*Jalan keberuntungan seseorang itu tidak pernah ada yang menduga, selalu ada kejutan dari Tuhan yang indah bagi mereka yang mau berusaha*
Menjadi terkenal dan memiliki banyak uang adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh Mila. Karena ketika dia terkenal nanti, dia bisa melindungi ibu dan dua saudari kembarnya dari ayahnya; memberikan mereka kehidupan yang layak, makanan yang enak, baju yang bagus, dan tempat tinggal milik mereka sendiri yang dapat mereka huni bersama, tanpa ayahnya.
Dengan menjadi terkenal dan banyak uang, Mila akan bisa menjauhkan ibu dan saudari-saudarinya dari pria itu. Dia sudah muak. Ayahnya memanglah tidak setiap hari di rumah. Tapi setiap dia pulang selalu mabuk, dia terkadang mabuk karena minuman beralkohol tapi yang sering karena dia nyimeng, kadang juga habis nyabu. Setelah mabuk laki-laki itu tidak akan banyak tingkah, tapi setelah sadar keesokan harinya dia akan marah-marah. Sepanjang yang diingatnya, ketika ayahnya di rumah kerjaannya hanya uring-uringan, segala hal kecil dan tetek bengek selalu bisa meledakan amarahnya. Dan sudah bertahun-tahun ibunya menjadi korban kebringasan dari ayahnya.
Selalu ada luka baru, selalu ada lebam baru di tubuhnya setiap kali ayahnya berada di rumah. Sebenarnya dia lebih suka ayahnya tidak pulang, atau dia lebih suka lagi kalau ayahnya ditangkap polisi, biar dia membusuk di penjara, tapi harapannya itu tidak akan pernah terjadi karena sang ayah dengan lihainya telah menjadi cepu alias mata-mata polisi.
Dia sering, mungkin juga terlalu sering meminta ibunya untuk berpisah dengan ayahnya. Mila selalu mendorong ibunya untuk pergi dari pria yang menjebaknya di dalam hubungan yang tidak sehat itu. Tapi ibunya menolak, dengan apa nanti mereka akan hidup. Ibunya yang tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini terlalu takut untuk berpisah. Mila bahkan sering menegaskan bahwa dialah yang kelak menjadi tulang punggung mereka, tapi lagi-lagi ibunya terlalu takut pergi, dia sudah sangat bergantung kepada ayahnya.
Tapi harapan barunya baru saja menyingsing, sedikit lagi dia bisa mewujudkan mimpi untuk keluarganya. Semua itu tidak lain karena dia tengah menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Namanya tengah menjadi buah bibir, saat video tentang dirinya tersebar luas di masyarakat. Itu bukanlah video dewasa dengan konten vulgar, melainkan sebuah video heroik yang mampu membuat dadanya membusung.
Rekaman itu diambil dari kamera cctv sebuah rumah di pinggir jalan. Di dalam video itu memperlihatkan Mila sedang menghajar dua penjambret untuk menyelamatkan seorang wanita.
Jadi, ceritanya bermula pada siang itu, ketika itu Mila akan pergi menemui seorang klien yang akan menawarkan kerja sama di sebuah Cafe. Namun secara kebetulan dia memasukkan alamat yang salah, sehingga Kang Ojol harus menurunkannya di tempat yang sebenarnya bukan tempat tujuannya. Dan untuk mencapai tempat tujuannya, dia harus berjalan kaki.
Saat itu memang jalanan sepi. Siang bolong, panas menyengat di ubun-ubun dan mungkin orang malas berpanas-panasan di luar. Terlebih ini Jakarta, bukan hanya panas, kualitas udara yang rendah, dan rasa gatal karena gerah membuat siapa saja lebih suka berlama-lama di depan kipas, di dalam rumah mereka.
Mila memang sekilas melihat seorang wanita berjalan. Penampilannya sopan, dengan gamis panjang, bahkan jilbabnya lebar menutupi dadanya. Tapi tiba-tiba dari arah belakangnya sebuah motor berhenti mendadak di sampingnya dengan ban motor depan yang menghalau langkah kakinya. Satu orang turun dari motor, tapi pria yang masih dia atas motor mengulurkan tangannya dengan cepat, menyentak tas kecil yang dia bawa, wanita itu mencoba menahan tangan penjambret namun pria yang sudah dari tadi turun meremas payudara yang berada di balik jilbabnya. Membuat dia terkejut dan berteriak.
"woi," Mila begitu terkejut melihat pemandangan di depannya, dia segera berlari mendekat. Melihat Mila, wanita itu semakin kencang meminta tolong.
Mila melayangkan tasnya dengan membabi buta ke arah pria yang sedang melecehkan wanita itu. Pria berkaos lucuh itu terkejut. Sedangkan pria yang menarik tas wanita itu, begitu menyadari kehadiran Mila, ia mendorong tubuh Mila. Namun dengan cekatan Mila meraih kemejanya dan menariknya dengan sekuat tenaga. Pria itu tidak pernah akan menyangka apa yang dilakukan Mila, hingga dia tidak memijakkan kakinya dengan benar di tanah. Alhasil, dia tersungkur, jatuh bersama motornya.
