Chereads / Jawara Paranormal / Chapter 9 - Reruntuhan Kuno IV

Chapter 9 - Reruntuhan Kuno IV

Tepat sebelum ekspedisi, Satria meluapkan kekesalannya kepada Manna.

Dia berlari menuju kamar Manna dan Sutri, sebenarnya kamar mereka dipisah namun Manna bilang bahwa dia tidak bisa jauh dari Sutri.

Manna berani mengingkari janjinya dan tetap mengutuk Satria.

Bukti bahwa kutukan itu terjadi adalah adanya tanda seperti rantai budak di leher Satria.

Kutukan majikan dan budak ini memiliki efek kepatuhan pada majikan.

Bagi yang dikutuk menjadi budak maka tidak ada hal yang bisa dia perbuat untuk melawan perintah dari majikannya.

Meski begitu kutukan ini memiliki persyaratan yakni harus adanya keterikatan antara keduanya yang dibuktikan dengan darah mereka.

Sebelumnya darah Satria sudah berada di jimat yang dipasang sebagai katalisator kutukan ini, dan Manna adalah seorang ahli nujum yang dapat menggunakan segala bentuk kutukan yang tertulis di buku mantra kuno.

Satria lupa bahwa Manna adalah orang yang licik, dia tertipu dengan kepolosan Manna.

Seharusnya sebelum pergi jimat yang ternodai darah Satria harus dimusnahkan dulu.

Satria membuka pintu kamar mereka.

"Berani sekali kau mengingkari janji yang sudah kita buat ber-sama..."

Kebiasaanya yang sering terjadi jika membuka kamar seorang wanita tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Benar, di depan Satria dia melihat pemandangan yang diinginkan oleh setiap lelaki diseluruh dunia.

Dibalik pintu ini Manna dan Sutri memperlihatkan tubuh mereka yang telanjang.

Kedua tubuh wanita ini begitu menggoda, tonjolan dada yang besar serta lekukan tubuh wanita ideal mereka miliki, dibalik pakaian yang mereka gunakan setiap hari.

Untuk Manna memang sudah tidak terbantahkan bahwa dia memiliki tubuk seksi, namun ternyata Sutri juga memiliki tubuh yang lumayan menggoda meski tonjolan dadanya tidak sebesar milik Manna.

Hidung Satria langsung mimisan seketika itu juga, dia tidak bisa berhenti menatap keindahan ini.

"Tu..."

"Tutup pintunya dasar bodoh!."

Teriak Manna saat melihat wajah bodoh Satria.

Sutri langsung membanting pintu sekeras mungkin.

Tubuh Satria langsung terlontar begitu saja.

"Aku sungguh tidak percaya orang itu sekali lagi melakukan tindakan cabulnya padaku." Manna menutup belahan dadanya dengan tangannya.

"Tidak, dia tidak melakukan tindakan cabul Manna, dia hanya membuka pintu doang."

"Tetap saja harusnya dia mengetuk pintu dulu, pasti ada yang salah dengan otaknya."

Kepala Satria terkena dentuman pintu yang Sutri banting, hal ini membuat kepalanya sedikit berkunang-kunang.

Butuh 10 detik bagi Satria untuk bisa sadar kembali.

"Aaa-adduhh... apa yang baru saja aku lihat tadi. Aku ingin melihatnya lagi."

"Tidak ada tontonan untukmu, mesum."

Manna dan Sutri berdiri di depan Satria, kali ini mereka sudah mengenakan pakaian.

"Cowok brengsek, berani-beraninya melihat tubuh telanjangku, kau harus bersujud dan meminta maaf padaku."

Tanpa bisa Satria kendalikan tubuhnya langsung bersujud dan dia meminta maaf atas apa yang dia perbuat.

"Aku minta maaf sudah melihat tubuh telanjang kalian... tunggu, semua ini adalah salahmu karena memberikan kutukan ini padaku."

"Hmph..."

Bukti lain dari aktifnya kutukan ini adalah adanya tanda di pergelangan lengan kanan Manna yang berbentuk seperti tali rantai. Hal ini menjadi bukti bahwa Manna adalah majikan Satria.

"Kalian berdua sungguh licik, bukankah kita sudah berjanji jika aku menang kita lupakan masalah kita. Tapi apa yang aku dapatkan adalah sebuah kedustaan, ini tindakan pengecut."

Manna mengibaskan rambutnya sambil berkata.

"Terserah kamu bilang apa tapi ini adalah hukuman untukmu karena sudah berani melecehkanku. Berterimakasihlah karena kamu mendapat kehormatan menjadi anjingku untuk 2 hari ini Ayo kita pergi Sutri, orang-orang sudah mulai berkumpul disana."

