Sekilas ada niat untuk menyimpan kartu nama itu dan menghubungi tante Mira , tidak tidak tidakkk!?! Aku gak mau masa depanku hancur hanya karena kertas ini! kutegaskan dalam hati akan tetap mempertahankan harga diriku, ku melintas di sebuah jembatan, langsung kubuang saja kartu nama itu.
Anggap saja pertemuanku dengan tante Mira cuman sekedar untuk memberi aku makan siang.
Aku kaget bukan main, sedikit saja aku menangis. Berantakan, rumahku diporak porandakkan. Kutemui Ayah dan ibu sudah dalam keadaan tak bernyawa. Duggg, jantungku hampir saja berhenti rasanya aku ingin mati. Hati dan fikiranku tidak bisa mengungkapkan perasaanku saat ini. "Oh Tuhannn....!!! perbuatan siapa ini?? Toloongggg...! tolonggg! " teriakku.
Tetanggaku berdatangan sementara aku hanya bisa diam di samping jasad kedua orangtuaku.
Mati rasa! benar aku mati rasa bahkan aku tak menangis. Selang beberapa menit kemudian hening, aku tak sadarkan diri.
Aku bangun dan langsung saja keluar dari kamarku, kulihat orang - orang mulai berdatang. Ternyata ini bukan mimpi, kupeluk dan kutangisi jasad keduanya hanya itu yang bisa kulakukan saat ini. Sementara polisi diluar rumah sibuk menyelidiki siapa pelaku atas pembunuhan ini, tak ada tetangga yang mendengar ataupun melihat kejadiannya. Aneh, padahal rumahku dan rumah - rumah tetangga jaraknya hanya berkisar 100-300 meter saja.
Aku tak bisa ikut membatu mencari tau siapa pelakunya, aku terlalu sibuk dengan tangisanku.
Sebulan berlalu pelakunya tak juga diketahui. Orang kembali dengan rutinitas mereka masing - masing, kecuali aku yang sampai saat ini masih saja terus menangis, aku sendirian, dan badanku sekarang samgat sangat kurus. Mereka tak lagi membicarakan soal pembunuhan Ayah dan Ibuku, para polisi pun sudah tak pernah datang ke lokasi untuk mencari tau.
Dengan rasa kesal dan kecewa aku putuskan untuk pergi dari rumah ini. Aku ingin pergi entah kemana, berkelana mencari seseorang yang mungkin akan peduli padaku. Aku menjual semua barang - barang berharga, dan juga rumahku.
Pergi tanpa tujuan dan benar benar tanpa tujuan.
Sudah terlalu larut malam aku harus mencari tempat untukku beristirahat. Aku memilih tidur di teras depan sebuah toko karna kuliat disitu ada cctv, jika ada sesuatu yang terjadi padaku maka mudah untuk diselidiki.
Sudah beberapa hari siang dan malam ku kuhabiskan di pinggir jalan, aku mulai lelah, uangku sudah hampir sejuta yang ku pakai buat makan. aku berharap aku segera menemukan seseorang baik hati yang akan memberi aku tumpangan rumah, atau paling tidak mempekerjakanku dirumahnya.