Chereads / Matrix Trap : Odyssee / Chapter 35 - 00.00 (Still)

Chapter 35 - 00.00 (Still)

Lima tahun kemudian

Genggaman tangan Ray gagal menghangatkan tubuh gadis di depannya. Semua orang terdiam menambah hening suasana diruangan. Rehan hanya bisa menutup mulutnya untuk membungkam tangisan yang hambpir keluar. Di sisi lain, Rhea gagal menahan air matanya sedang Nadev yang baru sampai di Jakarta hanya bisa duduk lemas sambil mengigit bibirnya keras. Di ujung sana Nuha tak kuasa memeluk Bunda dan Ayah sambil memberi ketenangan dan kekuatan sebisanya.

Lalu bagaimana dengan Ara? Bagaimana dengan Batak?

Mereka berdua… memilih tak disana… iya mereka memilih untuk tidak berada di sisi Kar untuk terakhir kalinya. Gadis itu, sepuluh menit yang lalu telah kehilangan nyawanya. Perjuangannya telah usai dan membuat semua manusia sedih kehilangan dirinya.

''Ray, aku ngantuk…aku pengen tidur sebentar ya…"

Dia… terlelap dalam tidur panjang dan mimpi-mimpinya. Dia telah pergi dan terbang melepas semua rasa sakitnya. Dia pergi dan memberikan pelajaran bahwa hidup itu begitu indah namun rumit pada satu sisi yang sama.

Khariskara Renoir, ia menghembuskan napas terakhirnya.

*

Satu tahun kemudian

Hari ini langit begitu biru. Suara burung terdengar begitu merdu. Begitu pula klakson kendaraan yang memekik telinga tak begitu masalah buat gue. Entah mungkin karena gue sebahagia ini untuk menyambut hari ini. Iya, hari ini adalah hari yang gue tunggu-tunggu dalam setahun terakhir ini.

Gue membenahkan dasi sambil tersenyum melirik buket bunga di kursi sebelah. Bunga daisy, bunga itu adalah bunga kesukaannya. Selain itu music yang terputar di mobil juga kesuakaanya, juga pakaian yang gue kenakan adalah kesukaannya. Rasanya gue hampir gila hari ini karena sesenang ini akan menemuinya. Rasanya ingin cepat-cepat bertemu dengannya namun apa day ague harus menunggu dua malaikat kecil keluar dari gerbang di depan sana.

''Papa sorry sudah buat papa nunggu lama. Tadi miss Tifa ada pengumuman sebentar''

Gue hanya tersenyum ketika satu malaikat kecil masuk mengisi bangku belakang. Tak berselang lama seorang bocah laki-laki menyusul masuk ke dalam mobil.

''Papa sorry, tadi aku cariin arin di kelas dulu. Ternyata dia sudah duluan ke mobil papa. Maaf ya..'' ucapnya begitu tulus.

''Nggak papa,''

Lagi-lagi gue hanya bisa tersenyum. Ya, malaikat kecil yang gue tunggu adalah kedua anak gue. Mereka adalah Aron dan Arin.

''Papa tadi aku sudah bilang sama Nil kalo hari ini kita nggak bisa kerumah tante Rhea. Dia bilang nggak papa karena dia tau hari ini kita mau ketemu mama'' ucap Aron buru-buru.

''Iya, arin juga sudah bilang'' sahut Arin.

''Bagus kalau begitu sekarang kita ketemu mama ya''

*

Langkah gue terhenti beberapa saat ketika sampai di tempat ini. Perasaan gue nggak pernah berubah. Akan selalu sama dan makin bertambah. Apapun keadaanya jatuh cinta dengan dia akan selalu jadi hal yang membahagiaan bagi gue. Degub jantung gue, mulai tak teratur. Hari yang gue nanti akhirnya tiba juga. Sesaat gue tatap langkah mungil arin dan aron. Mereka terlihat lucu ketika berlari menghampiri makam mama mereka.

''Papa ayo cepat, mama sudah menunggu'' teriak Arin dari ujung sana.

Gue menelan ludah. Mengangguk dan melangkahkan kaki dengan perasaan bahagia dan ngilu.

''Papa jangan membuat mama menunggu lama. Mama tidak suka sendirian. Papa harus ingat itu'' celetuk Aron sambil melotot.

''Iya, maafkan papa'' jawab gue sekenanya.

Lantas kami bertiga berjalan menuju pembaringan di depan sana. Ada setitik luka yang membuat gue terasa begitu hampa ketika membaca papan nama dimakan itu. Khariskara Renoir. Gue mengigit bibir, mengatur napas . Sudah setahun berlalu dan gue tetap merasa bahwa Kar masih hidup dan menjaga kami semua.

''Mama ini bunga kesukaan mama. Kami datang untuk mama'' ucap Arin dengan penuh kerinduan.

''Iya, mama, maaf sudah membuat mama menunggu lama. Papa berjalan sangat lambat tadi'' Aron mendongak mengamati papanya lantas menyernyit. Ia tau papanya bahagia karena bertemu mama. Tapi ia bingung karena papanya malah terlihat sedih.

''Papa…''Aron lirih. ''Kenapa papa sedih? Papa terluka?'' tanyanya.

''Tidak, papa tidak terluka. Papa bahagia'' jawab gue penuh kebohongan.