Tanpa ada niatan menghilangkan kutukan ini Manna pergi begitu saja.

Alhasil Satria masih menerima kutukan itu, dia tidak bisa berbuat apapun selain menunggu kutukan ini menghilang.

Persiapan ekpedisi sudah mencapai batas maksimal, seluruh dukun pergi menggunakan mobil van mini untuk sampai ke Pegunungan Sewu, tepatnya reruntuhan kuno tersebut.

Untuk kedua kalinya Satria dan Arya berada di mobil yang sama, mereka juga duduk bersama sekali lagi.

"Kelihatannya kau habis menerima pukulan mental yang membuat hidupmu menjadi gusar, ada apa gerangan Satria?."

"Aku tidak ingin membahasnya."

Arya mengangkat tangannya sehingga bisa sejajar dengan dagunya dan berkata.

"Hm... mungkinkah ini karena tanda budak di lehermu itu."

Satria langsung menutup lehernya dengan syal.

"Apakah ini kutukan majikan dan budak?." Lanjut Arya

Satria mengangguk.

"Si Manna itu seorang ahli nujum, bukan. Tidak salah jika dia bisa membacakan mantra kutukan, karena dukun tipe seperti mereka sangat mahir dalam hal kutukan."

"Benar dan inilah buktinya."

Tidak bisa menghilangkan rasa depresinya, Satria membalas perkataan Arya dengan tidak bergairah.

"Tidak banyak dukun yang mampu menggunakan kutukan, bisa dibilang keberadaan mereka cukup langka."

"Maksudnya?."

"Seharusnya kau bersyukur bisa bertemu dengan mereka meski mendapat kutukan, hahahaha."

Dalam obrolan ini Arya sepertinya menikmati keadaan yag Satria rasakan, dia terus menerus tertawa tanpa henti.

"Maaf. maaf aku terbawa suasana. Jadi berapa lama kutukan akan aktif."

"2 hari."

"Itu tidak terlalu lama, tenang saja."

"Bukan begitu saat ini kita akan mendatangi tempat yang berbahaya, dalam keadaan ini aku tidak bisa bebas bertindak. Aku tidak bisa mengerahkan kekuatanku, itu yang menjadi masalah."

"Tenang saja, jika memang ada masalah akan aku bantu."

Perjalanan mereka sudah mencapai tujuan, Pegunungan Sewu.

Dukun mempersiapkan segala kebutuhan mereka.

Pusaka, jimat, senjata, mantra, keberanian, mental, kerjasama, komando.

Jaka Tingkir, pemimpin ekspedisi ini berbicara.

"Baiklah, kita sudah sampai di tempat. Sebelum kita masuk, ada hal yang harus dilakukan, Rosa."

Rosa membacakan mantra pemanggilan roh.

[Munculah, munculah, wahai roh agung.

Wujudkanlah sebuah kehidupan.

Wujudkanlah jalur hidupmu.

Dalam lingkaran kebenaran ini]

[Jeevaa Bulaava Dena]

Para roh muncul di hadapan para dukun tersebut.

Arya mengamati orang yang bernama Rosa tersebut, dia merupakan dukun spesialis yang bisa berhubungan dengan roh.

Para roh itu langsung mendekat ke bagian tubuh para dukun.

Mereka hinggap dibagian area tubuh seperti pundak, kepala, punggung dan bagian lain.

Lalu Rosa berkata.

"Para roh itu akan melindungi kalian jika ada keadaan terdesak. Hubungkan energi spiritual kalian dengan mereka, mereka akan sangat membantu memulihkan energi spiritual kalian."

Roh yang Rosa panggil adalah roh berjenis energi, mereka bisa memberikan kekuatan energi kepada dukun.

Satria di dekati roh.

Roh itu hinggap di pundak kiri Satria.

"Mereka sangat hangat, aku bisa merasakan energiku bertambah."

"Tentu saja para roh sangat hebat... kamu ingat janji kita kan, akan menceritakan tentang pangeran Dewa."

Saat Satria sibuk dengan roh yang mendekatinya, tiba-tiba saja Rosa datang menghampiri dia juga.

"Akan aku ceritakan setelah ekspedisi ini, bersabarlah."

"Tidak, tidak, tidak aku ingin dengar sekarang. Kamu sudah janji bukan, apa ini artinya Satria adalah seorang pembohong. Aku benci sama orang seperti itu loh, kamu ingin aku benci."

