Setelah hari itu, Balam meninggalkan Pino pada Poorstag selepas dia memindah alihkan aset yang dia miliki di Goldenroses. Selain itu, dia juga sudah mempersiapkan semua hal terkait keperluan dari Pino untuk masuk ke dalam Akademi Coasthaven. Dia mempercayakan sepenuhnya Pino pada Poorstag, dan dia mempercayai Poorstag jika dia akan mengajari Pino sampai dia benar-benar paham akan sihir sebelum masuk ke dalam Akademi Coasthaven.
Hari-hari setelah dia berpisah dengan ayahnya, Pino mulai berlatih kembali dari dasar, bukan berlatih fisik namun lebih berlatih ke arah mental. Dia yang tidak mengetahui apa itu mana, apa itu sihir, dan lagi bagaimana cara menggunakannya, dia mempelajari semua itu dari Poorstag.
"Jadi Mana adalah energi kehidupan yang bisa kita manfaatkan, berasal dari alam maupun dari tubuh kita sendiri. Sedangkan sihir sendiri perwujudan dari energi itu yang terkondensasi dan menjadi satu hal yang nyata. Sihir sendiri terbagi menjadi 7 elemen, yakni Api, Air, Tanah, Angin, Halilintar, Cahaya, dan Kegelapan. Jadi begitu... dari apa yang Paman katakan, aku memiliki elemen Kegelapan, bukan?" tanya Pino, dia yang sama sekali tidak tahu menahu akan segala hal tentang sihir pun menanyakan semua kebingungannya pada Poorstag.
"Ya, sihir itu sendiri bisa diturunkan ataupun terbentuk dengan sendirinya. Dan dari titik ini, kau lebih condong ke arah terbentuk dengan sendirinya. Grimoire yang menjadi inti sihirmu itu, jauh lebih kuat dari inti sihir pada umumnya, bahkan para bangsawan sekalipun... kau bisa menyaingi mereka. Namun, meski kau memiliki bakat yang mengerikan, dasar yang kau miliki sangat lemah, semua itu menjadi tidak berguna."
"Selemah apapun inti sihir seseorang, dia bisa menjadi lebih kuat jika dia memiliki dasar yang kuat serta mau berusaha dalam keadaan apapun. Sekarang, kau sudah dianugerahi oleh para Dewa dengan potensi di atas langit, apa kau mau memanfaatkannya atau tidak, semua itu bergantung pada dirimu sendiri," ujar Poorstag kembali, hal awal yang ia lakukan bukanlah mengajari Pino langsung tentang sihir melainkan membuatnya bertanya-tanya apa tujuannya.
Dia sudah sering melihat adanya penyihir yang memiliki bakat baik hancur karena dirinya sendiri. Dia tidak ingin hal itu terjadi pada Pino, dia merasakan betapa mengerikannya bakat yang dimiliki oleh Pino, namun disaat itu juga dia merasakan jika keinginan Pino hanya berupa keinginan saja dan dia belum merasakan tekad yang nyata dari Pino.
"Sekarang, Manamu sangatlah besar dan sangat lancar, sayangnya permintaan dari inti sihirmu juga sama besarnya. Jika kau tidak bisa mengimbanginya ataupun tidak bisa mengungguli permintaan itu... nyawamu lah yang akan menjadi bayarannya. Terkadang inti sihir yang menjanjikan bisa menjadi pedang bermata dua, semua tergantung pada dirimu sendiri." Poorstag melihat Pino yang menatap dirinya dengan tatapan serius. Dia sama sekali tidak menyangka jika Pino sudah menemukan apa yang dia inginkan.
"Setiap manusia yang dianugerahi inti sihir akan mampu meminjam kekuatan dari alam, dan menjadikannya sebagai kekuatannya. Mana yang tersebar di alam jauh lebih besar dan lebih kuat dari milik manusia, kita bisa mengambilnya ataupun meminjamnya namun akan ada harga yang harus dibayar, kita akan mencoba melakukannya saat ini. Pino duduklah dalam posisi bersila," ujar Poorstag, setelah Pino duduk bersila, Poorstag mendekatinya.
"Alirkan Manamu ke seluruh tubuh, bagus. Rasakan aliran itu, dan ikuti. Bagus, kau bisa melakukannya," ujar Poorstag kembali.
