Dua hari kemudian Pino siuman, tidak ada satu pun orang yang mengira jika Pino akan tidak sadarkan diri selama tiga hari penuh. Tentunya Pino yang sadar dari kondisi itu menjadi kabar yang baik untuk Balam.
Selama Pino masih tidak sadarkan diri, Balam dilanda kecemasan yang luar biasa besar. Dia tidak bisa lepas dari kekhawatiran yang merenggut dirinya, terus berada dalam perasaan cemas dan khawatir membuat Balam tidak bisa beristirahat dengan tenang. Selalu mendampingi dan berada di samping Pino, dia tidak tahu sampai kapan Pino akan berada dalam kondisi ini.
Akan tetapi, hari ini seluruh perasaannya kembali normal dan dia berada dalam kebahagiaan yang sudah lama sekali menghilang dari dirinya, melihat Pino yang siuman dan berada dalam kondisi yang baik membuat Balam bahagia.
Tentunya keadaan Pino belum pulih seutuhnya namun setidaknya dia tidak berada dalam kondisi yang buruk, melihat caranya duduk dan wajahnya yang tak pucat, Balam bisa menentukan jika Pino berada dalam kondisi yang baik itu karena tidak ada gejala aneh yang dia alami. Segera dia memeluk Pino dan mendekapnya cukup lama.
"Ayah..."
Ketika Pino dipeluk, dia merasakan perasaan hangat yang berbeda dan dia terdiam. Pinot tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika dipeluk oleh Balam secara tiba-tiba. Tidak pernah terpikirkan olehnya, jika Balam akan melakukan tindakan semacam ini, dia tahu jika Balam sangat menyayanginya namun dia tidak pernah mengira Balam akan melakukan tindakan seperti ini.
"Ayah, aku baik-baik saja, tidak perlu untuk Ayah khawatir lagi. Lihat, kondisiku sudah membaik, tapi kenapa Ayah terlihat lebih pucat? Apa yang terjadi padamu?" tanya Pino, setelah lepas dari pelukan Balam, dia melihat wajah Balam yang pucat dan terlihat tidak memiliki sedikit pun tenaga apalagi matanya yang sembab, semua itu menandakan Balam melalui hari-hari yang menyedihkan.
"Aku tidak apa-apa, yang paling penting kau sudah siuman dan sehat. Huft... istirahatlah, Nak, Ayah akan memanggil Poorstag untuk memeriksamu. Istirahatlah, jangan melakukan apa pun dan tetap berbaring, kau masih membutuhkannya." Balam meninggalkan kamar yang ditempati Pino, dan pergi ke perpustakaan yang ada di dalam rumah tersebut.
Dia yakin jika Poorstag berada di perpustakaan, mau bagaimanapun dia sudah berteman lama dengan Poorstag sehingga dia cukup memahami seperti apa orang itu. Awalnya langkah kakinya kecil namun berubah menjadi cepat, dia takut jika Pino akan tak sadarkan diri lagi sehingga dia mempercepat langkah kakinya ketika bergegas pergi menuju ke perpustakaan.
Pino yang baru saja siuman dan sadar dari tidurnya yang panjang merasakan ada perbedaan di tubuhnya. Dia merasakan ada sesuatu yang mengalir deras di seluruh tubuhnya, entah apa yang mengalir ke seluruh tubuhnya itu, meski merasa aneh entah mengapa sesuatu yang mengalir ke tubuhnya itu terasa nyaman dan tidak mengganggu. Dia mencoba duduk bersila dan merasakan benda yang mengalir ke seluruh tubuhnya.
"Apa ini? Kenapa di seluruh tubuhku ada benda ini dan mengalir terus menerus tanpa henti, semua aliran ini berpusat pada satu titik Input dan outputnya berasal dari tempat yang sama, Huft... aku tidak tahu benda apa ini tapi tampaknya tidak berbahaya," gumam Pino ketika dia merasakan aliran mana di dalam tubuhnya termasuk inti sihirnya yamg berupa sebuah buku dengan tujuh lingkaran.