Seorang pria tengah baya yang mendengar teriakan minta tolong muncul, disusul beberapa orang di belakangnya.
Pembegal payudara bersusah payah membantu temannya mendirikan motor mereka. Mila masih terus mengebuki mereka dengan tasnya dan kadang di selingi dengan tendangan. Belum berhasil membangunkan motor mereka dengan sempurna, para bapak bapak sudah berhasil membekuk mereka.
"kamu baik-baik saja?" Mila menyentuh kedua pundak wanita itu untuk membantunya berdiri.
Shock dan rasa ketakutan masih kental bersemayam pada diri wanita itu. Dia mengangguk pelan.
"kalian tidak apa-apa?" seorang bapak menanyai mereka.
"tidak apa-apa pak. Terima kasih atas bantuannya." Mila melihat kedua orang kriminal itu sudah diseret menjauh.
Tak lama kemudian muncul segerombolan ibu-ibu.
"kalian gak papa?" tanya ibu itu.
"tidak bu." jawab Mila.
"bawa ke rumah Ratna aja." usul salah satu ibu-ibu mengajak wanita yang baru saja jadi korban itu untuk istirahat di rumah terdekat.
"kasih teh anget." ujar yang lain.
"sudah, ayo." seorang ibu diantara mereka mengiring pergi.
Seorang ibu berdaster menoleh kearah Mila. "ayo, mbak juga ikut!" ajaknya.
"terima kasih bu, tapi saya ada urusan harus segera pergi. Teman saya sudah menunggu." tolaknya dengan halus.
"oalah." ibu itu mengangguk tanda mengerti.
Mila pamit memohon diri. Dia kembali melanjutkan perjalanannya. Dia melirik jam kecil dipergelangan tangannya. 'duh, telat. Dia pasti sudah menunggu lama.'
Mila masih tidak menyangka kalau aksinya tempo hari itu yang dia lakukan secara spontan itu terekam kamera cctv dan akan di upload ke medsos. Hasilnya sekarang dia viral. Senyum girang tergambar di wajahnya, dia mulai mengkhayal pasti akan datang banyak tawaran endorse, dan akan diundang ke beberapa stasiun swasta untuk di wawancara. Walaupun beberapa wartawan sudah mewawancarai dirinya di rumahnya.
Wajahnya sumringah, oh, begini rasanya jadi terkenal. Begini bau menjadi orang terkenal. Dia bersorai, mungkin sebentar lagi dompetnya akan mengembung dengan gemuknya.
"duh dompet, jangan mengeluh ya kalau nanti kamu gemuk." dia menepuk-nepuk dompetnya senang, terlalu senang.
***
Beberapa lembar kertas print out di lempar ke meja dengan kasarnya. Beberapa berhamburan. Pria berperawakan tinggi, kekar, dan memiliki perut yang ramping, disaat pria sebaya dengannya sudah memiliki perut yang membuncit seperti wanita yang sedang hamil.
Pria beruban itu membalikkan badannya, membelakangi Adam yang terdiam seperti seorang bocah yang ketahuan mencuri mangga, dan kini sedang dimarahi orang tuanya.
"saya sungguh merasa bersalah." katanya dengan sangat sopan, terdengar kehati-hatian dari nada bicaranya. "maaf untuk kelengahan yang saya perbuat."
Papanya itu berbalik menatap Adam dengan tajam. "Bagaimana semua ini bisa terjadi?" dia menggeram, sambil membungkukkan badan. Kedua tangannya bertumpu ke meja, sebelum dia mengangkat sedikit badannya ke belakang lantas menuding Adam dengan telunjuknya, "ini peringatan keras untukmu. Ini yang pertama dan yang terakhir kalinya."
"Iwan..." panggilnya dengan teriakkan yang keras.
Mendengar suara Pak Sueb yang mengelegar, pria yang di panggil Iwan bergegas masuk ke ruang kerjanya. Iwan adalah seorang laki-laki berusia kisaran 35 tahun. Wajahnya tampan, penampilannya necis dan gentle. Dan dia merupakan salah satu orang kepercayaan Pak Sueb.
"iya Pak."
"saya sudah menyuruh kamu untuk membungkam semua media. Tapi apa hasilnya. Ini apa?" dia melemparkan kertas-kertas penuh cetakan berita dari media online itu dengan kasar, membuat kertas-kertas itu berhamburan. "menyelesaikan urusan begini saja tidak becus!" semburnya.
"ma'af Pak." dia tertunduk.
"jelaskan padaku!" dia menuntut penjelasan.
"sepertinya lawan politik anda ingin menjatuhkan anda dengan skandal ini. Mereka sepertinya memberikan harga yang lebih tinggi dari kita."
Mata Pak Sueb mendelik, "lantas kenapa kamu tidak menaikkan harga lebih tinggi dari mereka?"