--Wanita yang merepotkan--

"Dengar ya, aku tidak begitu peduli kamu membenciku, jika kau sudah membenciku berarti hubungan kita sudah selesai, dan aku tidak akan menceritakan kehebatan Dewa sang dukun jenius itu."

Rosa terlihat kecewa, tapi Satria tidak peduli. Ini pelajaran bagi dia agar bisa bersabar.

"Baiklah, aku mengerti. Apa yang ada dilehermu itu Satria? Bukankah itu kutukan."

"Tepat sekali."

"Hehhh!!! Kamu dikutuk seseorang, kenapa bisa begitu?."

"Mungkin kamu bisa lihat seseorang yang dipergelangan tangannya terdapat tanda kutukan serupa, tanya saja sama dia."

Saat mengatakan itu Satria mengarahkan pandangannya pada Manna.

Pada waktu yang bersamaan, Manna menanggapi tatapan Satria dengan ejekan.

Rosa paham sekali maksud Satria melakukan itu, hal ini berarti wanita berambut hitam yang Satria lirik itu adalah orang yang mengutuk dia.

Rosa langsung menghampiri Manna.

"Kamu mengutuk Satria bukan, sekarang juga bebaskan dia."

"Apa hakmu memerintahku."

"Aku wakil pemimpin ekspedisi ini, maka dari itu aku minta kamu untuk melepaskan kutukan itu."

"Maaf saja dalam perjanjian tidak disebutkan perintah yang berhubungan dengan ini. Jadi sah-sah saja aku melakukan itu, terlebih dia sudah melakukan pelecehan seksual padaku."

--Apa maksudnya, dia ini ngomongin siapa, Satria? Berarti Satria melakukan pelecehan seksual-- begitulah yang ada dipikiran Rosa saat mendengar itu

Dia langsung menjaga jarak dari Satria dan melihat Satria dengan tatapan menjijikan

"Hey... jangan asal menyimpulkan jika aku predator mesum. Ada alasan lain, wanita sudah mencuri dompetku."

"Tapi sudah aku kembalikan bukan, pria perjaka mesum."

"Itu, itu aku yang mengambilnya sendiri."

"Sambil memegang pantatku dan melihatku telanjang."

Rosa semakin jauh dari Satria, dia merasakan firasat buruk bila dekat-dekat dengan dia mungkin saja dia akan menjadi target pelecehan seksual berikutnya.

"Hentikan sandiwara bodoh ini, aku tidak bersalah dia yang bersalah sampai sini kalian sudah paham."

Arya dan Rosa menggangguk.

Jaka yang mendengar keributan ini mendatangi mereka.

"Ada apa ini kenapa kalian ribut?."

Rosa menjelaskan pada Jaka bila Manna telah mengutuk Satria dengan kutukan majikan dan budak.

"Begitukah, aku mengerti. Manna aku paham alasanmu tapi tolong jangan memberikan perintah aneh pada Satria selama ekpedisi ini, aku mohon padamu."

Jaka menundukkan kepalanya.

"Aku mengerti, aku hanya sedikit iseng saja dengan dia. Tenang saja aku tidak akan membuat dia mati kok, mungkin."

Satria tidak salah dengar dengar jika Manna mengatakan mungkin.

"Ekspedisi ini akan dimulai, proses penyucian sudah dilakukan kita bisa masuk sekarang."

Pintu reruntuhan kuno sudah berhasil dibuka, para dukun ekspedisi langsung masuk ke dalam.

Sangat gelap berada di dalam reruntuhan tersebut, maka dari itu para dukun mengaktifkan kristal pencahayaan.

Gerombolan ekspedisi ini langsung menyusuri dalamnya reruntuhan kuno.

Jumlah orang yang terlibat dalam ekspedisi ini sekitar 20 orang, termasuk dukun dari luar klan Majapahit.

Terdapat pembagian posisi antar tiap dukun dalam ekspedisi ini.

Dibagian depan terdiri dari dukun praja yang memiliki kekuatan tempur yang kuat, dibagian tengah dan belakang diisi oleh dukun non petarung.

Untuk Rosa sendiri dia ditempatkan bersama Jaka, karena Rosa adalah dukun samon.

Tulisan aksara banyak ditemukan dalam dinding selama penyusuran mereka.

--Tulisan aksara, mungkinkah tempat ini memiliki misteri sendiri, tidak lebih baik aku fokus mencari korban dan keselamatan yang lain--

Jaka sebagai pemimpin memiliki tanggung jawab besar selain untuk menyukseskan ekspedisi ini, dia masih memiliki tanggungjawab untuk menjaga keselamatan dukun lain.

