"Tugas D, mengintai dan mengumpulkan informasi tentang Goblin di perbatasan Kota. Ariya Pino, semua sudah terkonfirmasi, semoga kau beruntung di tugas ini dan menyelesaikannya dengan baik."
"Hadiah untuk penyelesaian tugas sebanyak 1.000 poin, kegagalan misi kau akan ditangguhkan sementara dari Pusat Misi dan tak bisa mengambil misi selama satu pekan, kehilangan poin 500. Apa kau akan mengambil tugas ini?"
Leah berbicara dengan lembut namun tegas, dia meminta konfirmasi lanjutan dari Pino untuk tugas yang dia pilih. Pengonfimasian ulang diperlukan agar semua sesuai dengan apa yang ada.
"Ya, aku mengambilnya. Aku hanya perlu menunjukkan tokenku bukan untuk mengkonfirmasinya?" tanya Pino, dia menyodorkan token yang dia dapatkan.
"Baik, semua terkonfirmasi dengan benar. Selamat mendapatkan tugas pertama, aku harap kau bisa menyelesaikan tugas ini dengan sempurna," balas Leah, senyumnya mengalihkan dunia, senyuman cerah yang datang dari gadis cantik.
Pino mengambil kembali tokennya dari Leah, bergegas meninggalkannya dan menghampiri Monta. Dia ingin segera mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas pertamanya.
"Kau ingin pergi sekarang? Hahaha... kau tidak bisa meninggalkan Akademi sekarang, Nak. Kau harus menyelesaikan semua pelajaran di hari ini sebelum menjalankan tugas itu, apalagi kau belum sepenuhnya berada di Pusat Misi," ujar Monta.
Dia tak melarang Pino untuk menjalankan tugas pertamanya namun dia tidak bisa membiarkan Pino meninggalkan kelas pada masa jam pelajaran. Dia memintanya untuk menyelesaikan hari pertamanya sebelum mempersiapkan keperluannya untuk menjalankan tugas pertamanya.
"Ah... begitu, aku kira aku bisa langsung meninggalkan pelajaran membosankan itu. Tugas ini jauh lebih menarik daripada pelajaran yang tak ada ketegangannya itu. Maaf, Pak, aku rasa hanya pelajaranmu saja yang membuatku tertarik," seru Pino.
Tanpa menunjukkan kekuatannya, Pino tetap menarik di mata Monta, apalagi dengan ucapannya barusan, dia makin menyukainya. Tak tanggung-tanggung, dia memegang pundak Pino dan menggenggamnya lebih kuat lagi.
"Meski kau merasa seperti itu, kau harus menyelesaikan semuanya dulu, Nak. Aku tahu kau memiliki kekuatan, namun kau bisa lebih kuat lagi jika kau mendengarkan apa yang dikatakan guru lainnya," balas Monta. Senyum hangat di wajahnya menutupi tatapan matanya yang dingin.
Pino tersenyum dan mengikuti ucapan Monta, dia kembali ke kelas dengan enggan, dia merasa tak ada hal yang perlu ia pelajari lagi di Akademi setelah dia mendapatkan semua pengetahuan tentang sihir dari Poorstag. Dia masuk ke Akademi Coasthaven karena mengikuti permintaan orang tuanya saja, apalagi setelah dia mengetahui sihir dari Poorstag, dia tak terlalu menantikannya.
Cody yang memperhatikan gerak-gerik Pino sedari awal mendengus kesal dan memberikan tatapan tak bersahabat. Tidak ada yang menarik dari Pino, pikirnya ketika melihat Pino yang terus menerus berbicara dengan Monta.
"Dasar murid rendahan, dia pikir pengambilan tugas ini seperti mengambil batu di tengah jalan? Bodoh sekali kalau kau berpikir seperti itu, tugas yang ada di tempat ini seperti sebuah wadah dari berbagai macam batu, kau harus memilihnya dengan tepat," pikir Cody saat dia mengambil sebuah tugas yang mengharuskan dia membunuh seekor monster tingkat E.
Murid-murid lainnya juga memilih tugas, mayoritas dari mereka mengambil tugas yang cukup mudah kecuali Cody, Selytic, dan Pino.
Sekembalinya mereka ke kelas, ada tatapan tak menyenangkan dari murid lainnya, mereka yang tak ikut serta pergi ke Pusat Misi merasakan adanya perbedaan.
Pino tak memikirkan tatapan mata itu, namun teman sekamarnya merasa berbeda, tatapan mata tak bersahabat itu membuat mereka tak nyaman. Kegelisahan mereka terlihat dari cara mereka duduk.
