Sesuai dengan apa yang dikatakan Farel padanya, kini Rani sudah rapi dengan dress satin selutut berwarna hijau tua yang melekat ditubuhnya. Pakaiannya sangat sederhana sih, bahkan alas kakinya hanya menjadi sandal jepit bisa.
Ia menatap ke arah Bi Ijah yang tiada henti tersenyum di dekat pintu, seolah-olah menunggu datangnya seseorang yang sudah lama sekali ditunggu.
"Bi, mendingan duduk dulu. Atau siapkan camilan, minum juga boleh. Daripada diri aja di situ kayak gak ada kerjaan," tegur Rani. Sejujurnya sih ia menegur bukan karena Bi Ijah yang meninggalkan pekerjaan, tapi ia menegur karena tidak ingin Zulfa mendapatkan sambutan hangat di rumah ini.
Mendengar ucapan Rani, Bi Ijah memutar tubuh dan tatapannya pun langsung menatap ke arah gadis yang duduk di ruang tamu. "Iya Nyonya, ini Bibi sih berharap tadi sebentar lagi sampai. Tapi semakin Bibi bilang sebentar lagi sebentar lagi, semakin itu juga kalau mereka masih lama pulangnya.