Pagi hari yang cerah tentu saja tidak menjamin perasaan bahagia bagi seseorang yang merasa hatinya bersedih. Begitu juga dengan Zulfa, masih memakai pakaian tidur --namun sudah rapih mengenakan kerudung-- tengah duduk di teras halaman belakang rumah yang langsung tersuguh oleh beberapa tanaman yang di rawat oleh sang Ibu.
Menatap ke arah langit, melihat seolah-olah langit tengah menyuruh dirinya untuk tetap bersemangat dan tersenyum. Tapi nyatanya tidak semudah yang di bayangkan, karena senyuman yang biasa selalu membingkai di permukaan wajah pun sangat rapat di sembunyikan.
"Mas Farel udah makan belum, ya? Kira-kira juga sarapan pakai apa?"
Biasanya, jam-jam segini sih Zulfa sudah berada seorang diri di rumahnya yang megah dan besar, dalam artian Farel sudah berangkat kerja. Ia memikirkan laki-laki tersebut, namun hatinya masih tak rela dengan rasa yang cukup sakit telah di hadirkan kembali.