Jee mengajak Ara ke suatu pameran lukisan di tengah kota. Disana banyak sekali lukisan milik pelukis terkenal, Ara tidak mengetahui siapa mereka karena Ara bukan pecinta seni. Namun, Ara tetap ingin belajar juga dengan Jee.
Jee salah satu teman Ara yang sangat menyukai dunia seni lukis sejak lama, keinginan Jee hanya ingin memamerkan hasil karya miliknya ke sebuah pameran seperti pelukis lainnya.
Ara senang sekali saat bisa menemani Jee ke sebuah pameran lukisan.
Hari ini setelah membereskan rumah, Ara akan memberi kabar orang tua Ara dan memberitahu tentang rencana dirinya Ingin membuka sebuah kedai di negara tempat tinggalnya sekarang.
"Jee, apakah kamu sering kemari? " Tanya Ara sambil melihat-lihat lukisan yang terpajang di dinding.
"Hmm, lumayan sering aku kemari karena selalu ada lukisan baru yang terus di hasilkan oleh pelukis. " Jawab Jee dengan tersenyum.
"Wuaaahh,hebat. " Kata Ara kagum terhadap temannya itu.
"Hahahah, tidak perlu berlebihan seperti itu. Kita kesana yuk! " Ucap Jee sedikit malu.
"Apakah ada karya yang lain di sana? " Ara bertanya lagi kepada Jee.
"Ada, kalau untuk bagian disana bukan berupa lukisan melainkan berupa pahatan yang sangat keren.
" Jawab Jee memberitahu Ara.
"Boleh-boleh, aku ingin melihatnya juga. " Kata Ara.
"Wuaahhh,keren. Kamu ingin berfoto dulu Ara? " Jee menawarkan Ara untuk berfoto.
"Apakah boleh berfoto di sini? " Ara bertanya terlebih dahulu.
"Tentu saja boleh. " Jawab Jee.
Kemudian Ara berdiri di depan karya pahatan tersebut lalu berfoto sebentar. Dan Jee membantu memotret Ara juga. Mereka berdua sangat menikmati dengan melihat-lihat lukisan dan pahatan setiap ruangan.
Ara yang awalnya tidak mengetahui apa-apa tentang lukisan, kini Ara bisa mengerti berkat Jee.
Setelah dari pameran lukisan, Ara dan Jee sudah tidak ada rencana apapun, jadi mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Sebelum itu, Jee dan Ara akan membeli jajan di pinggir jalan terlebih dahulu.
Jajan pinggir jalan adalah kesukaan Jee. Sudah lama dia tinggal di negara tersebut, dan member saran Ara untuk membelinya sebagai cemilan di rumah karena murah.
"Ara, kita beli jajan dulu yuk! " Jee mengajak Ara ke penjual jajan pinggir jalan yang enak.
"Dimana? " Tanya Ara.
"Ada di dekat sini dan sangat murah harganya. " Jawab Jee sangat bersemangat.
"Yuk kita kesana. " Ucap Ara ikut Jee.
"Ayuk. " Jawab Jee.
Mereka berdua berjalan kaki sampai ke penjual tersebut dan ternyata penjual itu masih buka dan masih sangat ramai. Jee sudah tidak heran dengan hal tersebut. Namun untuk Ara, dia sangat terkejut karena penjual tersebut sampai tidak terlihat batang hidungnya.
"Wuaahh, ramai sekali Jee? " Ara bertanya dengan ekspresi terkejut.
"Hahahah, ekspresimu kenapa terkejut seperti itu. " Ucap Jee sambil tertawa.
"Hehehe. Aku sangat terkejut karena penjualnyapun sampai tidak terlihat. " Kata Ara.
"Memang sangat murah dan enak. Jadi bisa seramai itu, jadi tidak perlu terkejut. Kamu harus mencobanya Ara! " Jee menyuruh Ara untuk membeli jajanan tersebut sangat banyak.
"Kalau begitu aku akan mencobanya dan kita makan di rumah ya! " Ara membeli jajanan itu dan sepertinya Ara sudah tergiur ingin memakannya.
"Permisi, kami beli juga 20.000 ya,,, " Kata Jee dengan sangat sopan.
"Aahh,, baiklah tunggu sebentar! " Jawab penjual.
"Baiklah. " Ucap Jee yang kemudian duduk bersama Ara untuk menunggu.