Maka dari itu dia ditunjuk sebagai pemimpin dalam ekspedisi ini.

Terdengar suara langkah dari dari dalam, spontan Jaka menghentikan gerombolan ekspedisi.

"Berhenti, aku mendengar sesuatu."

Sesosok makhluk datang, dia langsung melompat ke arah dukun ekspedisi.

Jaka mengambil pusakanya dan menebas makhluk tersebut.

"Mayat hidup."

Makhluk yang menyerang mereka adalah mayat hidup.

"Persiapkan pusaka kalian, dalam reruntuhan ini ada mayat hidup yang akan memakan tubuh kalian."

Tepat seperti yang Jaka katakan, sekumpulan mayat hidup mendatangi mereka.

--Sepertinya ada siluman yang mampu membangkitkan manusia yang sudah mati ini--

Mayat hidup dulunya ada manusia yang sudah mati, namun dengan suatu kekuatan mereka dapat dibangkitkan kembali.

Mereka, mayat hidup tidak memiliki jiwa hanya raga yang digerakkan oleh seseorang.

Satria mengambil pusakanya dan menebas mayat hidup yang mendatanginya.

Dengan cepat dia berhasil mengalahkan banyak dari mereka.

Dukun lain juga melakukan hal yang serupa terutama bagi dukun bersenjata yang bisa dibilang menjadi pelindung dukun non petarung.

Jaka memberikan intruksi kepada Rosa.

Rosa memegang sebuah lonceng yang belum lama ini Jaka berikan kepadanya. Rosa mengoyang lonceng tersebut, getaran yang muncul akibat goyangan itu membuat tubuh Jaka penuh dengan energi, dia membara bagaikan bara api panas

Getaran kedua dari lonceng meningkatkan insting bertarung Jaka, penglihatan serta saraf motoriknya menjadi lebih peka terhadap berbagai perubahan di dalam sini.

Jaka mengeluarkan keris hitam dari balik sarung kerisnya, kemudian menebas semua mayat hidup.

Lonceng Puja Pusaka, salah satu pusaka suci.

Pusaka suci merupakan pusaka yang memiliki kemampuan khusus, berbeda dengan pusaka biasa yang hanya digunakan untuk memurnikan siluman.

Dengan sekejap Jaka berhasil mengalahkan banyak mayat hidup disekitar mereka. Selain itu kumpulan mayat hidup yang mengelilingi mereka mulai terbasmi oleh para dukun lain.

Dari sekelompok mayat hidup itu, Rosa merasakan adanya energi kehidupan.

Mayat hidup tidak memiliki energi kehidupan, jadi yang memilikinya adalah manusia yang masih hidup.

Seseorang keluar dari kumpulan mayat hidup itu.

Rosa segera membantu seseorang yang terlihat pucat tersebut.

"Tenang saja, kami datang menyelamatkanmu."

"Akhirnya, akhirnya aku bisa pulang."

Orang itu adalah salah satu korban yang memaksa masuk ke dalam reruntuhan kuno tersebut.

Tubuh pria itu terlihat lemas dan kurang bertenaga.

"Dimana yang lain, kami mendapat informasi jika ada 12 orang yang masuk ke dalam reruntuhan kuno ini." Tanya Jaka kepadanya

"Aku tidak tau, saat kami masuk kesini kami langsung dibawa oleh mayat hidup dan membawa mereka semua ke berbagai tempat direruntuhan ini. Aku berhasil melarikan berkat temanku yang menjadi umpan. Tolong, tolong selamatkan mereka."

Pria itu menangis, tidak kuasa baginya untuk mengetahui bila dia mengorbankan orang lain agar bisa keluar dari tempat ini.

"Tenang saja, kami akan menyelamatkan mereka semua. Kita akan membagi tim ini menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama dan kedua akan menyusuri tempat ini dan mencari orang-orang yang masih hilang, kelompok ketiga akan membantu mereka untuk keluar darisini."

Semuanya setuju dengan arahan dari Jaka.

Tempat ini seperti lorong besar yang tidak ada habisnya.

"Jika kalian sudah menemukan orang hilang langsung bawa kemari."

Rosa menandai tempat ini dengan mantra miliknya. Sebuah lingkaran gaib muncul dan mengelilingi mereka semua.

"Baiklah, kita berpencar dan temukan mereka."

Satria berada di kelompok yang terdiri dari Jaka, Rosa, Manna dan Sutri.

"Karena Satria masih memiliki kutukan, akan lebih baik jika kamu bersama dengan Manna."

"Maaf sudah merepotkanmu, pemimpin."

"Kita pergi sekarang".