Ruang tamu yang tidak terlalu luas, menjadikan suara detik jam dinding terdengar sangat jelas. Apalagi kini keadaannya seperti tengah menyalahkan satu sama lain, terciptalah suasana awkward yang menyelimuti.
Gito menatap kedua laki-laki yang kini berada ri hadapannya, ia menatap mereka berdua dengan sorot mata yang sangat lekat. Dirinya berdehem kecil, lalu menggelengkan kepala karena teringat perkelahian yang mirip sekali dengan anak kecil beberapa menit lalu. "Sekarang saling berdamai satu sama lain, berjabat tangan untuk perdamaian." ucapnya yang tidak ingin membiarkan perdamaian semakin menjauh.
Farel menatap Kevin, begitu pun sebaliknya. Tidak rela berjabat tangan, apalagi mengucapkan maaf. Ia sangat tidak ingin membuat perdamaian, karena laki-laki di sampingnya ini adalah tempat pertama yang menjadi tujuan Zulfa kala sedih.
"Ayah, gak ada ketentuan lainnya untuk berdamai sama Kevin?" tanyanya yang meminta keringanan.