"ma'af Pak, masalah tidak semudah kelihatannya. Musuh-musuh anda itu juga sepertinya memegang kartu AS mereka."
"kurang aja! Sapi bangkotan!" tangannya meremas kertas. "media apa saja yang sudah berani mengeluarkan beritanya?"
"situs Mehermika."
"Mehermika."
"anak jaringan SMDK."
"ya, ya aku tahu. Pemiliknya adalah orang yang memang terobsesi dengan kursi Gubernur."lanjutnya, "usahakan sebisa mungkin berhenti di media online. Jangan sampai masuk ke TV. Dampaknya bisa lebih besar lagi." pak Sueb memberi tekanan.
Iwan kembali melaporkan, "memang berita ini baru keluar 2X24 jam tapi skandal ini sudah ramai di bahas di IG dan Twitter. Bahkan para lawan politik anda sudah mulai buka suara. Mereka beramai-ramai menuliskan sindiran mereka."
"segera bereskan sampai tuntas." ancamnya, "kalau perlu bawa penyebar skandal ini ke meja hukum gunakan pasal pencemaran nama baik untuk memukul mundur mereka." perintahnya.
"baik Pak." lalu Pak Sueb memberikan isyarat agar Iwan pergi dari hadapannya.
Adam tahu Papanya sengaja menghadirkan Iwan untuk memperlihatkan kepadanya bahwa situasinya sekarang cukup pelik.
Mata Pak Sueb kembali pada sosok Adam yang dari tadi mematung." jadi..."
"mohon..." Papanya memberikan isyarat untuk diam. Lalu Papanya meraih tablet yang tadinya tergeletak di atas meja kerjanya. Jarinya bergerak, hingga dia memperlihatkan kepada Adam suatu gambar. Itu statistik. Terpampang di tablet ada garis merah dan hijau yang terlihat turun.
"ini." ucapnya. Dia menunjuk garis merah dan hijau itu. Adam paham betul. Itu adalah laporan saham, dan dia tahu benar bahwa saham mereka menurun.
Adam tidak mampu berkata apapun.
"segera pulihkan nama baikmu!" perintahnya. "skandal ini jangan sampai menjadi ancaman bagi kursiku. Aku tidak mau partai yang mengusungku berlarut-larut mempermasalahkan hal ini. Mereka hanya memberikanku waktu sepekan menyelesaikan masalah skandalmu."
"apa yang harus saya lakukan?" ia paham betul arah pembicaraan Papanya. Pria itu sudah pasti memiliki rencana untuk Adam.
"nikahi seorang perempuan!" perintahnya tegas dan tidak terbantah.
Adam tersentak. Menikahi seorang perempuan, dia mengulang-ulang kata itu dalam benak ya. "saya, saya tidak bisa... Dengan perempuan. Saya..."
"hanya kedok. Cari wanita yang bisa kamu jadikan topeng, dengan begitu kamu bisa hidup bebas bersama dengan pacarmu."
Adam memicingkan matanya sejenak. Bagaimana tanggapan pacarnya nanti jika dia tahu Adam menikahi perempuan, bisa murka dia, dalam batin Adam terjadi konfrontasi sengit.
"apa berpura-pura berkencan dan menjalin hubungan dengan perempuan tidak cukup? Seperti selama ini." Adam sungguh keberatan dengan perintah Papanya.
"anakku." Pak Sueb sudah merubah posisinya. Dia berjalan mendekati Adam, "papa sudah merawatmu hampir 15 tahun. Papa menyayangi kamu sebagai satu-satunya anak Papa. Papa memungut kamu yang sudah di telantarkan oleh ibumu yang sundel itu. Kamu pasti ingatkan bagaimana ibumu itu lebih memilih meninggalkan kamu daripada pria itu." dia menyentuh pundak Adam," apa pernah Papa mengabaikan kamu? Papa selalu memenuhi semua yang kamu inginkan. Papa selalu membahagiakan kamu. Apa kamu tidak mau menuruti perintah Papa kali ini? Kamu pasti tahu langkah Papa ini juga demi kebaikan kamu. "
Adam menelan ludah. Jangkungnya naik turun. Dia memang berhutang budi kepada Papanya. Hutang yang sangat besar bahkan dia menganggap memberikan nyawanya sendiri saja tidak akan cukup untuk membalasnya.
"baik Papa."
"bagus, ini saatnya kamu menunjukkan baktimu kepada Papa dan Mama." Pak Sueb tersenyum. "jika tidak bisa nikah betulan dengan seorang wanita, cukup berpura-pura saja. Yang penting kamu sudah tidak dicurigai sebagai gay."
"tapi dengan siapa?" tanyanya bingung.
"kamu tidak perlu berpikir tentang hal itu, Papa akan segera membawakan seorang gadis untukmu. Papa pikir papa sudah menemukan kandidat potensial. Dia sekarang sangat menonjol, papa yakin itu bisa mengalihkan kecurigaan mereka pada orientasi seksualmu."
Dan sekali lagi dengan berat hati dia berkata," baik Pa. "
***
Terus dukung author ya.... 😁