"Finally, lo datang juga ke sini."
Kedatangan Meira disambut Alexa yang baru keluar dari pintu utama kantor agency, mereka berdiri di teras gedung tersebut.
"Udah ditungguin tuh, lo takut nggak sih kalau posisi lo beneran digeser sama gue? Lo nggak akan jadi primadona lagi, Meira." Tangannya menyentuh rambut sang rival, tapi tangan Mey lekas menepis, tak sudi disentuh manusia toxic seperti Alexa. "Gue bisa meramal masa depan gue ternyata, buktinya sebentar lagi lo beneran ditendang, dan gue yang jadi primadona di sini."
"Masih sama, Alexa. Apa yang mau gue bilang masih sama, lo mau ngapain terserah, yang penting jangan usik kehidupan gue." Ia menyenggol lengan Alexa saat melangkah memasuki kantor, sedangkan Riska tak ikut campur sama sekali, terlebih Meira sudah turun tangan sendiri, tapi ia tetap ikut masuk ke gedung tersebut saat Alexa tersenyum sengit—menoleh menatap berlalunya sepasang kekasih tadi.