Pino tetap berada dalam posisi tersebut selama beberapa waktu hingga Poorstag serta Balam masuk ke dalam kamarnya. Pino tidak beranjak dari posisinya dan tenggelam di dalamnya, dia mengikuti aliran mana yang mengalir bak air terjun di dalam tubuhnya. Ia berkonsentrasi dan merasakan aliran tersebut, perlahan namun pasti, dia bisa melihat inti sihirnya.
"Balam, kau bisa tenang sekarang, anakmu ini benar-benar baik. Dia bisa merasakan aliran mana dan inti sihirnya tanpa ada yang memandunya, ini sangat bagus. Kau merasakannya bukan? Mana yang berasal dari tubuhnya sangat kuat, dua hingga tiga kali lipat kuatnya daripada orang biasa. Melarangnya mempelajari sihir pada waktu itu dan menyegel inti sihirnya terasa seperti keputusan yang salah namun jika kita membiarkannya dialah yang akan mati," ucap Poorstag, dia masih terkagum-kagum dengan mana yang dimiliki oleh Pino dan sekarang dia melihat suatu hal yang menarik dimana Pino mampu mengikuti aliran mana dan melihat inti sihirnya secara langsung.
Melihat inti sihir tanpa adanya seorang pembimbing merupakan hal yang sangat sulit, meski bisa tanpa adanya seorang pembimbing tetap saja akan lebih mudah jika ada orang yang membimbingnya. Hal ini juga menjadi suatu pengukur untuk mereka, jika seseorang dapat melihat inti sihirnya tanpa panduan pembimbing maka perkembangannya akan jauh lebih baik dan memiliki potensi yang besar.
"Huft... tetap saja, aku khawatir dengan keadaannya, sudah berapa hari dia tidak sadarkan diri dan berada dalam kondisi seperti itu? Apa kau pikir aku bisa tetap tenang setelah melihat anakku tak sadarkan diri dan berada dalam keadaan semacam itu? Meski dia sudah siuman sekali pun, aku masih tetap khawatir. Ah... Huft... maaf, aku lepas kendali," ujar Balam, dia duduk di kursi dan memegangi kepalanya, dia tidak bermaksud mengeluarkan uneg-unegnya namun dia tidak bisa menahannya setiap waktu.
"Ya, aku tahu itu, tapi kau harus tahu satu hal, Kawan. Dia jauh lebih kuat darimu, kekuatan fisiknya sudah sangat bagus dan sekarang dia bisa menggunakan sihir. Kau tahu maksudku, bukan? Biasanya mereka yang mempelajari sihir, tidak memiliki kemampuan tempur jarak dekat yang baik kecuali mereka yang memiliki inti sihir bertipe senjata. Sekarang kau bisa membebaskan kekhawatiranmu itu, dia harus hidup mandiri dan kau tidak perlu mengawasinya setiap waktu," balas Poorstag, dia memahami kekhawatiran Balam yang sangat masuk akal itu.
"Huft... benar katamu, sebentar lagi dia akan masuk ke Akademi Coasthaven dan berpisah denganku. Tampaknya aku akan bertualang lagi seperti dulu selagi dia belajar sihir di Akademi Coasthaven. Aku sudah meninggalkan seluruh kekayaanku padanya, aku rasa dia bisa hidup dengan kehendaknya sendiri. Kawan, aku tidak tahu harus berterima kasih padamu seperti apa lagi, kau sudah menolongku berulang kali dan semua itu pada situasi yang sulit. Terima kasih, sudah membantuku selama ini," ujar Balam, dia berencana untuk meninggalkan Pino setelah mereka menyelesaikan pemindahan akun di Goldenroses serta masalah di Akademi Coasthaven.
"Kau ini, tenang saja. Kau juga seringkali membantuku, jadi semuanya impas. Tunggu sebentar lagi, anakmu pasti akan bangun. Dia sedang mengikuti aliran mana dan mempelajarinya, kau bisa tetap di sini atau ikut denganku, jika kau benar-benar ingin melakukan petualangan seperti dulu lagi, lebih baik kau kunjungi tempat ini," ujar Poorstag sambil mengajak Balam keluar dari kamar itu.