Mereka berdua duduk sebentar sambil menunggu jajanan yang sedang di masak agar panas. Ara sudah tidak sabar mencicipinya untuk pertama kali.
Dengan di bungkus kertas dan dimasukkan ke dalam plastik berwarna hitam, pesanan Ara dan Jee telah selesai. Mereka berduapun pulang dengan berjalan kaki sambil bercanda dan sendau-gurau.
Setelah sampai di depan pintu rumah, Ara membuka pintu rumah ang menggunakan kata sandi berupa angka pada pintunya agar tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam rumahnya. Kata sandi yang Ara buat sangat rahasia, bahkan Jee saja tidak mengetahuinya.
"Wuaahh, ternyata kamu buat kata sandi untuk pintu kamu ya? " Jee bertanya karena Jee mengetahuinya.
"Hehehe, iya. Karena aku tinggal sendiri, jadi untuk berjaga-jaga saja. Ayo masuklah! " Ara mengajak Jee untuk masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
"Aahhh,iya. " Jawab Jee masih sopan walaupun sudah berteman dengan Ara.
"Aku akan ambil alas untuk jajanan kita. " Kata Ara menuju ke dapur.
"Terimakasih banyak. Aku akan buka dulu jajanannya. " Ucap Jee yang duduk dibawah dekat meja tamu.
"Terimakasih kembali. Hehehe. Mau minum apa? " Ara bertanya menawarkan minum kepada Jee.
"Air putih saja. " Jawab Jee.
Pada saat Ara mengambil alas untuk jajanan dan minum untuk Jee, tiba-tiba handphone Ara berbunyi dan Jee memberitahu Ara juga.
Terlihat ada telepon bertuliskan orang tua Ara, Jee segera meneriakkan nama Ara.
"Ara,,,, " teriak Jee memanggil Ara yang berada di dapur.
"Ha? " Ara menjawab.
"Handphone kamu berdering. " Kata Jee.
"Aahhh, iya. " Jawab Ara.
Ara langsung mengambil handphonenya dan mengangkat telepon dari orang tuanya yang berada di beda negara. Baru dua hari yang lalu mereka berbincang lewat handphone. Tetapi sepertinya orang tua Ara sudah merindukan Ara.
"Haloo,, Mama. " Ara menjawab telepon.
"Ahh, halo Ara. Bagaimana kabar kamu? " Orang tua Ara langsung menanyakan kabar.
"Disini aku baik-baik saja dan aku sudah mempunyai teman, Mama. " Kata Ara senang.
" Wuaahhh,benarkah. Lalu bagaimana pekerjaan kamu disana? " Mama bertanya lagi.
"Untuk pekerjaan, aku mengurungkan niatku untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan tetapi aku akan membuka sebuah restoran kecil di sini karena teman-temanku berkata kalau masakanku enak, Ma. " Ara langsung memberitahukan kepada Mama tentang rencananya.
"Wuahhh, itu tandanya kamu akan menetap di sana? " Mama sontak bertanya lebih jelas lagi.
"Sepertinya begitu, tidak apa-apa kan Ma? " Ara sekaligus meminta ijin.
"Aahh, tidak apa-apa. Mama dan Ayah akan selalu mendukung setiap keputusan kamu. " Jawab Mama.
"Wuaahhh, terimakasih banyak Mama. " Ucap Ara lagi.
"Oh iya, kamu sedang apa? " Mama bertanya lagi.
"Ah, aku sedang bersama temanku. Kami baru saja kembali dari pameran lukisan. " Jawab Ara terdengar sangat senang.
"Kalau begitu baik-baik ya, dan jangan sampai sakit! " Mama selalu mengingatkan Ara tentang kesehatan.
"Baiklah, Ma. Akan selalu aku ingat. " Jawab Ara.
"Ya sudah. da da,,, " Ucap Mama lalu menutup telepon.
Ara juga menutup telepon dan ekspresi wajah Ara terlihat sangat senang setelah mendapat telepon dari Mamanya.
Walaupun baru dua hari yang lalu mereka berpisah negara, tetapi jarak yang sangat jauh membuat Ara sangat cepat merasakan kerinduan terhadap orang tuanya.
Untung saja saat ini Ara sudah di temani oleh beberapa temannya yang baru dan mengisi hari-harinya selama dua hari ini.
Mungkin saja mereka berempat akan melakukan segala apapun bersama-sama.