Chereads / INDESCRIBABLE FEELING / Chapter 33 - Something Else

Chapter 33 - Something Else

"Segala sesuatu yang ditakdirkan untukmu takkan pernah menjadi milik orang lain. Begitupun juga, ketika sesuatu itu bukan milikmu sekeras apapun usahamu ia akan lepas dari genggamanmu."

Hari mulai berganti, sang surya menyinari pagi memberikan semangat tuk terus bangkit dan berlari mengejar mimpi. Jam dinding mulai menunjuk pukul 7 pagi. Hari ini aku akan menjadi sosok Yuan Lin yang baru. Takkan lagi menyerah apalagi mengeluh, energi positif akan terus mengalir di setiap tetes darahku.

"Hari baru semangat baru" ucapku yang tengah duduk di depan cermin sembari terus menyemangati diri. Ya, memberi semangat dan menghargai diri sendiri juga perlu.

Ku kayuh sepedaku kuat-kuat menyusuri indahnya pagi ini. Udara pagi yang menyejukan membuat hatiku semakin tenang, setidaknya pagi ini takkan ku mulai dengan keluhan-keluhan konyolku. Namun, suatu hal kembali mencuri perhatianku, mataku tertuju pada seorang pria dengan sepeda hitam menunggu di depan gang rumahku sembari membaca sebuah buku.

"Akhirnya kau datang juga, aku lelah menunggumu sejak tadi, Lin." ucapnya yang membuatku menarik kuat kedua rem sepedaku dan melihatnya sejenak.

"Apa aku mengenalmu?" tanyaku yang mulai melirik sosok pria itu yang masih menutupi wajahnya dengan sebuah buku tebal bersampul biru.

"Selamat pagi." sapanya sembari menutup bukunya dan menyodorkan sebuah senyuman manis di depan mataku.

"Lian? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku yang tak percaya bahwa pria itu adalah Lian, teman satu kelas Jianghan.

"Apa kau tak terkejut melihat kedatanganku, Lin?"

"Tidak, biasa saja."

Terlihat Zhai Lian mulai mengerucutkan bibirnya dan memutar wajah malas. "Ah percuma saja kau tak terkesan, aku hanya membuang waktuku."

Aku hanya tersenyum melihatnya.

"Sudahlah tak usah memasang wajah seperti itu, kau terlihat mengerikan." ledekku yang membuatnya tertawa kecil

"Aku bertanya padamu, apa yang kau lakukan di sini?" tambahku sembari melipat kedua tangan di dadaku

"Tidak ada, aku hanya ingin memeriksamu apakah kau masih hidup atau tidak." jawabnya yang membuatku terperangah kaget.

Aku mulai membelalakan kedua mataku, "Jadi, kau pikir aku sudah mati, begitu? Sembarangan saja kalau bicara."

Lian tersenyum sembari mengayuh sepedanya di depan mataku, "Bagaimana tidak, sudah seminggu kau tidak mengirimkan pesan padaku."

Aku mulai mengejarnya dan mengayuh sepeda ke sekolah bersamaan, "Lalu, kenapa jika aku tak mengirimkan pesan padamu? Apa kau marah?"

Lian masih diam mematung dan terus mengayuh sepedanya tanpa mempedulikan pertanyaanku. Aku mulai mengangkat alisku.

"Lian!!!" teriakku padanya, namun ia tetap berusaha tuk mengabaikan teriakanku dan tak melirik ke arahku.

"Kau ini memang tuli atau pura-pura tuli? Kalau begini sikapmu padaku, aku tak mau bicara lagi padamu, kau menyebalkan." sindirku yang kesal karena perbuatan Lian yang tiba-tiba saja diam menyebalkan. Kukayuh sepedaku menjauhinya. Aku tak tahu, apa yang Lian lakukan padaku, ia tiba-tiba diam membisu. Sikapnya cukup aneh pagi ini. Mungkin saja dia salah makan.

Sesampainya di sekolah, kuparkirkan sepedaku pada halaman. Akhirnya, sampai juga hari ini aku akan menjadi siswi yang lebih baik dari sebelumnya.

"Yuan Lin." panggil seseorang yang mulai menahan tanganku.

Aku hanya terbelalak kaget melihat Lian berdiri gagah menggenggam erat tanganku sembari matanya terus memandangi kedua bola mataku. Tatapannya membuat jantungku berdegup kencang, apa yang terjadi sebenarnya? Tatapan mata itu....

"Tolong, jangan lakukan ini padaku." ucapnya yang terus menggenggam erat pergelangan tanganku.

"A-apa maksudmu, Lian?"

"Makan siang dan pulang lah bersamaku sore nanti. Kau tahu, seminggu kau acuhkan hatiku terasa hampa." tutur Lian yang membuat isi kepalaku semakin penuh dengan tanda tanya.

