"Bapak kasih waktu sekitar 10 menit untuk kalian cari anggota grup kalian ya, untuk yang belum mendapatkan teman kelompok" Pak Suryo menyadari kalau Cinta hanya duduk sendiri, dia memberi kesempatan agar Cinta memilih teman kelompoknya.
"Mau satu grup sama gue?" tanya seseorang di samping Cinta, hanya beberapa detik setelah Pak Suryo mengucapkan kalimatnya. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara, penasaran dengan siapa yang menanyakan pertanyaan itu. ml
Derryl sudah ada disana dengan senyuman miringnya. Cinta mengerutkan keningnya sambil menghembuskan napas sedikit berat, seakan pagi harinya ini tidak bisa lebih buruk lagi. Cinta mengenal Derryl, lelaki itu bahkan lebih penggosip dari gadis kebanyakkan di kampusnya. Cinta bisa tahu kalau lelaki ini pasti punya niatan lain makanya dia menawarkan dirinya menjadi rekan satu grup Cinta. Mana mungkin Derryl dengan suka rela mengajukan diri menjadi teman sekelompoknya. Kalau seperti ini lebih baik Cinta bekerja sendiri, pikirnya dalam hati.
"Gue yakin enggak banyak orang disini yang mau ambil lu buat jadi rekan satu grup," balas Derryl sambil tersenyum miring lagi, dia yakin sekali selain dirinya, tentu tidak ada yang mau bersama Cinta saat ini. Kesempatan yang baik untuk Derryl supaya bisa mendapatkan nilai bagus secara cuma-cuma.
Cinta kembali menghela napas berat. Apa yang Derryl bilang memang ada benarnya. Tapi bukan berarti Cinta mau begitu saja menerima orang seperti Derryl untuk bekerja sama dalam tugas kelompok sekarang. Selain penggosip, lelaki ini juga pemalas sekali. Derryl tidak pernah berpartisipasi aktif, nilainya selalu dia raih dengan uang. Keluarganya pemilik perusahaan konstruksi, salah satu yang terbesar di negara ini. Tanpa menjadi arsitek pun, Derryl sudah langsung punya posisi disana, apalah arti sebuah gelar. Berbeda dengan Cinta yang harus dengan susah payah mendapatkan semua ini. Derryl pasti tidak akan melewatkan kesempatan baik ini. Cinta selalu mendapatkan nilai terbaik di semua tugas.
"Maaf Derryl, sepertinya..".
"Gue udah duluan janjian duluan buat satu grup sama Cinta dari kemarin, ya kan Cin?" sebuah suara muncul di balik tubuh Nico. Cinta dan Derryl sama-sama mencari siapa yang berbicara.
Nico menepuk pundak Derryl, meminta lelaki itu untuk beranjak pergi dengan kode tangannya. Sebenarnya Derryl ingin protes, tapi semua orang tahu siapa Nico, lebih baik tidak cari masalah dengan Nico. Lelaki muda itu pun hanya bisa berdecak kesal, mengambil tas ranselnya dan pergi menuju barisan lain.
Cinta sendiri masih dalam kebingungan dengan apa yang terjadi barusan. Dia bertanya-tanya sendiri mengapa Nico mengatakan kalau dia sudah berjanji pada Nico.
"Anggap aja hutang cake semalam, gue enggak suka berhutang" ucap Nico dengan santai, mengambil tempat di samping Cinta tanpa banyak bicara. Cinta menelan semua pertanyaan yang ada di kepalanya. Daripada Derryl, Nico jelas lebih baik, batinnya. Apapun niatan Nico, Cinta yakin tidak akan seburuk niatan Derryl jadi dia memilih hanya mengiyakan dengan mengangguk saja.
Pak Suryo mulai menjelaskan tentang tugas kelompok mereka setelah melihat semuanya sudah mendapatkan teman satu kelompok. Cinta menyimak dengan baik tapi perhatiannya sedikit terganggu dengan adanya Nico yang duduk tepat disampingnya. Konsentrasi Cinta sedikit terpecahkan karena Nico. Pertanyaan yang sebelumnya muncul lagi di kepala Cinta. Sesekali gadis itu melirik ke arah Nico sesekali. Selama ini Cinta nyaris tidak pernah memperhatikan Nico. Lelaki ini memang jarang bersinggungan dengan siapapun di kampus. Dia hanya datang dan pergi, tidak punya sahabat dekat yang sering bersama, yang Cinta tahu Nico adalah anak pejabat terkenal di negara ini, tapi Cinta tidak tahu siapa.
Penampilan lelaki ini tampak dingin dan acuh. Nico duduk sambil menopang dagunya, memperhatikan mata kuliah yang disampaikan oleh Pak Suryo. Sesekali lelaki itu menulis
Cinta terlalu sibuk melirik dan meneliti tampilan Nico, dia tidak sadar kalau Nico menyadari sedari tadi kalau Cinta memperhatikan dirinya.
"Ada yang salah sama gue?" tanya Nico.
"Eh?" balas Cinta, gelagapan.
Nico berpaling, memandang wajah Cinta lekat.
"Gue tanya, apa ada yang salah dari wajah gue? Dari tadi gue perhatikan lu liatin gue terus?" ulang Nico. Wajahnya terlihat serius saat menanyakan hal itu, membuat Cinta menjadi gugup dan sedikit takut.