Poorstag memberikan Pino sebuah pelajaran tentang apa itu sihir dan bagaimana cara mengendalikannya setelah Pino sadar. Dia menjelaskan semuanya dengan rinci hingga Pino memahaminya bukan hanya mengetahuinya. Seharian penuh dia mengajari Pino tentang dasar-dasar sihir termasuk aliran mana dan keterampilan sihir tingkat 1.
"Hand of Power yang kamu miliki itu merupakan sihir bertipe fisik, dan pada dasar sihir terbagi menjadi dua yakni fisik dan mental. Sihir tipe fisik mirip dengan yang kau miliki saat ini, karena sihir tipe ini bertujuan untuk memperkuat kekuatan si pengguna. Sedangkan, Sihir tipe mental itu seperti Fireball, ataupun Detect of Life, sihir yang berpengaruh di luar tubuh pengguna. Sekarang coba kau gunakan sihir itu, aku ingin melihatnya!" Poorstag meminta Pino untuk mengaktifkan sihir Hand of Power-nya. Dia ingin mengetahui seberapa kuat sihirnya itu.
Permintaan Poorstag pun disanggupi, Pino langsung menggunakan sihir itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Poorstag. Tangannya yang berwarna putih mulai menghitam akibat dari sihir itu, tidak hanya satu tangan saja melainkan keduanya. Lepas menghitam, terlihat ada asap yang mengelilinginya dan lagi itu berwarna hitam. Semakin fokus Pino makin menghitam warna dari tangannya hingga menjadi sangat gelap.
"Oh... menarik, sihir yang kuat. Ini bukan hanya sihir bertipe fisik, melainkan keduanya... dilihat dari aliran mana yang keluar dari sihir ini. Kekuatannya setara dengan sihir tingkat 2, cukup tinggi... tidak ini terlalu tinggi. Kekuatan macam apa yang ada dalam sihir ini? Pino... coba kau pikirkan sebuah bola di tanganmu, lalu alirkan mana, dan pikirkan mana itu seperti air yang mengisi sebuah wadah berbentuk bola," ujar Poorstag, dia penasaran dengan sihir yang Pino miliki, dia merasa jika asap yang keluar di samping tangan pino bukanlah asap melainkan aliran mana itu sendiri.
"Baik, Paman. Aku akan mengikutinya..." Pino mengikuti arahan yang diberikan oleh Poorstag, awalnya tidak ada yang terjadi, namun Pino terus menerus berusaha untuk tetap melakukannya walau tanpa hasil. Lebih dari satu jam dia melakukannya, saat dia mulai putus asa karena tak kunjung-kunjung berhasil, tiba-tiba di atas telapak tangannya muncul sebuah mana yang membentuk bola dan itu berasal dari asap-asap di sekitarnya.
"Bagus, pertahankan itu. Kau sudah melakukannya dengan baik, kau harus bisa mempertahankan bola itu selama satu jam lagi. Kita akan melihat seberapa kuat sihir yang kau miliki dan selama apa kau bisa mempertahankannya!!" Poorstag memperhatikan setiap detail yang ada di kedua tangan Pino, terutama bola energi berwarna hitam pekat yang ada di atas telapak tangannya.
"Ini bukan lagi sihir tipe fisik namun lebih dari sekadar itu. Magic Missile, sihirmu ini bisa aku bilang mirip dengannya. Bola mana ini bisa kau tembakkan dari tanganmu, dan menjadi sebuah sihir yang sama dengan Magic Missile. Sekarang, coba kau kembalikan dan hilangkan bola mana itu!!" Poorstag mulai mengerti seperti apa sihir yang Pino miliki.
Dia tidak berharap jika Pino akan memiliki sihir semacam ini, tidak lagi bertipe fisik semata namun dapat diaplikasikan ke dalam sihir bertipe mental. Dia mencoba untuk melihat seberapa besar potensi sihir ini, karena ada dua macam keterampilan sihir, yakni sihir bawaan atau sihir yang dipelajari. Poorstag melihat jika keterampilan sihir yang Pino miliki merupakan sihir bawaan.
