Farel buru-buru melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, ia sungguh penasaran dengan pekerjaan Bi Ijah yang sesibuk apa karena Rani mengatakan kalau wanita paruh baya itu tidak memiliki kesempatan untuk sekedar mengantarkan ke dokter kandungan.
Tidak, ia tidak marah kok. Ya hanya saja ingin mengatakan untuk membuktikan apa yang dikatakan oleh Rani, gadis satu itu sungguh membuat perpecahan yang selalu berhasil di kehidupannya. Tapi lebih bodohnya lagi, ia tetap membantuk Rani yang meminta bantuannya.
"Bi, Bi Ijah!"
Suara bariton miliknya yabg terdengar menggelegar di setiap sudut ruang tamu itu pun terdengar sangat tegas, terlihat Bi Ijah yang tadinya tengah berdiri di dekat bingkai foto dengan kemoceng di tangan itu pun langsung menolehkan kepala ke sumber suara.
"Salam dulu, Tuan." ucap Bi Ijah yang mengingatkan sang Tuan rumah yang baru saja masuk ke dalam rumah mewah ini.