Putra bergegas keluar dari ruang bimbingan. Ia baru saja selesai, dan langsung mengeluarkan ponsel, menghubungi Keysha. Rasanya bantuan Keysha sangat berarti, agar bisa bertemu dengan Toni dan leluasa masuk ke dalam ruangannya.
"Dimana Sha?"
📞Aku di perpus, kenapa Tra?
Putra tersenyum lebar, syukurlah Keysha ada di kampus. Ia bisa dengan gampang menarik gadis itu untuk ikut dengannya.
"Gue ke sana. Penting banget!"
Putra berlari menuju perpustakaan, yang berada dua blok dari tempat ia berdiri.
"Sha…!"
Putra bahkan tak sadar, ia berteriak saat berada di perpustakaan.
Kaca mata sesembak penjaga perpus dibuat naik turun, dan menyorot Putra penuh intimidasi.
"Heh! keep silent!" katanya kemudian, sambil memberi isyarat garis lurus di bibir.
Putra merundukkan tubuhnya beberapa kali, bermaksud minta maaf, karena disuruh diam, ia tak mengeluarkan suara sepatah katapun.
Keysha keluar dari balik deretan buku ilmu teknik sipil. Gadis manis berambut ikal, hitam dan panjang itu melambaikan tangan ke arah Putra.
Putra menyusulnya, dengan serta merta meletakkan kembali buku yang sedang terkembang di tangan Keysha ke tempat semula.
"Loh, aku baru mau baca, lagi nyari bahan, ada perbaikan di bab tiga…"
Keysha bahkan bicara tidak stabil, karena Putra sudah menarik tangannya keluar dari perpustakaan. Lagi-lagi sesembak penjaga pustaka melihat dengan kaca mata naik turun.
"Hei, kamu narik-narik aku nggak jelas, mau kemana?"
Keysha setengah berteriak, sambil nafas ngos-ngosan. Putra bahkan menariknya sambil berlari, membuat gadis itu mengikuti dengan keadaan tidak siap. Tas sampingnya berkali-kali hampir jatuh, belum lagi rok kembang panjang yang ia gunakan, hampir tersingkap memerlihatkan pahanya yang mulus.
"Putra…"
Keysha tak tahan, ia benar-benar kewalahan mengikuti Putra. Ia melepaskan tangannya. Lalu, langsung terduduk di trotoar jalan menuju parkiran itu.
"Sha, gue butuh bantuan loe!"
"Apa…?"
Putra lalu berjalan menghampiri Keysha. "Ketemu bokap loe. Jadi loe mesti temenin gue."
Keysha terbelalak. Ia tak percaya. Setelah menolaknya secara halus, dan menjadikan dia sebatas sahabat, tiba-tiba saja Putra ingin bertemu dengan Papinya. Dan ia mesti, kudu, harus menemani. Dengan semangat Keysha berdiri.
"Yok…"
Ia pun menggandeng lengan Putra, yang ditepis oleh pemuda itu kemudian.
Ah, tak mengapa. Yang penting tujuan Putra baik, ingin memintanya langsung ke Toni, Papinya.
Sepanjang perjalanan Keysha tersenyum-senyum sendiri, sambil sesekali melirik pada Putra yang tengah mengemudi.
💭 Putra semakin ganteng kalau lagi serius gini 💭 Keysha membatin.
Memang tak bisa dipungkiri, sejak SMA sudah jatuh cinta pada Putra. Namun, sayangnya, saat memberanikan diri menyatakan rasa ketika tahun awal kuliah. Keysha mesti menggigit jari, lantaran uluran tangannya tak bersambut. Putra malah tak menggapai jemarinya, namun, ia merangkul Keysha untuk menjadi sahabat dekatnya, dan tak semua gadis yang mendapatkan posisi tersebut.
"Sha, gue ngikutin loe dari belakang aja."
Putra mendorong tubuh Keysha pelan, ketika sudah berada di lobi Kantor Pusat Bank Kring.
Beberapa karyawan dan Satpam, menyapa Keysha ramah, begitu pula Putra yang berada di belakangnya.
"Bapak Toninya ada kan, Mas?" tanya Keysha pada salah satu security yang menjaga di lobi.
Security itu mengangguk, "Ada Mbak Keysha, silahkan langsung ke ruangan beliau."
Keysha balas dengan tersenyum, ia lalu menuju lift untuk membawanya ke ruangan Dirut yang berada di lantai lima, lantai teratas Gedung ini.
Lantai lima merupakan lantai khusus ruangan direksi.
"Enak banget jadi anak Dirut ya, disegani banget kayaknya."
Celoteh Putra dalam lift, yang hanya ada mereka berdua. Datang di jam sibuk, menjelang makan siang, di mana semua karyawan sedang banyak pekerjaan, dan pelayanan juga cenderung ramai.