Tanpa mengesampingkan hal lainnya, dia mengamati cara Pino menggunakan sihir dari awal dan dia menemukan jika Pino memiliki mana yang lebih besar lagi. Saat dia mengamatinya, Poorstag melihat jika Pino sama sekali tidak terlihat lelah walaupun mempertahankan bentus sihirnya selama dua jam penuh. Padahal, kebanyakan penyihir pemula yang benar-benar baru mempelajari sihir tidak akan bisa bertahan selama ini.
"Pino... anak ini memang berbakat, sekarang dia terlihat mirip dengan penyihir pemula, bukan hanya gelar semata. Mempertahankan sihir dalam waktu yang lama bukanlah sebuah perkara yang mudah, dia bisa melakukannya hanya dalam satu percobaan saja, bakat yang besar," ujar Poorstag.
Dia pun meminta Pino beristirahat sejenak sebelum memulai pelajaran yang lainnya, sekarang dia tidak hanya mengajarkan Pino tentang dasar-dasar sihir secara teori saja, namun dia juga mengajarkannya dengan mempraktikkannya. Entah butuh waktu berapa lama untuknya mempelajari sihir, Poorstag sama sekali tidak keberatan, dia mengajari Pino segala sesuatu yang ia ketahui termasuk sihir-sihir yang ia kuasai.
Hari demi hari, Pino hanya berlatih dan berlatih. Tidak peduli siang ataupun malam, dia hanya berlatih tentang sihir, dia juga mempelajari sihir dari elemen lainnya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Poorstag. Dia juga membantu Poorstag dalam meneliti beberapa hal.
Pino tidak hanya berlatih sihir saja, namun dia juga melatih kembali seni berpedangnya, tidak mungkin dia akan melupakan seni pedang yang sudah diajarkan oleh Balam. Di sisi lain, dia juga rindu dengan Balam yang entah keberadaannya ada dimana, dia sama sekali tidak mendapatkan kabar darinya. Tanpa ada satupun berita tentang Balam membuat Pino tidak tenang, dia benar-benar khawatir dengan Balam dan terus teringat dengannya.
Berlatih setiap hari tanpa ada jeda waktu, Pino semakin kuat secara fisik lagi juga dengan kemampuannya dalam menggunakam sihir. Dia tidak khawatir dengan hal lainnya termasuk Akademi Coasthaven, dia diajari cukup baik oleh Poorstag dalam segala hal. Mempelajari sihir darinya membuat Pino sadar betapa lemah dirinya, tidak ada hal lain selain keinginan yang kuat untuk bertambah kuat.
Minggu demi Minggu, Pino menjalani semua latihan dengan tekun dan giat, dia tidak terusik akan pemuda lainnya yang masuk ke dalam Akademi Coasthaven, dia terus berlatih dan membantu Poorstag, setiap hari ia lalui dengan kegiatan yang sama.
Meski sudah memiliki keterampilan dan kemampuan sihir yang layak, dia sama sekali tidak keluar dari Kota Morshore, dia tidak melawan monster, dan dia hanya membantu Poorstag saja. Latihan yang dia lakukan terbilang berat, lebih berat dari murid-murid yang ada di Akademi Coasthaven, namun dia menyukai apa yang terjadi pada dirinya.
Pada akhirnya dua tahun berlalu dan Pino yang kini berusia 17 tahun pun mulai didaftarkan ke Akademi Coasthaven. Apa tidak terlambat dengan umurnya yang sudah cukup matang itu? Sebenarnya tidak terlalu terlambat, meski dia akan dibilang tua nantinya, tetap saja dia masih memerlukan pendidikan.
Poorstag baru melepas Pino setelah dua tahun lamanya menimba ilmu pada dirinya. Dia tidak percaya jika latihan selama dua tahun ini akan membuat Pino menjadi sosok yang sangat berbeda, tidak hanya tinggi dan tubuhnya saja yang menyamai Balam, namun kemampuannya dalam menggunakan sihir cukup berbeda dibandingkan dua tahun lalu.
"Tidak ada lagi yang bisa aku ajarkan padamu, sekarang kau bisa pergi ke Akadami Coasthaven atau pergi kemanapun yang kau mau. Tapi, saranku... pergilah ke Akademi Coasthaven dan belajarlah kembali di sana, pasti ada pelajaran yang bisa kau ambil," ujar Poorstag saat memberi pesan pada Pino sebelum Pino meninggalkannya.