Chereads / Break The Limit - Magic Explosion / Chapter 7 - Perjalanan ke distrik Vaylon - Wilayah kerajaan Kan Dha III

Chapter 7 - Perjalanan ke distrik Vaylon - Wilayah kerajaan Kan Dha III

"Jangan melihat saja! Cepat pergi dari sini!" teriak sosok itu. Ia lihai sekali menggunakan busur panahnya untuk menangkis serangan Yue.

Putri Daria memerintahkan dua kusir dan Jim untuk segera bergerak. Menyerahkan sisanya kepada pemanah angin tadi. Tapi Jim malah tak menghiraukan perintah itu. Pemanah angin ini mungkin lihai. Tapi sang penyihir gelap mempunyai kekuatan yang lebih kuat.

Pemandangan saat ini adalah serangan beruntun yang saling beradu. Yue tetap dengan Dark Bulletnya, dan pemanah angin tetap dengan serangan panahnya.

Meski begitu, terlihat jelas kalau pemanah angin tak bisa mengimbangi  serangan itu. Sedikit demi sedikit, dark bullet berhasil menerobos pertahanan si pemanah.

Putri Daria yang kini berada di ambang pintu kereta, mengacungkan tongkatnya..

[Sihir Pelangi - Kuning! Penetrasi!] - Mengurangi jumlah daya serang yang di terima, dan memperkuat serangan pribadi.

Cahaya kuning yang melesat itu menyatu dengan tembakan si pemanah. Menciptakan serangan yang lebih kuat, dan mengurangi daya serang si penyihir.

Keadaan berbalik. Panah-panah itu mulai mengungguli dark bullet. Kian menekan, hingga akhirnya serangan dark bullets itu pecah, tembus oleh serangan pemanah.

Tapi, alih-alih serangan itu mengenai tubuh Yue, penyihir itu melakukan hal yang sama yang ia lakukan pada Fang.

[Sihir Gelap - Lubang Hitam!]

Yue juga menciptakan serangan pantulan dari atas. Jadilah serangan pemanah itu sebagai senjata makan tuan. Serangannya berbalik ke arah Jim dan yang lain. Termasuk putri Daria!

Kali kedua mereka dalam ambang kematian. Jim cepat menghampiri putri Daria, menjadikan dirinya sebagai tameng. Ia memejamkan mata. Dalam beberapa detik berikutnya, tubuhnya pasti tak berbentuk.

Tapi kejadian yang sama juga terulang. Adegan klise. Jim mendengar banyak dentuman. Ia kira serangan itu mengenai dirinya. Tapi kalau itu benar terjadi, kenapa tak ada rasa sakit sama sekali. Mungkinkah tuhan mengampuninya sehingga ia mati dan tak merasa sakit sama sekali? Pikiran-pikiran itu terus berputar sebelum akhirnya ia membuka kedua matanya.

Kali ketiga Jim terperangah (?). Sosok Fang yang kini berada dalam penglihatannya. Dugaan Jim, Fang membuka skil baru.

[Teknik Besi - Tubuh Baja!] Dalam sekian detik, energi dikorbankan untuk memperkuat setiap sel tubuh menjadi sel baja. Tameng yang sangat efektif. Penangkis segala serangan, tapi tidak untuk seseorang berbatas tubuh Master.

***

Di sisi lain - Beberapa saat sebelumnya.

Kali ini takkan segan. Dalam hitungan cepat, ia mengambil batu-batu besar di sekitarnya kemudian melempar ke arah pria bertopeng. Seperti pemandangan meteor jatuh. Tapi minus api.

Sayangnya pria bertopeng itu berelemen petir yang tentunya memiliki skil yang lebih menguntungkan.

[Elemen petir - Gerakan kilat!] - Seolah dirimu sendiri yang menjadi kilat. Kecepatan cahaya. Bergerak tak terlihat.

Pria bertopeng melesat kesana kemari menghindari serangan itu. Ia juga berusaha memperpendek jarak dirinya dengan Fang.

Sampai ketika jarak mereka tak lebih dari selemparan batu. Pria bertopeng melakukan serangan balasan.

