Melihat seluruh tubuh Maya terluka membuat Tristan sendiri untuk mengobatinya, namun ketika Tristan menyuruh Maya untuk membuka seluruh pakainnya Maya tidak ingin menurutinya.
"Cepat lepaskan pakain mu!" perintah Tristan dengan dingin dan Maya terus mengelengkan kepalanya menolak perintah Tristan.
"Kamu malu? Padahal aku sudah melihat semuanya!" ucap Tristan.
"Brengsek!" maki Maya dalam hatinya.
Sedangkan Tristan hanya tersenyum kecil saja melihat exspresi wajah Maya yang terlihat kesal dengannya, entah kenapa Tristan merasa sangat menyukai Maya yang kesal padanya.
"Kamu ingin aku membukanya sendiri? Baiklah!" ucap Tristan yang sudah mulai bereaksi.
"Tunggu!" ucap Maya dengan sangat cepat, ia takut Tristan membuka pakainnya dengan sangat kasar dan menyebabkan lukanya semakin sakit karena Maya tahu Tristan laki-laki yang sangat kasar terhadapnya.
"Cepat lepaskan! Aku tidak suka yang namanya menunggu, kamu paham!" ucap Tristan yang sudah tidak sabar lagi untuk melihat tubuh Maya, walaupun ia harus menahan semua gairah nya hari ini. Tapi, Tristan hanya menahan untuk tidak menyentuh Maya sementara Maya sembuh, Tristan akan melampiaskan gairahnya dengan gadis lain karena Tristan sosok laki-laki yang sangat kesulitan untuk menahan dirinya tidak bercinta.
"Sangat mengairahkan!" gumam Tristan ketika melihat baju Maya sudah di lepaskan. Di balik celananya sudah benar-benar sangat menegangkan saat ini, namun rasa gairahnya itu seketika teralihkan dengan tubuh Maya yang di penuhi luka itu.
"Bagaimana bisa kamu mendapatkan luka ini? Apa kamu benar-benar gadis yang sangat bodoh? Sampai-sampai tubuh luka seperti ini kamu tidak tahu apa penyebabnya!" ucap Tristan dengan emosi.
"Sudah ku katakan, aku benar-benar tidak tahu kenapa?" ucap Maya yang berusaha untuk menyakinkan Tristan dengan ucapannya dan Tristan tentu saja tidak mempercayai omongan Maya, menurutnya gadis nakalnya itu memiliki rahasia darinya.
"Baiklah, jika kamu tidak mengatakannya dengan jujur. Aku akan—" ucap Tristan terpotong.
"Aku tidak berbohong sama sekali, tolong percayalah!" ucap Maya yang tanpa sadar memegang kedua tangan Tristan.
Sedangkan Tristan seketika diam membisu melihat Maya memegang kedua tangannya dan ini pertama kalinya bagi Tristan merasakan jantungnya terasa sangat berdegup, namun dirinya tidak sadar apa arti dari semuanya itu. Dalam hati Tristan selama ini tidak pernah adanya cinta atau pun yang namanya kasih sayang dari seorang gadis kecuali dari kedua orang tuanya.
"Singkirkan tangan mu!" ucap Tristan dengan dingin dan Maya pun langsung saja terkejut dengan apa yang ia lakukan saat ini.
"Maafkan aku...." lirih Maya sambil menunduk.
"Baiklah, aku mempercayai apa yang kamu katakan!" ucap Tristan dengan sangat pasrah karena dirinya juga melihat bahwa wajah Maya tampak sangat serius berbicara dengannya. Namun, Tristan sangat bingung kenapa tubuh Maya seperti sekarang ini dan bahkan parahnya lagi, Maya tidak menyadari apa yang sedang terjadi pada tubuhnya sendiri. Sehingga membuat Tristan sangat pusing memikirkannya.
"Aku akan mengobati luka mu sekarang!" ucap Tristan dan Maya pun menundukkan kepalanya.
"Sebaiknya kamu telungkup saja, supaya aku mengobati luka kamu dengan baik," ucap Tristan.
Melihat Maya merasakan kesakitan saat Tristan mengobati luka Maya, membuat hati Tristan terasa sangat nyeri sakit selama ia mengobatinya. Namun, Tristan tidak sadar bahwa dirinya juga salah satu dari orang yang pernah melukai Maya bahkan mengambil mahkota yang paling Maya jaga selama hidupnya.
