Napasnya tersengal-sengal. Wajahnya basah oleh air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Nicholas mengusap-usap kepalanya, mencoba menenangkannya.
"Taris napas dalam-dalam. Ya benar. Keluarkan pelan-pelan. Sekali lagi." Nicholas turut mempraktekkan cara bernapas. "Nah begitu."
Nicholas tersenyum samar kemudian menyerahkan sekarton susu dingin ke tangan Rissa. Ia tidak mengerti apa gunanya meminum susu dingin jika terbangun dari mimpi buruk? Toh ia tetap tidak bisa menenangkan dirinya sekalipun ia menghabiskan berkarton-karton susu. Ia akan terus tetap terjaga sampai pagi menjelang.
"Sejak kapan kamu ada di kamarku?" tanya Rissa sambil menyusut bibirnya sebelum Nicholas yang melakukannya.
"Ya... mungkin sudah setengah jam yang lalu. Aku tidak bisa tidur. Sejak kemarin kamu begini terus. Jadi sudah seperti alarm. Aku pasti terbangun setiap jam segini."
Rissa menatap jam dinding. Sudah pukul setengah tiga pagi.
"Maafkan aku," ujar Rissa. "Aku mengganggu tidurmu terus."