"Kau takkan bisa menghindariku!" teriaknya. Di balik topeng itu, ia menyeringai tajam. Kedua tangannya mengeluarkan arus listrik yang membara. Dalam beberapa gerakan kilat berikutnya, wajah mereka terlihat begitu dekat. Kedua mata Fang membulat ketika petir kuning itu akan menyambar tubuhnya.

[Elemen petir - Serangan penutup!] - Serangan jarak dekat. Mengorbankan sejumlah besar energi untuk menciptakan petir dengan jutaan volt. Benar-benar pamungkas yang mengerikan.

Fang menarik nafas dalam. Ia tak mau hidupnya berakhir di sini. Ia menyimpan banyak harapan, termasuk yang mulia dan sang dren, juga Jim dan putri Daria. Ia tak boleh mati di sini. Pikiran masa kecilnya mulai berkelebatan.

"Lihat itu nak!" sahut sosok paruh baya itu. Mereka berdiri menghadap sebuah monumen yang seutuhnya terbuat dari logam dan baja. Benda itu tampak berkilau disiram sinar mentari. Monumen yang diciptakan Raja untuk mendiang keluarga Hudan.

"Ini keras, paman, juga sangat berkilau," jawab Fang kecil dengan mata binarnya.

Sang paman mengelus kepala keponakan yang kini lebih seperti anaknya sendiri itu.

"Kita dihormati bukan karena kekuatan kita yang berhubungan dengan baja nak," tuturnya, "tapi lebih, karena tekad kita seperti baja. Mental, kemauan, kita selalu bisa mencapainya. Tapi ingat, baja terkadang berkarat. Maka jika saat itu tiba, bakar karat itu! Tempa! Jadikan ia seperti baja yang semula! Selalu kuat dan tak pernah lembek!"

Dan Fang kembali ke dalam kesadaran nya.

[Teknik Besi - Tubuh Baja!]

Seketika seluruh tubuh Fang berwarna abu terang. Karena baja merupakan konduktor listrik. Petir itu merayap ke seluruh tubuhnya, meski serangan target tadi hanya mengarahkan area perut.

Si pemuda bertopeng terkejut melihat perubahan itu. Fang memanfaatkan keadaan, ia membalikan serangan petir pria bertopeng. Tepatnya menyerang wajah. Pria itu tak sempat menyadari apa yang dilakukan Fang. Tubuhnya terpental jauh setelah petir serangannya berbalik arah.

Pria bertopeng terpental hingga tubuhnya menabrak mulut gua. Tubuhnya kaku, diselimuti sengatan listrik.

Fang kembali ke keadaan semula. Ia menghampiri sosok itu. Hendak mengungkap wajah siapa yang berada di balik topeng itu.

Gerakan tangannya terhenti ketika sengatan itu timbul, kemudian kembali mencobanya. Tapi, di saat tangannya tepat menyentuk topeng itu. Giliran Jim yang kini terpental. Seperti ada sosok yang mendorongnya dengan kasar. Membuatnya jatuh terjembab.

Seekor burung gagak tampak menghampiri dari arah hutan. Ia hinggap di tubuh pria bertopeng. Beberapa detik kemudian, terdapat sesuatu berwarna hitam yang menyelimuti mereka. Mirip seperti sihir gelap Daria. Dan ketika energi hitam itu membungkus tubuh si pria bertopeng dan burung gagak itu, angin di kemudian berhembus, dan tubuh mereka pun lenyap.

Sesuatu terlintas di pikiran Fang. Ada sesuatu yang ia kenal dari sosok ini. Di kerajaan Kan Dha, sangat jarang orang menguasai elemen petir. Sosok yang dikenal Fang yang menguasai elemen ini hanyalah dren Harumi. Iya, ada kesamaan antara pria bertopeng ini dengan dren Harumi. Tapi Fang segera menyingkirkan pikiran-pikiran buruknya.

Dari langit hutan, ia melihat ada cahaya kuning yang tak asing bagimya. Kemarahan tadi membuatnya tak sadar kalau si penyihir memang melaksanakan apa yang dikatakannya.

Berkat sentuhan petir saat Fang dalam mode tubuh baja tadi, ia mendapat sepercik kekuatan itu. Ia bergerak melesat di antara rimbunan pohon.

***

"Fang!" teriak Jim.