Keysha tersenyum saja. Tak ada bantahan, memang begitu lah. Ia juga sama sekali tak ingin menanyakan urusan Putra bertemu dengan Toni. Tampaknya Keysha sangat yakin dengan apa yang ada dalam pikirannya.
Putra tadi pun sempat mengintip ruangan teller, memang sedang banyak sekali nasabah, tapi ia tak melihat Kinan. Mungkin sudah menanti di ruangan Dirut. Putra tersenyum senang.
Padahal ia tak tahu apa yang akan ia selesaikan dengan Kinan?
Masalah apa? Kinan di kamar hotel dengan siapa itu bukan urusannya juga. Kinan mau tidur seranjang dengan laki-laki mana pun, ia tak ada hak sama sekali untuk mencampuri. Tak lama, pemuda itu pun menelan ludah.
Ah, sikap impulsif Maya menurun padanya. Apakah posesif juga termasuk?
Tiba-tiba saja, kakinya terasa berat hendak melangkah.
"Hei, ayo lah!"
Keysha menariknya yang tak ingin keluar lift, padahal pintu lift sudah terbuka.
"Sha, bentar…"
Putra menarik nafas dalam. Pikirannya tiba-tiba menjadi kalut.
Keysha tersenyum, fix… Putra gugup menemui Toni, karena hendak melamarnya.
Di depan pintu Dirut, sekretaris direksi tampak sedang mengerjakan sesuatu. Seperti sebuah laporan, atau mungkin menyiapkan jadwal atau surat-surat yang akan diberikan pada dirut.
"Eh, Mbak Keysha. Silahkan langsung masuk saja."
SekDir terkejut ketika Keysha sudah berdiri di sampingnya, di temani seorang pemuda ganteng pula. Ia jadi kikuk sendiri dibuatnya.
Keysha tersenyum ramah. Ia lalu masuk ke dalam ruangan ayahnya, setelah SekDir mengetuk dan membukakan pintu.
"Makasih Mbak," ucap Keysha sebelum pintu ditutup kembali.
Sementara di balik meja besarnya, Toni tampak terkejut dengan kedatangan Putra bersama dengan putri kesayangannya.
"Hei sayang. Ada apa datang?"
Toni lalu bangkit dan memeluk serta mencium kening putrinya.
"Eh Putra, silahkan duduk. Ada yang bisa dibantu sayang?"
Setelah memersilahkan Putra duduk, ia lalu membelai rambut putrinya.
"Putra katanya mau ketemu Papi," jawab Keysha sambil menusuk air mineral kemasan gelas untuk Putra dan dirinya. "Minum dulu, Tra."
Putra yang gugup langsung mengambil air itu dan menyedotnya.
Toni juga gugup berhadapan dengan anak muda itu, jangan sampai ia menanyakan hal yang kemarin malam ditawarkannya, terkait simpanannya, Kinanti.
Toni melirik Putra, yang menunduk saja. Ah, semoga pemuda ini melupakan saja semuanya.
Putra juga berharap, tak ada pembicaraan apa-apa di sini. Ia ingin segera keluar dari ruangan Dirut, yang luas, wangi, bersih, dan elegan ini.
Dan tidak ada yang memulai untuk bicara di antara mereka.
Keysha pun kebingungan. Ia menyikut Putra berkali-kali.
Putra perlahan mengangkat wajahnya. Saat angin yang berasal dari AC ruangan itu berhembus, yang berada tepat di atas kepala Toni, ia kembali mencium wangi yang sama. Wangi parfum lelaki yang menempel di tubuh Kinan.
Apa mungkin?
Lagi-lagi Putra menggeleng.
"Loh, nggak jadi? kok geleng kepala?" tanya Keysha membuyarkan pikirannya.
Toni pun terlihat sedikit was-was. Apa yang sedang dipikirkan pemuda ini? Akankah ia mendapat petunjuk tentang sesuatu yang berkaitan dengan dirinya dan Kinan.
"Lain kali aja, Sha. Kita jalan dulu, yuk."
Putra mencoba menentralisir suasana yang mulai terasa kikuk.
"Kemana?"
Keysha menarik nafas kecewa. Padahal ia berharap Putra akan melamarnya, hari ini.
"Ikut aja."
Putra berbisik pelan ke arah Keysha.
"Ya udah deh, Esha pergi dulu ya, Pi. Putra pikirannya suka berubah-ubah."
Keysha lalu mendahului untuk berdiri, diikuti Putra.
Toni mengangguk dan perlahan juga berdiri.
Sebelum berlalu saat menyalami Toni, Putra mengatakan sesuatu yang membuat wajah Toni memucat.
🍁🍁🍁