Pagi hari buta seseorang sedang berlari.
Orang itu menggerakkan seluruh komponen tubuhnya, lengan dan kaki saling bergerak bergantian tanpa henti sampai mencapai batas maksimal kemampuan tubuhnya.
Tubuh yang kekar membuat beberapa wanita yang melihatnya tidak bisa memalingkan wajahnya dari orang tersebut.
Tanpa memperdulikan orang-orang yang menatapnya, dia terus berlari sampai dia berhenti disebuah taman.
Orang yang dimaksud adalah Satria yang sedang melakukan olahraga paginya.
Sebagai dukun yang bertugas memurnikan keberadaan siluman tak luput dari adanya pertarungan yang terjadi. Dengan tubuh yang prima kemungkinan besar dukun akan bisa memenangkan pertarungan.
Oleh karena itulah setiap pagi Satria menyempatkan diri untuk terus berolahraga.
Hari ini adalah hari minggu, banyak waktu yang bisa Satria habiskan untuk terus melatih tubuhnya.
Berhubung pekerjaan sampingannya sedang libur juga, maka dia memiliki waktu bebas.
Setelah berlari sejauh 10 km, dia melakukan push-up untuk memperkuat kedua lengan dan dadanya.
Jumlah repetisi yang dia lakukan adalah 100x, ini masih dalam ambang batas normal.
Mengangkat beban tubuh dengan memusatkan energi di kedua lengannya dari keadaan punggung berada di atas daripada perut, dia bisa melakukannya dengan cepat.
Terus mengulang pola yang sama hingga mencapai angka 100 kali.
Lalu, Satria melanjutkan kembali olahraga paginya dengan melakukan pull-up.
Memompa adrenalin yang ada di pembuluh darahnya, pergerakan darah yang menelusuri seluruh bagian tubuh.
Otot bisep dan trisep saling berkontraksi secara bergantian.
Bukan hanya itu saja napas yang menjadi penentu kehidupan juga bergerak.
Jumlah repitisi yang Satria lakukan juga sama seperti sebelumnya yakni 100 kali, dia pun melanjutkannya dengan melakukan squad-jam untuk memperkuat bagian bawah tubuhnya.
Menaikkan dan menurunkan berat badan secara bergantian untuk menguatkan pergelangan kakinya.
Tubuh Satria sudah mencapai batas maksimal untuk olahraga hari ini, dia memberhentikan aktivitasnya ini.
Meneguk minuman isotonik yang dia bawa, tubuh Satria sudah merasa agak lebih baik.
Tubuh yang sebelumnya panas kembali ke suhu yang normal.
Saat Satria sedang merilekskan tubuhnya datang beberapa orang preman, dengan tampilan mereka yang garang mereka memalak orang-orang yang ada di sekitar.
Preman itu juga mendatangi Satria.
"Hei apakah kau tidak tau jika berada disini kau harus membayar kepada kami."
Preman itu menatap Satria dan memberikan ancaman.
"Maaf aku tidak tau tentang itu."
Membalas tatapan dengan tatapan, dengan santai Satria membalas perkataannya.
"Hei berani sekali kau menatapku seperti itu, kau ingin mati hah!."
Suara preman itu meninggi.
Kemudian dia menjambak rambut Satria dan memberikan sentuhan tulang kering lutut kakinya ke wajah Satria.
"Ini balasan yang pantas buatmu."
Tepat setelah dia berhenti bicara, tonjokan keras meluncur ke arah preman yang barusan melukai Satria.
Tonjokan keras tepat di pipi itu membuat preman tersungkur dan tidak sadarkan diri.
"Hanya itu saja kemampuanmu."
Kedua preman lain yang melihat temannya tidak sadarkan diri berkat tonjokan keras dari Satria mulai gemetaran.
Satria menatap mereka juga.
"Kalian masih ada urusan denganku."
"T-tidak kami mohon maaf sebesar-besarnya!!!."
Kedua preman itu langsung lari terbirit-birit sambil membawa temannya yang tidak sadarkan diri.
Pertikaian kecil yang terjadi di pagi hari ini merusak hari minggu Satria.
Belum lagi janji yang harus Satria tepati hari ini kepada Aisha. Janji dimana dia harus membantu pekerjaannya, dan itu benar-benar merepotkan.
"Hari yang tidak bagus, ah hampir lupa kalau aku harus ke apartemen Aisha. Sekarang sudah jam 10, aku harus buru-buru kesana."
Kata Satria sambil melihat arloji miliknya.
***
Setelah membersihkan diri Satria bergegas pergi ke apartemen Aisha.
Dia sudah berada di depan pintu, lalu menekan bel pintu.
Satria menunggu kurang lebih 5 menit sejak dia menekan bel pintu, akhirnya pintu itu terbuka dan didepan Satria dia melihat Aisha yang masih menggunakan kaos singlet dan celana pendek.