Yue segera menarik serangannya. Menunjukan ekspresi wajah yang sama dengan yang lain.

"Ternyata aku terlalu meremehkanmu," seringai Yue. Ia menggerakan jemari lentiknya, bersiap untuk meninggalkan pertarungan.

"Kau tak bisa lari begitu saja!" ancam Fang. Ia berlari ke arah Yue untuk melancarkan serangan.

[Teknik Besi - Pukulan Berdentum!]

Tapi dentuman itu hanya mengenai udara kosong. Penyihir itu sudah ditelan dimensi lain. Jim di belakangnya masih terperangah dengan apa yang dilakukan Fang. Kedua pedangnya tersarung rapi. Si pemanah angin masih mengatur nafasnya yang menderu cepat. Putri Daria menghela nafas lega.

"Aku percaya aku bisa mengandalkanmu Fang," sahut suara anggun itu, "Kita harus cepat pergi dari sini," lanjutnya, kemudian ia masuk ke bilik kereta.

Fang berbalik, dengan nafas terengah ia berjalan gontai menuju kereta. Jim berjalan cepat menghampirinya.

"Kondisimu payah kawan, sebaiknya kau cepat beristirahat," ujar Jim, yang kemudian membopong tubuh Fang.

Jim berjalan menuju kereta, tapi kemudian menghentikan langkahnya ketika teringat sesuatu. Ia memandangi si pemanah angin yang membelakanginya.

"Hoy!!" sahut Jim.

Pemanah angin itu tetap dalam posisinya.

"Terimakasih atas bantuanmu. Ternyata, ada untungnya juga kau bisa lolos dari kejaran Fang," ujar Jim, lantas kembali bergerak menuju kereta.

Beberapa langkah bergerak. Fang yang masih dibopong menahan langkah Jim.

"Kau bisa ikut kami, jika kau tak tau apa yang akan kau lakukan," sahut Fang yang langsung disambut protes oleh Jim.

Mendengar itu, kepala si pemanah angin reflek bergerak, tapi tetap tak menunjukan minat untuk menatap Fang dan Jim.

"Memangnya, kalian akan pergi ke mana?" tanyanya tanpa merubah posisi.

"Distrik Vaylon, ada banyak hal yang bisa kita lakukan di sana," balas Fang.

"Hey, dia orang asing! tentu saja aku tak akan membiarkan hal itu terjadi,"  protesnya.

"Ssttt.. dengan begitu kita bisa mengambil barang curiannya bukan?" bisik Fang membujuk.

Jim menatap Fang sesaat, kemudian memutar bola matanya.

"Tapi kau yang bertanggung jawab jika dia berulah," Jim memperingatkan, juga sebagai kesepakatan akhir.

Fang mengedipkan sebelah matanya, kemudian menyahut pada si pemanah angin.

"Bagaimana keputusanmu?"

Sesaat tampak ragu, tapi akhirnya ia menjawab "Umm.. Baiklah, untuk sementara saja, setelah itu aku akan pergi," jawabnya.

"Kalau begitu, jangan membuat sang putri menunggu!" sahut Jim yang kemudian kembali bergerak membopong Fang.

Pemanah angin mengembalikan bentuk busur seperti semula. Sebuah tongkat kecil. Kemudian berjalan menuju kereta dan masuk ke bilik Fang.

Kusir menarik picu dan mulai menggerakkan kereta. Mereka melanjutkan perjalanan menuju distrik Vaylon.

Malam sudah memasuki masanya. Satu dua bintang tampak bermunculan dilihat dari balik jendela. Ingin sekali Fang memejamkan matanya, setelah semua yang dialami hari ini.

Tapi sebelum itu terjadi, samar-samar Fang mendengar Jim bercakap dengan si pemanah angin. Yah, seputar hal yang sebetulnya juga Fang ingin tau dari awal.

"Aku Jim Junbi, dan kau?"

"Hackyal Anbaru," balasnya singkat.

Jadi itu, sayang sekali Fang tak bisa mendengar percakapan mereka lebih lanjut. Tubuhnya sedang haus energi. Ia tertidur. Tapi, Anbaru? Akhirnya ia punya seseorang yang bisa menguatkan kesaksian.