"Hampa? Sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan? Aku tak mengerti maksud perkataanmu. Bicaralah lebih jelas." tanyaku yang masih mempertanyakan ucapan Lian yang penuh dengan ambigu.

Terlihat Lian mulai menarik napas dalam-dalam seakan ada sesuatu hal berat yang sulit tuk diungkapkan, "Aku merindukanmu. Aku ingin kau ada di dekatku, aku tak berdaya tanpamu, Lin."

Ucapan Lian membuat jantungku berdetak semakin cepat, tatapan teduh matanya membuatku terhanyut dalam sikap lembut Zhai Lian. Beberapa siswa siswi mulai menatap aneh kami berdua.

"Lian? Apa kau baik-baik saja?"

"Kau tahu, ketika pertama kali aku mengenalmu. Aku merasakan suatu hal yang belum pernah kutemukan pada diri sosok gadis lain. Kau berbeda, kau...." ucap Lian yang kemudian terpotong dengan sendirinya

"Kau? Kau apa Lian?" sidikku

Tiba-tiba Lian hanya tersenyum menatapku, "Kau luar biasa, aku mohon padamu makan siang dan pulang lah sore nanti bersamaku, ada suatu hal yang ingin kubicarakan padamu."

Aku mulai menarik tanganku yang ada digenggamannya.

"Aku belum bisa jawab sekarang, Lian maaf teman-temanku sudah menungguku di kelas." jawabku yang mulai pergi meninggalkan Lian.

Terdengar beberapa desas desus siswa yang mulai membicarakanku dengan Lian. Aku mulai berlari menaiki tangga lantai dua.

"Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Zhai Lian, mengapa ia berbicara seperti itu padaku?" hatiku terus bertanya-tanya tentang sikap Zhai Lian yang berubah menjadi aneh.

Di ruang kelas 2F terlihat beberapa siswa mulai bergerombol membicarakan sesuatu, di susul Liao Jin yang menatapku dengan suasana hati yang buruk wajahnya murung seakan tak ada gairah untuk hidup.

"Yuan Lin, apa yang kau lakukan dengan Zhai Lian di halaman tadi? Apa Lian mengatakan cinta padamu?" tanya seorang siswi yang mulai mengerubungi mejaku.

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Sudah lah, Lin kami semua melihat Lian menggenggam tanganmu dan menatapmu dengan penuh cinta. Apa kau dan Lian sekarang berpacaran? Apa hubungan kalian tak baik dan tengah bertengkar?" tambahnya hingga membuat satu ruangan penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa gosip seperti ini cepat sekali menyebarluas.

"Yuan Lin, mengapa kau tega mengkhianati diriku? Apa cintaku padamu tak cukup besar hingga kau memilih pria kelas A itu? Apa yang kurang pada diriku, Lin?" Liao Jin mulai menghampiriku dan memohon di hadapanku sembari menatapku, sorot matanya menggambarkan suasana harap padaku.

"Aku dan Lian tidak ada hubungan apapun, tadi ia hanya datang menyapaku, ia menggenggam tanganku karena aku tak mendengarnya." jawabku yang menyembunyikan kebenaran. Kurasa satu sekolah tahu apa yang terjadi di halaman sekolah pagi ini. Apa yang harus kukatakan nanti?

"Syukurlah jika semua itu salah. Setidaknya aku masih ada harapan untuk menjadi kekasihmu." ucap Liao Jin, sontak membuat Fen menyenggol lengannya.

"Apa tidak bisa kau bersikap sebagai pria normal, kau tahu sikap cintamu itu berlebihan pada Lin." bentak Fen.

"Berati kau tak ada hubungan apapun dengan Lian?" tanya Shu In untuk memastikan

Aku menggelengkan kepalaku, "Hanyalah gosip." Mendengar ucapanku sontak membuat semua orang mulai mengangguk paham.

"Kukira kau dan Zhai Lian berpacaran. Jika benar kau kekasihnya pasti kau akan menjadi wanita paling beruntung di dunia. Ia bukan hanya pandai tetapi juga kaya raya, pewaris tunggal di Beijing." tambah seseorang yang membuat beberapa lainnya bergumam setuju.

"Kalian sudah dengar jawaban Lin, bukan? Jadi, kembali lah pada kursi kalian." pinta Fen yang membubarkan kerumunan.

Aku masih melamun menatap mejaku, tiba-tiba Shu In mulai menepuk bahku membangunku dari lamunan pagi ini.

"Lin, aku tahu apa yang kau pikirkan. Ceritakan pada kami apa yang terjadi sebenarnya?" ucap Shu In yang membuatku menghela napas berat.

"Ceritalah, kami siap mendengarkan keluh kesahmu. Bukankah kita sahabat dan sahabat harus saling berbagi rasa, bukan?" tambah Fen yang membuatku tersenyum.

Sahabat adalah rumah dimana kau berbagi