"Jangan sampai luka kamu terkena air," ucap Tristan.
"Lalu, bagaimana aku ingin mandi?" tanya Maya karena merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat lengket saat ini.
"Kamu ingin mandi?" tanya Tristan yang tentu saja sangat senang jika Maya ingin mandi dan Tristan yang pastinya memiliki sebuah rencana yang dapat memuaskan matanya.
"Hem," jawab Maya dengan singkat.
"Baiklah, kamu tunggu disini!" ucap Tristan yang langsung saja keluar dari kamar dan Maya mengerutkan keningnya mendengar perkataan Tristan barusan, perasaannya pun tiba-tiba saja menjadi tidak enak sekarang.
"Apa yang ingin ia lakukan lagi?" gumam Maya dengan sangat penasaran. Lalu dengan perlahan Maya mengambil bajunya bermaksud untuk memakainya kembali karena ia sangat malu ketika bersama dengan Tristan.
"Tunggu! Letakan baju itu kembali!" perintah Tristan dengan tiba-tiba dan seketika Maya terkejut, lalu langsung saja menutup miliknya yang tidak terbalut kain apa-apa.
"Jangan mendekat!" peringat Maya dengan kedua bola mata yang melotot tajam ke arah Tristan dan Tristan hanya tersenyum devil saja melihat gadis nakal yang sangat ketakutan padanya.
"Cih! Gadis nakal ku benar-benar sangat menarik sekali," gumam Tristan dalam hatinya.
Sedangkan disisi lain, Alendra sangat kebingungan mencari kebaradaan Maya, padahal dirinya sudah mengarahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Maya namun tidaka ada satupun yang menemukannya, bahkan seluruh CCTV berada di halaman rumahnya mati dan rusak, sehingga membuat Alendra sangat kesulitan mencari jejak kemana Maya di bawa pergi.
"Apa kalian sudah mencarinya dengan benar?" tanya Alendra yang merasa masih tidak percaya.
"Mohon maaf Tuan, kami sudah benar-benar mencarinya dengan sangat baik. Tapi, tidak ada satupun petunjuknya," ucap salah satu pengawal Alendra.
"Sial! Laki-laki itu benar-benar memiliki kekuasaan yang sangat besar, tentu saja aku bukanlah lawannya," ucap Alendra.
"Apa kamu tahu, di mana tempat persembunyian laki-laki itu?" tanya Alendra.
"Kami tidak tahu Tuan, tuan Tristan adalah orang yang sangat berkuasa dan pastinya kita akan sangat kesulitan untuk melacak keberadaannya," jelas pengawal Alendra dan Alendra hanya mengepalkan tangannya dengan sangat kuat.
Setelah Erlin pulang dari rumahnya, Alendra tidak bisa lagi menutupi rasa sedihnya atas kehilangan Maya dari rumahnya. Selama ini Alendra merasa sangat bersalah terhadap Maya apa lagi ketika gadis itu dikeluarkan dari kampus hanya karena dirinya tidak mempercayai apa yang di katakan Maya dan Alendra merasa dirinya sahabat yang tidak berguna untuk Maya, seharusnya Maya tidak akan pernah mengalami hal semacam ini jika dirinya tidak meragukan penjelasan Maya waktu itu.
"Bahkan, rasa sesal ini tidak dapat membayar apa yang sudah kamu rasakan saat ini, Maya. Maafkan aku, aku benar-benar sahabat yang tidak baik untuk mu...." lirih Alendra dan tidak terasa air mata Alendra membasahi kedua pipinya. Menyesal dan terluka itulah yang Alendra rasakan saat ini.
"Tidak! Aku boleh seterusnya seperti ini, aku berjanji akan membawa mu kembali, Maya!" ucap Alendra menghapus air matanya dan mencoba untuk kembali menjadi orang yang kuat supaya bisa menyelamatkan Maya.
"Tapi, dimana aku harus menemukan mu, Maya?" ucap Alendra sambil mengacak rambutnya sangat frustasi.
"Akh!" Alendra pun membanting segala benda berada di dekatnya hingga berhamburan dan pecah, bahkan tangannya terluka karena tidak sengaja mengenai benda yang tajam. Tapi, Alendra tidak memperdulikan hal itu, bagi Alendra luka yang berada di tangannya saat ini sangatlah pantas ia dapatkan.
"Bagaimana bisa aku di sebut sebagai sahabat mu, Maya?" ucap Alendra.