''Papa..'' giliran Arin bicara. ''Mama tidak suka melihat papa berbohong. Om rehan bilang tidak apa-apa untuk bersedih, tidak apa-apa untuk menangis. Jadi kalo papa kangen mama, papa boleh menangis.''

Gue tersenyum.

''Iya, papa boleh menangis. Arin dan Aron juga suka menangis jika kangen mama.'' Lanjut Aron.

''Tidak, papa tidak ingin menangis karena sedih. Papa ingin menangis karena bahagia. Mama paling suka lihat papa bahagia kan?''

Mereka berdua sepakat mengangguk.

''Kalo begitu, papa harus berjanji untuk terus bahagia'' ucap Aron antusias.

''Janji?'' lanjut Arin.

Tanpa banyak bicara gue meraih mereka berdua dan membawa mereka kedalam pelukan. Hari ini tidak seharusnya gue bersedih didepan Kar. Apapun yang telah terjadi itu semua telah terjadi. Gue mungkin sedih karena kehilangan dia begitu cepat tapi gue sudah janji kalo gue akan berbahagia untuk malaikat kecil yang dia titipkan ke gue.

Kar… setahun yang lalu, saat lo pergi, maaf karena nggak ada di sisi lo. Tapi gue janji kar gue akan selalu ada di sisi anak-anak kita. Sampai berjumpa di kehidupan selanjutnya, Kar.

*

Batak meletakkan buket daisy dengan tatapan yang tak terdefinisikan. Ia mengigit bibirnya erat sambil memandangi buket lain diatas pemakaman Kar. Ia tau siapa yang telah meletakkan bunga itu, namun lagi-lagi ia hanya bisa terdiam sambil menahan pilu.

''Suami lo adalah ayah yang hebat. Gue nggak perlu jelasin ini lo pasti udah tau, kan? Tuhan pasti udah ngasih tau lo kalo di hari lo pergi alasan kenapa dia nggak ada disisi lo, itu karena dia menyelamatkan orang lain'' Batak menjeda dengan menghela napas.

''Ara nggak salah Kar, jadi tolong jangan terlalu benci sama dia. Lagi pula, dia pergi juga buat cari pendonor buat lo. Tapi di saat yang sama dia terjebak dikecelakaan yang mengharuskan dia mengubah prioritas dia. Dia nggak sepenuhnya salah, buktinya waktu dengar lo udah nggak ada, dia langsung kabarin gue buat mengamankan arin dan aron. Dia bilang, arin sama aron nggak perlu tau mamanya pergi saat itu. Dia nggak mau mereka berdua tau Kar, dia nggak mau Kar anak lu sedih dan yang terpenting dia nggak mau lo denger mereka nangis. Ara suami yang baik, ayah yang baik, jadi lo nggak boleh pergi dan benci sama dia. Ngerti?''

Hening.

''Kar…''

Hening.

''Setaun tuh cepet banget Kar. Banyak yang berubah. Lo mungkin harus tau kalo Re dan Nadev akhirnya memutuskan bercerai karena pada akhirnya mereka sadar kalau ternyata mereka lebih cocok jadi temen daripada suami istri. Terus, sekarang Re tinggal sama Ray. Anak dia yang dia adop sekarang udah gede. Namanya Nil seumuran sama Aron dan Arin. Anak Rehan juga udah gede, Kar. Haha percaya ga percaya sekarang gue jadi bapa baptis anak Rehan. Sadar ga sih Kar gue udah jadi bapa-bapa haha. Emmm terus apa lagi ya Kar….''

Sayup-sayup adzan terdengar….

''yahh udah sore ternyata, padahal masih banyak yang pengen gue certain ke lo. Ah iya…'' Batak meraih foto dari saku celananya, teringat sesuatu. ''Abang lo bulan depan akhirnya nikah. I don't know dia udah ngabarin lo apa belum. Tapi gue dapet ini dari temen gue, ini calon abang lo namanya gue lupa siapa sih… tapi dia cakep. Ngga kalah cakep sama binta.''

Hening.

''Sebenernya gue cerita kaya gini lo denger ga sih Kar?'''

Hening.

''Gue kangen sama lo Kar. Kita semua kangen sama lo. Tapi kenapa lo pergi duluan?''

''Kar…'' ucap batak dengan nada yang bergetar. '' Kayaknya gue makin ngaco ga sih? Udah aja kali ya… oke..emang kayaknya suruh udahan. Oke….'' Batak membenahi pakaiannya. ''Gue pergi dulu ya. Sampai ketemu nanti Kar…'' ucapnya dengan berat.

Lantas tak butuh waktu lama makan itu kembali menyisakan kesunyian.

*

Batak gue denger kok semuanya. Gue sama Lilis liat semuanya kok. Jadi jangan berhenti cerita ya sama gue. Kita Cuma beda semesta tapi bukan berarti semuanya udah selesai kan?

Gue…ngga pernah kok benci sama Ara…

Gue… juga ngga pernah benci sama Ray…

Gue… Cuma benci diri gue sendiri 😊

Makasih karena kalian sudah hadir buat mengingatkan kalau gue itu berharga dan layak untuk hidup. Makasih karena kalian sudah membantu gue melalui perjalanan panjang untuk menerima diri sendiri. Makasih karena kalian telah hidup dikepala Gue.

(tamat- 19 Desember 2021)