Chereads / Pacarku Ketua BEM / Chapter 18 - Jawaban

Chapter 18 - Jawaban

"Halo, Tae," kata Kaino dalam telepon.

"Ya? Kenapa Kai?"

"Lo lagi dimana? Gue mau ngomong penting."

"Gue lagi makan sama kak Ardilo."

"Oh... Lo lagi jalan sama bang Ardilo?"

"Iya. Ntar aja ya ngomongnya, kalau gue udah pulang."

"Hmmm oke deh."

Taera menutup teleponnya. Dia sebenarnya agak nggak enak dengan kak Ardilo karena udah mau ngomong eh malah ada telepon. Tapi ya mau bagaimana lagi. Taera harus mengangkatnyal.

"Siapa?" tanya Ardilo.

"Kaino," jawab Taera.

Ardilo hanya manggut-manggut. Dia terlihat paham namun Taera tak ingin dia salah paham. Mengingat setelah ini Taera akan memberikan jawabannya.

"Aku sama dia sahabatan doang kok kak," jelas Taera tiba-tiba.

Ardilo tersenyum. Dia tau kalau Taera menjelaskan itu agar Ardilo tidak cemburu. Ardilo mendadak yakin kalau sebenarnya Taera memang sangat menyayanginya dan tak ingin kehilangan dia.

Ardilo kemudian mengangguk. "Makasih udah ngejelasin itu. Aku nggak akan cemburu sama dia. Aku tahu kamu nggak mungkin deket lebih dari sekedar sahabat sama dia kalau kamu udah deket sama aku."

Taera hanya tersenyum canggung.

"Oh ya, tadi mau ngomong apa?" tanya Ardilo.

"Ngomong apaan?" tanya Taera balik. Dia mencoba mengingat-ingat.

"Tadi sebelum Kaino nelepon," jawab Ardilo.

Taera teringat kalau tadi dia mau ngasih jawaban perasaannya ke Ardilo. Mendadak dia jadi deg-degan. Dalam hati dia berdo'a semoga keputusan ini yang terbaik.

"Oh iya.. Itu kak.. Aku pengen ngasih jawaban tentang perasaan kakak ke aku," kata Taera.

Ardilo hanya terdiam dan menatap Taera lekat-lekat. Dia sekarang deg-degan banget. Dia tiba-tiba khawatir kalau Taera menolaknya.

"Aku... Aku mau kak, aku mau jadi pacar kakak," kata Taera akhirnya.

Ardilo menghela nafas, dia kemudian tersenyum. Dia sangat lega sekarang. Akhirnya setelah penantian panjang, Taera menerimanya juga.

"Makasih, Tae," kata Ardilo. Dia tampak sangat bahagia.

Taera mengangguk kemudian tersenyum.

"Tapi kak... ," kata Taera tiba-tiba.

"Tapi apa?" tanya Ardilo.

"Bisa nggak kita backstreet dulu? Maksud aku, mungkin setelah ini bakalan banyak fans kakak yang patah hati," jelas Taera.

Ardilo tertawa kecil. Inilah yang dia sukai dari Taera, Taera selalu berusaha mengerti dirinya.

"Kamu nggak mau kita go public?" tanya Ardilo.

"Bukannya aku nggak mau kita go public kak tapi aku ngerasa belum siap.

"Mungkin aja bakalan banyak yang nggak suka kalau kita jadian. Ya...secara aku cuma mahasiswa biasa," jelas Taera.

Taera teringat kejadian saat dia dan Ardilo makan berdua di kantin waktu itu. Setelah itu dia banyak menerima pertanyaan di ask.fm tentang kedekatannya dengan Ardilo. Padahal waktu itu mereka cuma dekat, apalagi kalau sekarang mereka jadian. Belum lagi gosip-gosip yang beredar di kalangan anak-anak Fakultas Ekonomi tentang dia dan Ardilo.

"Emang aku mahasiswa luar biasa? Sama aja kali ah, aku juga mahasiswa biasa," tanya Ardilo.

Taera hanya terdiam. "Bukan gitu kak maksud aku."

"Iya. Aku ngerti kok. Aku nggak masalah kok kalaupun kita nggak go public. Senyamannya kamu aja gimana," kata Ardilo.

Taera tersenyum. Ardilo emang pacar-able banget. "Makasih kak."

***

Keesokan harinya....

"Kaino," panggil Taera.

Kaino yang sedang duduk sambil membaca buku karena nanti akan ada kuis, mendonggakkan kepalanya dan melihat Taera berjalan ke arahnya.

"Kemarin lo mau ngomong apa? Katanya mau nelpon, gue tungguin lo kagak nelpon-nelpon pas Sabtu kemarin," tanya Taera.

"Gue ketiduran waktu itu. Sorry," jawab Kaino.

"Ya udah, sekarang cerita aja kemarin lo mau ngomong apaan?" tanya Taera.

Kaino berpikir sejenak. Sebenarnya kemarin dia mau ngajak Taera jalan dan nembak Taera. Tapi ternyata Taera lagi jalan bareng Ardilo. Dia sekarang berpikir apakah ini saat yang tepat untuk ngomong sama Taera soal perasaannya.

"Ah lama lo, gue duluan ya. Gue mau ngasih kabar super penting," kata Taera.

"Apaan?" tanya Kaino.

"Gue jadian sama kak Ardilo," kata Taera.

"Haaa????" Kaino sangat kaget.

Pupus sudah harapanku, batin Kaino.

"Tapi jangan bilang-bilang ya," kata Taera.

Taera kemudian menceritakan ke Kaino bagaimana mulanya Ardilo menyukainya. Kemudian dia juga menceritakan kalau Yola ternyata hanya dekat sebagai teman dengan Ardilo, tidak lebih dari itu.

"Iya, gue minta maaf ya, Tae. Gue kira kak Yola deket sama bang Ardilo. Gue juga baru tahu kemarin kalau ternyata kak Yola pacarnya bang Hendo pas gue sama bang Umin nonton terus ketemu mereka berdua. Lo selama ini jadi mikir kalau bang Ardilo deket sama kak Yola," kata Kaino.

"Gapapa kok, Kai. Selow aja," kata Taera.

Mereka terdiam sesaat.

"Oh ya, gue kan tadi ketemu lo mau nanya kemarin lo mau ngomong apa kok jadi gue yang curhat mulu," kata Taera.

"Oh... Gapapa... Nggak penting-penting banget sih sebenarnya. Gue juga udah lupa kemarin mau ngomong apaan," kata Kaino.

"Ye... Dasar," kata Taera.

"Ya udah gue ke kelas dulu ya. Bentar lagi gue mau kuis," kata Kaino kemudian memasukkan bukunya ke dalam tasnya.

"Oke deh. Kapan-kapan gue traktir ya," kata Taera.

"PJ nih ceritanya?" tanya Kaino.

"Yoi," jawab Taera ceria.

Kaino melihat wajah bahagia Taera. Sepertinya ini sudah saatnya untuk menyerah tentang perasaannya pada Taera.

"Selamat ya lo udah jadian sama bang Ardilo. Semoga kalian langgeng," kata Kaino.

"Makasih, Kai. Lo emang sobat terbaik," kata Taera.

Kaino kemudian pamit dan berjalan menjauh dari Taera.

"Iya, gue selamanya cuma jadi sahabat kan buat lo? Nggak lebih?" gumam Kaino.