Rambutnya masih acak-acakan seperti dia barusan bangun.
"Oh Satria ya, kenapa kamu datang kesini?."
Kata Aisha dengan mata yang masih mengantuk.
"Kau ini... bukankah kau yang menyuruhku datang kesini untuk membantu pekerjaanmu. Lihat ini pesan yang kau kirim kemarin, dasar."
Satria menunjukan pesan yang Aisha kirim kepadanya kemarin.
"Aku lupa, hehehe mari masuk dulu."
"Dan juga kenapa kamu barusan bangun, ini sudah hampir siang."
"Kemarin aku begadang bermain game dan baru tidur jam 4 pagi tadi."
Aisha mengatakan itu dengan wajah polosnya.
Dia merupakan salah seorang gamer online akut, dan kebiasaan ini terbawa sejak SMP sampai sekarang.
Sebenarnya tidak pantas bagi Satria untuk mengomentari pakaian yang Aisha kenakan saat ini, tapi bersama seorang wanita yang memakai pakaian mengundang birahi akan menimbulkan masalah.
Apalagi Aisha adalah wanita yang cantik dan bertubuh ideal.
"Aisha, sebelum itu tolong kamu ganti pakaianmu itu."
"Aku mengerti kok, kamu santai aja dulu biar aku mandi dulu."
Satria menunggu di ruang tamu.
Aisha tinggal sendirian karena dia ingin bisa hidup mandiri, orang tuanya berada di Kota Semarang sedangkan Aisha bekerja di Jakarta.
Wanita karir yang tinggal sendirian bukanlah hal yang aneh melainkan ini sudah biasa terjadi di kota metropolitan seperti ini.
Aisha keluar dari kamar mandi.
Masih menggunakan pakaian yang sama, dia tidak menanggapi komplain dari Satria sebelumnya.
"Kau menggunakan pakaian yang sama seperti tadi."
Meski menggunakan pakaian yang sama terdapat perbedaan mencolok dari segi rambut yang tertata rapi, kulit yang lebih mulus dan bening, wajah yang kelihatan lebih segar, bau badan yang wangi.
"Semua pakaianku sedang dicuci dan hanya tersisa ini saja, jadi mau gimana lagi."
"Ugh, aku tidak bisa membantah hal ini."
Aisha yang barusan mandi mendekati Satria yang daritadi duduk menunggunya.
Dia mengurai rambut hitam yang terbasuh air.
"Ada apa Satria?."
Satria tidak bisa fokus karena wangi harum yang dihirupnya ini.
"Kita selesaikan sekarang juga, maksudku pekerjaanmu itu."
"Benar, tunggu sebentar ya aku akan mengambil berkas yang harus dikerjakan."
Tumpukan berkas yang mengunung tertata rapi di depan Satria, pikirnya dia akan menghabiskan banyak waktu disini daripada yang dia duga sebelumnya.
"Ini benar-benar tumpukan yang banyak, aku paham kenapa kau mengeluh akan tugasmu itu."
"Benarkan, sudah kubilang manajer benar-benar tega meninggalkan banyak pekerjaan kepadaku."
"Aku paham-paham, mari kita selesaikan hari ini juga."
Satria memilah berkas sesuai dengan penempatannya, dia bekerja cukup cepat bahkan Aisha sampai memuji kerjanya.
"Hebat, aku tau kalau Satria memang bisa diandalkan."
Dia menatap kagum kepada Satria.
"Daripada hanya melihat lebih kau kerjakan bagianmu juga."
"Iya iya akan segera kulakukan juga kok."
Saat Satria memilah beberapa berkas itu, dia melihat sebuah laporan yang membuatnya tertarik.
Dia pun menanyakan hal ini kepada Aisha yang masih disibukkan dengan bagiannya.
"Laporan ini dari klan Majapahit bukan?."
"Iya itu laporan dari klan Majapahit, beberapa hari yang lalu di Pegunungan Sewu muncul sebuah reruntuhan kuno."
"Reruntuhan kuno?."
Tanya Satria kepada Aisha.
"Benar, saksi mata langsung melaporkan ini ke kepala desa."
"Karena daerah itu merupakan wilayah teritorial klan Majapahit mereka memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh kemunculan reruntuhan kuno itu. Benar juga selagi kau ada disini Satria, sebenarnya tim ekspedisi mereka sedang kekurangan dukun maka dari itu mereka meminta pihak asosiasi untuk mencarikan bantuan dari dukun lain."
"Lantas kau menawariku untuk ikut begitu."
"Tepat sekali, Satria memang cepat paham."
"Entahlah aku masih ragu untuk ikut atau tidak."
"Kumohon ya aku masukan kamu ke tim itu ya, jika aku tidak mendapat seorang pun gajiku akan dipotong oleh manajer apa kamu tidak kasihan pada temanmu ini."