"Sekarang pikirkan tubuhmu sebagai sebuah wadah, pikirkan kembali inti sihirmu sebagai sebuah pintu masuk. Bagus, kau bisa menyerapnya dengan cepat. Rileks kan tubuhmu, jangan terlalu tegang, ini akan terasa sakit dan mengerikan karena ini akan menjadi langkah awal untukmu melewati Gerbang Kehidupan."
"Bagus, tenang... kau harus tenang dan tidak boleh tegang. Kau sudah merasakan aliran mana di dalam tubuhmu, sekarang rasakan aliran mana yang ada di sekitarmu. Ini akan menjadi hal yang sulit, kau akan merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan, akan terasa puluhan jarum yang menusuk tubuhmu. Jangan berteriak... rasakan semua rasa sakit itu, akrab lah dengannya karena kau akan terus merasakan hal itu. Pertahankan, jangan terlalu banyak menyerapnya," ujar Poorstag.
Dia sangat terkejut karena Pino mampu merasakan aliran mana dengan begitu cepat, dan lagi dia menemukan Pino sama sekali tidak mendengarkan apa yang dia katakan lagi dan fokus untuk merasakan apa yang masuk ke dalam tubuhnya.
"Apa ini? Ini sangat menggelitik pada awalnya, namun menjadi semakin menyakitkan. Kenapa inti sihirku mulai kembali terlihat dan apa pula aliran ini? Aliran mana ini sangat berbeda dengan aliran mana milikku, sangat kacau dan tidak stabil bahkan bisa membuatku terluka. Apa ini aliran mana alam yang dikatakan oleh Paman? Rasanya tidak begitu ramah namun sangat menyegarkan." Pino berpikir tentang aliran mana yang tiba-tiba masuk ke dalam tubuhnya, dan pada saat itu juga tubuhnya terasa ditusuk-tusuk oleh puluhan jarum.
Dia sangat ingin berteriak, menggertakkan giginya, secara tiba-tiba tusukan jarum itu menjadi lebih cepat dan sangat menyakitkan. Dia merasakan ada sesuatu yang terbuka secara tiba-tiba di dalam dirinya, lebih tepatnya di dalam inti sihirnya. Dia merasa jika ada sebuah pintu yang besar dan megah, dia tidak bisa meninggalkan tempat itu kecuali dengan membukanya, namun saat membuka pintu itu, dia merasakan rasa sakit yang sangat menyakitkan, tubuhnya seperti dihancurkan.
"Satu jam lamanya, tubuhnya penuh dengan peluh namun dia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Dia menyerap begitu banyak mana, apa ini memang niatnya atau ini merupakan permintaan dari inti sihirnya? Aku tidak bisa mengganggunya atau dia akan terkena serangan balik yang bisa membuatnya terbunuh. Tak apa, jika kau memang menemukan sebuah pintu, kau harus membukanya meski tubuhmu tidak menerimanya," ujar Poorstag, dia duduk sambil memegang sebuah cangkir berisikan teh, dan dia meminumnya sembari memperhatikan kondisi Pino.
Dia tidak melihat adanya gejala yang buruk dan dia terus mengamati perkembangan Pino. Dua jam berlalu dengan cepat, dan Pino masih belum juga sadar, ketika melihat hal ini Poorstag sama sekali tidak khawatir malahan dia menatapnya dengan heran. Entah karena apa dia merasa jika Pino sedang mencoba membuka Gerbang Kehidupan dan bergerak untuk menjadi penyihir peringkat 1.
"Aneh!!! Bakatmu sangat mengerikan sekali, memang benar sihir tidak selalu menjadi titik utama untuk menjadi penyihir atas, mereka hanyalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari, dan setiap penyihir yang ingin menjadi peringkat atas membutuhkan mana yang sangat besar, sehingga tingkatan penyihir merupakan sebuah sebutan untuk para penyihir yang memiliki mana besar, semakin tinggi peringkatnya semakin besar mana-nya." Poorstag tidak lagi menyembunyikan keterkejutannya karena dia merasakan banyak sekali mana yang diserap oleh Pino.
Dia memperhatikan segala hal tentang Pino, dan saat ini dia lebih fokus untuk melihat kondisi Pino yang masih berada di posisinya. Sudah enam jam berlalu, dan Pino tak kunjung membuka matanya, hal ini membuatnya makin percaya dengan perasaannya, karena membuka Gerbang Kehidupan tidaklah mudah karena itu merupakan langkah pertama orang biasa dengan inti sihir dan mana untuk menjadi seorang penyihir sejati. Sulit memang namun itu sangat dibutuhkan, jadi saat melihat Pino, dia tidak meragukannya lagi.