Ledakan terjadi begitu saja, suaea riuk ricuh para warga sipil terdengar di mana-mana, aku yang berdiri tepat 10 meter dari sumber ledakan itu, selamat karena sebuah lembaran besi besar tepat di belakan penjual makanan ringan ini menabrak kami berdua, di saat itu, aku melihat sekelbat bayangan, keluar dari gedung asal ledakan itu, aku tak percaya dengan apa yan ku llihat, aku menatap langsung, mata itu adalah mata yang paling ku kenal karena, mata seorang prajurit baik-baik yang gugur di genggaman tangan ku,, salah satu prajurit terkuat negara di utara yang mencoba menyelamatkan kami semua, para prajurit negara yang terlibat adu tembak yang disebabkan oleh kesalahpahaman dua prajurit antar negara saat mereka bertugas menjaga perbatasan, insiden itu sudah di tutup dan hanya atasan yang tau penyebabnya, serta kami yang berada di sana.
"Pak Wasis kau tidak apa-apa!?" dia melihat ku dan menganguk, aku langsung berdiri dan mengejar orang itu "Kau!? Tunggu!" Saat aku menghampirinya, dia berlari, aku pun mengejarnya, namun sekitar 20 meter, dan dari sana, dia dihampiri sebuah mobil dan langsung menaikinya, mobil itupun langsung berlari kearah timur kota lewat jalan tol, diikuti 6 mobil Polisi, aku merasa gagal dalam melindungi orang-orang di sekitar,dan juga yang terpenting, elindungi bahan makanan malam ini.
10 menit sebelumnya, aku diminta Sophee berbelanja karena stok bahan makanan dirumah menipis, karena dia harus mengurus adiknya yang sakit bernama Adel, dia masih berusia sekitar 11 tahun dan baru masuk di kelas 6 sekolah dasar, dia gadis yang ceria dan memiliki mata biru seperti kakaknya, dia juga punya rambut yang panjang berkilau, mungkin karena kakaknya merawatnya dengan baik, dia selalu ingin terlihat anggun seperti kakaknya, tapi anehnya, dia sangat tertarik dengan senapan api, walau aku selalu melarangnya untuk masuk ke kamar ku, dia selalu saja masuk di saat aku melakukan perawatan pada beberapa senapan api yang ku koleksi, setidaknya belum ada insiden dia membuat lubang di dalam rumah, karena aku selalu menyimpan amunisi ku di tempat yang tidak bisa dijangkau wanita.
"Hmm, daging sapi, wortel, kentang, bumbu ka- tunggu, bukannya ini resep untuk membuat kare bergaya Asia? Kalah begitu aku hanya perlu ketempat pak Murayama saja nanti untuk membeli daging yang cocok, haha! Pesta kare!!!" aku berlari kegirangan setelah melihat daftar belanja itu, dan langsung berbelanja sayuran yang lumayan banyak dan daging? Tentu saja, karena aku suka kare, aku membeli dagingnya dengan menambahkan uang untuk membeli dagingnya, agar aku bisa makan lebih banyak, orang-orang yang menyewa kamar lainnya pun pasti akan senang.
Sebelum kembali, aku bertemu dengan seorang penjual makanan ringan langgaman ku, Pak Wasis*, dia keturunan Asia yang dulunya berada di tenggara, terkadang, dia jadi teman curhatku juga.
"Wah, bebas tugas? diliburkan? atau kau-" "Tidak,aku tidak membuat masalah kok, Pak, hanya sedang ditugaskan dengan kelonggaran, ah kau mau kue putunya 12 biji, di bungkus" aku menyelanya, "Ah~, karena gencatan senjata itu ya? Sangat disayangkan itu bersifat sementara. Tunggu sebentar biar ku buat kan." suara siulan dari tempat memasak makanan ringan ini khas, sekali kata Pak Wasis, dulunya kue ini dijual oleh penjual keliling di negara asal** nya sebelum perang besar dan insiden pasang besar yang membuat populasi dunia harus mulai mencari daratan yang lebih tinggi lagi.
"Ini, totalnya 10 Yale* saja, anggap saja yang 2 bonus." aku kaget saat dia mengatakan itu, "Tunggu dulu, tap-" "Sudah, begini saja, makan yang bonus 2 buah itu di depan ku, kuanggap itu sebagai promosi." Aku melihat Pak Wasis dan membuka perlahan bungkusan yang masih hangat di tangan ku, aku mengambil satu, dan baru saja aku menggitnya, Ledakan di sebrang jalan terjadi, sebuah lembaran besi mengahantam ku dan Pak Wasis, aku berusaha menyadarkan diri, dan duduk di tepian, itulah saat aku melihat nya, bayangan yang sangat familiar, aku berlari mengejarnya dan dia, lolos.
Dia adalah korban dari kesalah pahaman yang disulut oleh seseorang, ntah dari negara tetangga atau negaranya sendiri, pencapaiannya yang besar juga sangat membuatnya tidak masuk akla untuk menghianati negara yang dia cintai, sampai sekarang, tak ada yang tau, dia masih hidup atau seseorang, menggunakan identitasnya sebagai penjahat**.
Dari kejadian itu, ternyata, 40 menit sebelum terjadinya ledakan, mereka sudah melakukan pembobolan brankas, memasang barier khusus kedap suara, dan membunuh sekitar 12 staff bank, dari sana aku berpikir, apa yang terjadi ini, bukan lah sesuatu yang bisa dilakukan oleh amatiran kelas rendah, dan kejadian hari ini, sangat disayangkan, dan para anggota divisi ke 7, kembali di tugaskan secara tiba-tiba.
*Wasis Antawijoyo, ya! Dia orang keturunan Indonesia sebelum lelehan es kutub mencair dan menenggelamkannya, keluarganya adalah salah satu tokoh pelopor terbentuknya klan yang menyatukan semua keturunan orang Jawa.
Menurut info, dia juga di masa mudanya adalah salah satu orang yang berpengaruh, salah satu atasan K yang kurang ajar pernah diajak Pak Wasis untuk minum, dan mulai dari sana, dia menghormati pak Wasis, ntah apa yang terjadi, tapi kapten K juga bilang untuk tidak macam-macam pada Pak wasis
**Orang yang dimaksud adalah prajurit perbatasan, Mayor Sersan Morris Johanes (Dibaca Yoa-nes), dia memiliki pencapaian yang sangat banyak dan pernah melindungi perbatasan seorang diri dari kepungan musuh, dia di fitnah melakukan pembunuhan di perbatasan sekutu sebelum insiden pemburuan dirinya oleh tentara sekutu yang tersulut kemarahan, sampai saat ini, tentara sekutu yang mengenal baik dirinya juga masih tidak percaya, dan sepertinya tidak akan pernah percaya kalau dia yang membunuh comrade mereka.