Aisha memohon dengan sangat kepada Satria karena ini berhubungan dengan gaji yang menyuplai kebutuhan sehari-harinya.
Mata memelasnya terkesan seperti di buat-buat dan itu membuat risih, jika dia menolak maka akan terjadi masalah lain yang terjadi. Tetapi tetap saja, ada pertimbangan yang harus Satria pikirkan sebelum menerima tawaran itu.
"Aku lupa bilang kalau bayaran yang diterima dukun yang ikut senilai 5 juta rupiah."
"Aku berubah pikiran, masukkan aku ke tim itu."
Dengan cepat Satria merubah keputusannya.
"Yeay, aku tau Satria pasti tertarik untuk ikut, rencanaku benar-benar berhasil."
Benar-benar strategi yang mengerikan, Aisha tau jika dia membeberkan hadiah yang akan diterima maka Satria pasti akan langsung ikut.
"Kamu benar-benar mudah dipancing ya, itu yang membuatmu terlihat lucu, hihihi."
"Kebetulan saja keuanganku sedang minus bulan ini jadi menolak tawaran dengan hadiah yang besar rasanya akan sia-sia."
"Jadi Aisha sebenarnya apa yang sudah terjadi sampai reruntuhan itu muncul."
"Erm... aku tidak tau pasti karena reruntuhan itu tiba-tiba saja muncul, beberapa penduduk desa yang penasaran datang kesana. Setelah mereka masuk kesana, tidak terdengar kabar lagi, bahkan orang yang datang menjemput mereka juga tidak keluar darisana."
"Aku baru pertama kali mendengar ini."
"Karena itulah mereka meminta dukun untuk menyelidiki tempat itu sekaligus menolong orang yang terperangkap disana."
"Pekerjaan ini penuh dengan resiko."
Aisha menghadapkan wajahnya ke Satria lalu mengatakan.
"Satria pasti berhasil, kau adalah dukun favoritku."
"Kau ini benar-benar pintar memuji orang."
"Tentu saja, hehehe."
Aisha mengeluarkan laptopnya dan membuka situs asosiasi.
"Baiklah kamu sudah kudaftarkan. Informasi lebih lanjutkan akan dikirimkan lewat email, jadi tunggu kabar selanjutnya, ya."
"Kalau begitu aku pamit dulu."
"Iya hati-hati... t-tunggu sebentar pekerjaanku masih belum selesai."
"Kupikir sudah selesai, aku harus bersiap-siap."
Aisha memegang celana Satria untuk menghentikannya pergi dari tempatnya karena pekerjaan belum selesai.
Cengkraman tangan Aisha tidak melepaskan Satria dari tempat ini, dia memohon kepadanya agar tidak meninggalkan dengan segunung berkas yang menumpuk di rumahnya.
"Kamu jahat, bukankah kamu janji mau bantu aku."
"Tapi ada hal yang harus aku lakukan bukan, dengan tim ekspedisi itu dan lagipula kau yang mendaftarkanku bukan."
"Masalah ini dan itu berbeda, pokoknya kamu gak boleh pulang sebelum semuanya selesai. Aku gak akan melepaskanmu semudah itu, dasar Satria bodoh!."
"Hahahaha, tingkahmu masih seperti anak-anak. Aku mengerti, aku hanya bercanda tidak usah menangis begitu."
Linangan air mata keluar dari mata Aisha, dia benar-benar bisa menangis jika itu memberatkan kehidupannya.
Akhirnya Satria harus membantu menyelesaikan semua pekerjaan Aisha.
Waktu terus bergerak, kurang lebih 3 jam berlalu, pekerjaan mereka berdua akhirnya terselesaikan.
Aisha tertidur dengan lelap setelah menyelesaikan semua pekerjaan yang di tumpuk selama 2 minggu ini.
Satria keluar dari rumah Satria tanpa membangunkannya.
"Aku pulang dulu."
Setelah menyelesaikan pekerjaan yang merepotkan, Satria bisa kembali pulang.
Di tengah perjalanan dia mendapati dirinya terkena sakit kepala yang hebat. Matanya berkunang-kunang, dia tidak bisa berjalan tegap, terus memegang kepalanya agar dia tidak terjatuh.
Di dalam kepalanya dia melihat sosok yang belum pernah dia temui.
Sosok itu tergambar jelas di dalam kepalanya.
Satria roboh di tepi jalan, untung saja ada pembatas jalan yang menolongnya dari kemungkinan besar terjadinya kecelakaan.
Kembali lagi Satria melihat sosok makhluk yang dapat menguncang dunia, dia tidak bisa bergerak sedikitpun dan hanya melihat saja.
Bayangan sosok itu kembali menjadi buram, dan kepala Satria sudah tidak sakit lagi.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada diri Satria.