"Gue izin pulang ya, Mey. Semoga lekas sembuh, semangat!" Kurang lebih seperti itulah dialog terakhir yang mengisi lubang telinga Meira sebelum dilanda kebisuan setelah Saka menyingkir pulang, tadi Riska kembali membawa beberapa paper cup kopi yang mungkin ia beli dari coffeshop di dekat area rumah sakit, hanya saja melihat semua itu Meira makin kesal.
Terlalu jelas menegaskan jika Riska siap lembur mengerjakan tugas revisinya sampai harus membeli banyak cup kopi serta kantung kresek putih berisi setumpuk camilan yang memenuhi permukaan meja di dekat laptopnya.
Meira pikir isi kepala Riska sudah waras alias mengerti keinginannya sebentar saja, ia lebih senang melihat cowok itu terlelap—ketimbang menekuri laptopnya lagi seperti sekarang.