"Derek, dan kalian berdua, tidak perlu memikirkan mereka. Kita sudah diberi pilihan sejak awal oleh Pak Monta, keraguan mereka dalam mengambil kesempatanlah yang membuat mereka menjadi seperti ini. Tidak ada yang salah dengan kalian, jadi bersikaplah seperti biasanya," ujar Pino, dia merasa lucu saja ketika melihat teman sekamarnya tak nyaman dengan tatapan dari murid lainnya.
"Tapi, Pino. Tetap saja, tatapan mereka membuatku tak enak. Apa kita harus mengabaikannya begitu saja?"
"Mereka iri dan kecewa dengan keputusan bodohnya itu, aku yakin mereka pasti mendapatkan sebuah informasi tentang apa yang dilakukan Pak Monta, dan mereka menyesal tak mengambil tawaran yang dia berikan. Lupakan mereka dan anggap mereka tak ada, kalian akan terus melihat tatapan seperti itu ketika kalian menginjakkan kaki ke tangga yang lebih tinggi," ujar Pino.
Sebelum Derek membalasnya, seorang pria paruh baya masuk ke ruang kelas, membawa sebuah buku yang cukup tebal, lebih tebal dari buku biasanya.
Mereka memulai pelajaran tentang sejarah dan monster, tidak ada yang membuat Pino tertarik, dia hanya duduk dengan tenang dan memperhatikan pelajaran itu dengan wajah yang bosan.
Selama setengah hari penuh dia harus mendengarkan ocehan-ocehan para guru yang tak terlalu menarik bahasannya, dia benar-benar bosan, hanya Monta yang membuat dia tertarik dan bersemangat.
Setelah lepas dari pelajaran yang membosankan, Pino lekas mengambil beberapa peralatan yang dia perlukan untuk menjalankan misi termasuk senjatanya.
"Apa kau akan pergi hari ini juga, Pino? Waktu kan masih banyak dan lagi tidak ada batas waktu di tugasmu, lalu kenapa kau memilih pergi hari ini?" tanya Derek.
Mereka berada di kamarnya, dan Pino sudah bersiap-siap untuk meninggalkan Akademi dan menjalankan tugas awalnya.
"Kenapa tidak, pelajaran hari ini sudah memberitahuku apa yang akan diajarkan ke depan, dan aku rasa aku cukup memahaminya. Jadi, aku memutuskan untuk fokus di Pusat Misi saja, dan apa kau tidak merasakan ada yang aneh dengan murid tahun kedua yang ada di Pusat Misi?"
Pino tersenyum sembari memasukkan sebuah pisau di pinggangnya dan meletakkan pedang di sisi satunya, mengenakan sebuah jubah layaknya seorang penyihir pada umumnya.
"Apa yang aneh? Aku rasa mereka sama seperti yang lainnya," balas Derek, dia tak merasakan adanya perbedaan dari murid tahun kedua yang ada di dalam Pusat Misi dengan mereka yang ada di luar.
"Huft... hawa keberadaan, dan tindakan mereka. Aku hanya bisa mengatakan ini, selebihnya kau bisa mencari tahu Derek, kau harus menemukannya sendiri jika ingin bertahan dan menjadi seperti mereka," ujar Pino, setelah semua keperluannya tersedia, dia langsung meninggalkan kamarnya.
Beberapa barang keperluannya ia masukkan ke dalam cincin penyimpanan yang diberikan Balam.
Melewati beberapa bangunan, Pino berada di depan pintu masuk Akademi Coasthaven dan disana dia dihentikan oleh para penjaga.
"Mau kemana kau? Malam-malam begini keluar dari Akademi!!!"
"Aku akan menjalankan tugas dari Pusat Misi, bisakah aku keluar?" tanya Pino, dia tenang meski para penjaga menatapnya penuh curiga.
"Tugas!!! Tunjukkan tokenmu, jika benar kau tergabung dengan Pusat Misi, kami perlu mengkonfirmasinya." Penjaga itu tak membiarkan Pino meninggalkan Akademi, dan dia meminta Token yang menunjukkan tanda anggota di Pusat Misi.
Pino menyodorkan token, dia melirik sekilas ke para penjaga, merasakan aura yang dimiliki para penjaga membuat Pino tersenyum kecil.
"Baiklah, kau bisa keluar, berhati-hatilah... akhir-akhir ini aktivitas para monster meningkat. Saranku, jangan pergi ke perbatasan kota," seru penjaga dengan tenang.
Pino mengangguk pelan dan menerima tokennya kembali, "Terima kasih, pengingatmu akan aku pikir."