"Sekarang apa? Kita seperti berlindung di nama Zulfa, iya kan? Semua harta ini masih ada ya karna wanita tersebut, tidak perlu munafik karena memang benar itu lah kenyataannya."
Farel menatap ke arah Rani yang sejak kepulangan mereka selalu mengeluh di sepanjang jalan, bahkan saat sudah sampai di rumah pun masih meneruskan mengeluhkan hal yang masih seputar kejadian tadi di rumahnya.
Ia mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan. Lalu mengamati setiap inci wajah Rani yang terlihat badmood tanpa ada senyuman yang entah lenyap sejak kapan.
"Seharusnya kita yang berterimakasih pada Zulfa loh, Rani. Karena dia, kita masih bisa menikmati semua kekayaan saya. Bayangkan kalau Opa hanya memberikan fasilitas mobil saja kepada ku, ingin tinggal dimana kita? Apartemen? Saya tidak memiliki banyak uang untuk menghamburkannya disaat sudah di tendang dari nama keluarga."