak percaya.
Viona yang dulu berambut pendek bak laki-laki, senang memakai Hoodie, celana panjang jeans dan sepatu kets berubah menjadi seorang Viona yang berambut panjang berwarna coklat tua, bahkan memakai rok. Karna dulu, bahkan ketika sekolah, Viona tetap tidak mau memakai rok dan selalu pergi ke sekolah memakai celana panjang yang ia beli sendiri. .
"Jadi namanya Aldran, dia kelas 3. Awalnya dia bantuin aku waktu MOS kemaren. Sebelum kamu pindah kesini. Dia itu baik, ganteng juga makanya aku suka sama dia. Sampai aku tau kalo dia itu suka sama cewe yang feminim dan cantik. Sebelum kamu pindah, aku tuh masih tomboy kok. Tapi setelah aku berubah se-drastis ini, ternyata dia udah punya pacar. Padahal kita sempet deket, kita pernah dibilang kayak orang pacaran karna kemana-mana selalu bareng. Ya gitu, kayaknya aku terlalu berharap sama dia."
Vian melanjutkan makannya saat Viona bercerita, ia tidak perlu berkomentar karna memang ia sudah tau kejadiannya. Namun ia langsung menghentikan kegiatannya yang hikmat sesaat ia dan Velly melihat ada setitik air mata yang jatuh dari mata Viona. Vian dan Velly belum pernah sekalipun melihat Viona menangis.
Dulu mereka pernah melihatnya sekali. Namun yang mereka tau, Viona hanya akan menangis jika rasa yang ia rasakan sudah terlalu menyakitkan untuknya. Dengan sigap dan secepat kilat, Vian dan Velly pindah ke sisi Viona dan merangkul Viona.
"Viona jangan nangis, mungkin Kak Aldran bukan jodoh kamu. Tandanya ada yang lebih pantes buat kamu." Viona mengangkat kepalanya. Dan mendapatkan ada wajah Velly yang dekat dengannya. Sedangkan Vian hanya bisa mengelus kepala Viona. Seperti inilah Vian yang biasa terlihat dingin di mata semua orang. Ia hanya menunjukkan sifat hangatnya kepada sahabat dan keluarga.
"Tau, masa Viona si jagoan yang dulu kita kenal nangis karna cowo? Udah ya jangan nangis, kalo nangis traktiran Mie Ayamnya batal nih." Dan akhirnya Vian mendapat hadiah berupa cubitan di perutnya karna berhasil membuat Viona kesal. Sepertinya omongan kedua sahabatnya membantu untuk Viona kembali tertawa.
Tak terasa, sudah jam pulang sekolah. Vian dan Velly berniatan untuk mampir dan main kerumah Viona sebentar, karna memang sudah sekian lama mereka bertiga berpisah. Vian dan Viona memang sering bertemu di kelas, namun Vian sudah jarang main ke rumah Viona karna memang mereka sudah SMA.
Dimata orang, tak wajar bukan jika seorang laki-laki berumur 17 tahun main kerumah gadis yang lebih muda setahun darinya. Stigma orang-orang di jaman milenial ini sudah banyak tercemar oleh budaya yang semakin menjerumuskan anak-anak mereka karna kurangnya pengawasan saat anak-anak mereka bermain hp ataupun gadget.
"Maaf ya berantakan, bibi lagi pulang kampung, tadi pagi aku lupa rapihin kamar. Hehe." Velly melangkahkan kakinya ke kamar Viona yang sudah berubah banyak sejak ia pindah ke luar kota beberapa tahun yang lalu.
"Banyak banget yang berubah pas aku pergi yaa. Jadi penasaran gimana kamar Vian, kan dari dulu dia yang paling berantakan." Vian langsung mengeluarkan cengiran dan menggaruk tengkuknya. Bagaimana Velly bisa tau kalau ia masih saja suka berantakan seperti dulu.
Vian masih tak menyangka kalau Velly akan kembali dan akhirnya mereka bisa berkumpul lagi seperti dulu. Sudah 5 tahun berlalu, dan sekarang Vian sudah berumur 17 sedangkan Viona dan Velly sudah berumur 16 tahun. Vian memang lebih tua namun mereka setingkat di sekolah karna orang tua mereka menginginkan agar Vian bisa menjaga Viona dan Velly.
Mata Vian menangkap sederet foto yang ada di meja Viona. Itu adalah foto mereka bertiga setiap mereka naik kelas. Namun sejak Velly pergi, hanya Vian dan Viona yang ada di foto tersebut. Betapa senangnya Viona dan Vian karna akhirnya foto kenaikan kelas tahun ini, mereka bertiga bisa kembali berkumpul seperti semula.
TBC
New Story!!