Zulfa meremas gamis bagian samping tubuhny, mengepal tangan dengan kuat-kuat sampai urat sepanjang lengannya terlihat dengan jelas.
Setelah terbangun dari pingsan, ia kabur dari rumah megah Farel dengan siempunya yang entah kemana namun sepertinya masih ada di rumah karena mobil laki-laki itu masih terparkir di halaman rumah.
Air mata sudah banjir kemana-mana, membuat dirinya mau tidak mau harus berhenti di sebuah taman supaya tidak mengganggu dirinya saat sedang berkendara. Rasa sedih, patah, kecewa, menyerah, dan semua perasaan yang satu frekuensi lainnya kini terasa campur aduk di dalam hati.
Ia duduk di salah satu kursi taman, menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan agar orang yang berlalu lalang tidak melihat tangisannya. Ia tidak ingin membuat orang berpikiran kasihan kepala dirinya yang seperti ini, lagipula ia memilih ke sudut taman yang memang jarang disinggahi orang-orang.