Chereads / Seventy Million Heartbeats / Chapter 1 - Prolog

Seventy Million Heartbeats

Zeroo_
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

**********

Disebuah ruangan bernuansa serba putih itu , yang terlihat sangat tenang tapi menyembunyikan ketegangan yang ada saat itu,  terlihat tiga orang sedang berbicara dengan raut wajah serius.

"Bagai mana kondisi anak saya dok??"

Seorang wanita paruh baya menatap laki-laki berjas putih didepannya dengan tatapan penuh harap.

"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Kondisi putri ibu semakin menurun dari hari ke hari, yang bisa kita lakukan hanya terus memantau kondisinya jangan biarkan ia melakukan hal-hal berlebihan yang dapat membebani jantungnya."

Ujar laki-laki berjas putih itu.

Wanita paruh baya itu hanya bisa menangis mendengar penuturan dari sang dokter tersebut.

Sebuah tangan mengusap lembut punggung tangan wanita paruh baya itu bermaksud untuk menenangkannya.

"Sudahlah Mah,  mungkin ini memang sudah takdir yang di tuliskan tuhan untukku, kita tidak bisa berbuat lebih, hanya dia yang tau apa yang akan terjadi di masa depan, bisa jadi ini jalan terbaik untuk ku" gadis cantik itu berusaha menenangkan ibunya,  walau ia juga merasa sedih dengan keadaannya saat ini.

Bukannya berhenti, tangis sang ibu makin pecah,  melihat ketegaran yang di perlihatkan oleh putrinya.

Dokter didepan mereka hanya menatap haru terhadap dua wanita didepannya,  ia juga dapat merasakan kesedihan yang mereka alami,  bukan suatu hal yang mudah untuk menerima bahwa dirimu telah divonis akan meninggal dalam waktu dekat.

"Oh ya dok,  Berapa jumlah degupan jantungku yang tersisa saat ini?? "

Ujar si anak dengan tetap memperlihatkan ketegarannya.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan terbarumu,  Kamu hanya punya sekitar 70 juta degupan lagi,  berarti waktumu kurang dari 2 tahun lagi"

Dokter itu menyampaikan hasil pemeriksaan terakhirnya.

Mendengar hal itu ia hanya bisa menatap miris takdir hidup yang telah digariskan tuhan.

Ia hanya punya waktu hidup kurang dari 2 tahun lagi.

Apa yang akan ia lakukan dengan sisa-sisa hidup ini, itu lah yang terlintas dipikiran nya.

"Baiklah Dok terimakasih, kalau begitu kami pamit dulu" Sang Dokter mengangguk kemudian Ayra dan sang ibu pamit dan keluar dari ruangan tersebut.

Disepanjang koridor rumah sakit setelah pemeriksaan tadi, Ayra hanya melamun memikirkan apa yang akan ia lakukan disisa hidupnya ini.

Sang ibu yang melihat putrinya seperti itu ikut sedih, kenapa putrinya harus menanggung nasib seberat ini, 'Oh tuhan kenapa engkau memberikan ujian seberat ini kepada putri hamba' jika bisa meminta ia akan meminta kepada tuhan agar ia saja yang menerima penyakit tersebut asalkan jangan putri tercintanya, Ibu Ayra meneteskan air mata, karena tak kuat membendung kesedihannya.

*********

Di dalam sebuah mobil sedan mercy, seseorang tengah berbicara ditelfon genggamnya.

"Tolong kamu siapkan segera semua alat dan Prosedurnya, saya sebentar lagi akan sampai disana" setelah mengatakan itu ia menutup telfonnya dan menambah laju mobil nya.

Tidak berapa lama Ia sampai di depan rumah sakit Lunaria Hospital salah satu rumah sakit terbesar di kota itu, tanpa pikir lama ia langsung memarkirkan mobil nya di parkiran khusus untuknya, lalu ia bergegas keluar dari mobil dengan mengenakan sebuah jas putih dan berlari masuk kedalam rumah sakit, banyak orang yang melihat ke arah nya dan juga ada beberapa Dokter dan petugas rumah sakit yang menyapa tapi tidak ia pedulikan yang ada dipikiran nya hanya satu tujuan saja jadi ia harus tetap fokus itulah yang ia pikirkan.

Karena terlalu fokus ia sampai menabrak serorang wanita yang tengah berjalan dengan seorang wanita paruh baya, sehingga membuat wanita tersebut terjatuh.

"Eh, maaf saya sedang buru-buru, sampai tidak memperhatikan sekeliling, apa kamu tidak apa-apa? "

"Apa maksudmu tidak apa-apa, apa kau tidak punya mata untuk melihat jalan, lihat kau membuat putriku terjatuh, bagaimana jika terjadi sesuatu kepadanya"

"Mah, sudah lah aku baik-baik saja tidak ada yang sakit kok, mungkin Mas ini tidak sengaja melakukan nya. "

"Ya tetap saja dia salah Ayra"

"Mah, udah aku gak apa-apa kok" Ayra mencoba menenangkan Ibunya.

"Saya benar-benar minta maaf, saya sedang ada keadaan darurat, ada Pasien yang harus segera saya tangani makanya saya tidak fokus kesekeliling"

"Mas seorang Dokter?" Tanya Ayra

"Iya begitulah"

"Ou pantas saja, pasti Mas benar-benar sedang dibutuhkan oleh pasien Mas sekarang, segeralah pergi jangan mengkhawatirkan aku, aku tidak apa-apa kok" Jawab Ayra dengan tersenyum

"Benarkah, kalau begitu saya akan pergi, ee tapi sebelum nya saya juga harus bertanggung jawab padamu jika kau terluka, ini ambil kartu nama saya, kamu bisa menghubungi nomor saya yang ada disitu" lalu Pria tersebut langsung pergi setelah memberikan kartu namanya kepada Ayra.

Ayra hanya memandangin punggung pria tersebut yang semakin menjauh pergi.

"Nak kamu benar tidak apa-apa, mama khawatir ada yang terkilir atau ada yang sakit? "

"Gak ada kok Mah, mama tenang aja aku baik-baik aja, cuman terjatuh pelan doang hehe" Ayra menjawab pertanyaan sang mama dengan cengengesan.

"Ya sudah kalau begitu ayo kita pulang"

"Iya" Ayra mengangguk dan berjalan keluar dari rumah sakit itu.

Tbc

Terimakasih telah berkunjung kecerita ini.

Maaf ya kalau ceritanya kurang menarik, masih pemula soalnya.

Jadi masih banyak typo dimana-mana.

Jika kalian suka ceritaku jangan lupa vote dan commentnya untuk motivasi kedepannya agar lebih baik lagi ^_^