Dokter langsung membuka pembicaraan dengan Adit. Sejak tadi, sang dokter sudah tiga kali bolak-balik ruangan ICU untuk memastikan kondisi Putra. Dan Adit pun belum juga datang. Sehingga dokter tidak tahu hendak membicarakan perihal Putra pada siapa, sebab ke Haz saja, rasanya tidak membuat dokter itu puas.
"Kondisi pasien sangat kritis Pak, karena pendarahan yang terjadi di otak cukup serius. Seharusnya, pasien lebih bisa dijaga dengan baik, karena trauma yang ditimbulkan akibat kecelakaan tiga bulan lalu, sangat rentan sekali terhadap aktifitas yang berat dari otak. Apalagi terjadi benturan hebat di sekitar sana."
Adit menghela nafas. Semestinya ini memang tidak pernah terjadi, jika ia tak mengizinkan Putra pergi ke daerah ujung provinsi kemaren pagi. Namun, apalah yang bisa dikata, nasi sudah menjadi bubur, yang dapat dilakukan saat ini hanya mengupayakan pengobatan untuk Putra sebaik mungkin.
"Apa yang akan mungkin terjadi Dokter? Anak saya masih bisa diselamatkan kan?"