Menara Pisa, Tuscany.
"Akhirnya kita sampai juga di atas ya Hendra." Kirana menghembuskan napasnya dengan lega setelah menaiki 294 anak tangga yang terdapat pada Menara Pisa.
"Ayo kita duduk di pinggiran situ yuk." Ajak Kirana dengan ceria sambil berjalan menuju pinggiran puncak menara yang dikelilingi oleh pagar hitam kemudian duduk di sana.
"Hati-hati Gek, jangan terlalu pinggir duduknya, nanti kamu jatuh." Ujar Mahendra dengan cemas melihat tingkah laku perempuan yang dikasihinya itu. Ia pun kemudian menghampiri gadis tersebut dan ikut duduk di sebelahnya.
"Wah, indah sekali pemandangan dari atas sini ya Hen. Bangunan-bangunan di kota Pisa ini sungguh mempesona." Kirana tak henti-hentinya berdecak kagum melihat pemandangan di bawah.
"Aku sudah menduga kamu akan senang berada di sini Kirana. Aku tahu kamu amat menyukai pemandangan artistik gedung-gedung bergaya Eropa seperti yang kita lihat sekarang."
"Kok kamu tahu kesukaanku Hen?" Tanya Kirana sambil memiringkan kepalanya sambil menoleh ke arah Mahendra. Rambutnya yang panjang sebagian melambai-lambai ditiup angin. Baunya semerbak harum memancarkan aroma bunga lily yang segar.
"Ehmm... Aku tahu karena ehmm hanya menebak saja kok. Dan aku beruntung kali ini tebakanku benar. Hehe..." Jawab Mahendra sambil menggaruk2 kepalanya walaupun tidak terasa gatal.
Aku tahu semua kesukaanmu Gek. Pikiran Mahendra melayang-layang membayangkan semua tingkah laku Kirana sehari-hari yang secara diam-diam ia perhatikan dari jauh.
Aku tahu kamu suka sekali dengan bangunan-bangunan historis yang memiliki cita rasa arsitektur tiang-tiang tinggi berwarna putih seperti gedung-gedung tua di benua Eropa. Aku tahu karena aku sering mengamatimu pada saat dirimu membuka-buka halaman website di internet di waktu senggangmu Kirana. Mahendra tersenyum dalam hati membayangkan semua itu.