Chereads / HARGA DIBALIK TIRAI / Chapter 40 - AYO KITA PULANG

Chapter 40 - AYO KITA PULANG

Selama hampir tiga jam perjalanan, dan itu sudah dengan kecepatan paripurna. Akhirnya Putra dan Aisyah sampai di lokasi. Masuk ke dalam kawasan wisata, membayar tiket masuk, dan harus bersabar menunggu kendaraan yang juga mengantre untuk masuk. Putra menghela nafas dalam berkali-kali. Rasanya sudah tak sabar berjumpa dan membawa Kinan pulang.

Lalu Aisyah, jadi tak dianggap. Sepanjang perjalanan, hanya angin yang membelai pendengarannya. Melirik pada Putra pun percuma, pemuda itu sangat fokus ke jalan. Dahinya sedikit mengerut, dan hal itu menambah ketampanannya. Meski pun jika kembali diingat air mata itu, membuat Aisyah menggeleng dan menepis kekagumannya.

Putra meraih ponsel dan menghubungi nomor baru Kinan. Tapi, ternyata blokirnya belum juga dibuka.

"Aisyah. Boleh pinjem handphone loe?"

Aisyah memutar kepala ke arah Putra. Lalu tanpa kata memberikan ponselnya. Kemudian kembali melipat tangan di dada dan memandang lurus ke jalan.

Putra segera menekan panggilan keluar kemaren malam, dan menghubungi Kinan.

"Nan. Ini gue."

{ Iya, gue tau. }

"Loe udah siap-siap? Gue bentar lagi sampe ke cottage loe."

Kinan diam. Ia sudah menyiapkan barang-barangnya, dan sedang menatap ke satu buah koper ukuran kecil itu.

{ Kenapa Tra? }

"Kenapa apa lagi, Nan? Kita akan pulang!"

Kinan kembali terdengar sebak. { Gue udah ngianatin kepercayaan loe! }

Putra menghela nafas, "Gue yakin loe punya alasan."

Kinan sudah terdengar terisak. Terbuat dari apa hati pemuda itu. Kenapa bisa mencintainya sebegitu tulus?

"Gue udah di depan."

Putra lalu turun dari mobil sambil membawa ponsel Aisyah, yang masih melipat tangan di dada, duduk bersandar lalu menatap punggung Putra yang kini berdiri di depan pintu cottage.

Ia benci dengan hubungan percintaan yang seperti ini, ia bahkan sering menangkap pelaku mesum di beberapa kamar kos ibu kota. Lalu, sekarang polwan itu justru datang mengantar seseorang yang dikenalnya ke sebuah cottage.

^ 'Masuk! Loe mati, Tra!' ^

Aisyah mengancam Putra dalam hati.

Selangkah saja Putra masuk ke dalam cottage itu, ia akan menghajar si Sipit.

Pintu tampak dibuka, tapi sosok yang membukanya kembali masuk ke dalam. Aisyah masih mengamati dari dalam mobil. Putra tampak ragu untuk melangkah ke dalam, kakinya seolah tertambat di teras cottage.

Namun, sungguh mengejutkan, Putra ditarik masuk. Seketika Aisyah pun turun dari mobil, dan mendorong pintu cottage yang akan ditutup oleh Kinan.

Kinan dan Putra terkejut.

"Kalau mau pulang, cepet! gue nggak punya banyak waktu!" ketus Aisyah menatap tajam ke dua orang yang ia duga akan berbuat mesum. Tatapan intimidasi ala polwan, membuat Kinan gerah.

"Siapa dia, Sayang?"

Mendengar panggilan itu, Aisyah seketika ingin muntah.

Putra gelagapan, ia tak tahu harus dari mana mulai menjelaskan. Tanpa sengaja Kinan melirik handphone di tangan Putra, yang menampilkan background foto cewek berseragam polisi.

Kinan sampai menggapai handphone itu, dan memastikan penglihatannya tak salah. Gadis itu bahkan membandingkan dengan perempuan yang telah mendorong pintu tadi.

"Ini dia kan?" tanya Kinan tak percaya pada Putra.

Putra mengangguk. "Iya." jawabnya singkat saat Kinan memerlihatkan foto itu padanya.

Wajah kekasih Putra berubah ditekuk, ia cemburu. Kenapa di handphone Putra sampai dipasang foto cewek itu?

"Woi, nggak usah lebay loe! Pake otak kenapa? ini handphone gue!" ketus Aisyah sambil meraih ponselnya dengan kasar dari tangan Kinan.

Wajah saja yang cantik, tapi tidak dibarengi kecerdasan intelektual. Lebih mengedepankan perasaan dari pada logika. Hah! Aisyah menghembuskan nafas kuat.

"Iya, Nan. Tadi gue nelpon loe pake HP Aisyah, nomor gue masih loe blokir kan?"

Kinan menatap Putra, kekasihnya sambil tersenyum manis, lalu melempar tatapan sinis pada Aisyah, yang bersandar di depan pintu, bermaksud menghalangi niat kotor Kinan. Padahal tadi, ia hanya ingin bicara sebentar dengan Putra, tak ingin ada yang melihat. Lalu melaporkan pada Toni. Tapi keburu dihadang perempuan sangar itu.

"Ayo kita pulang!"

Putra lalu membawa koper Kinan menuju mobil. Memasukkannya ke dalam bagasi, setelah dibukakan oleh gadis pemilik kendaraan.

"Ai, loe bawa mobil gue ya, ikuti dari belakang!"

Sebelum pergi, Putra menghampiri Aisyah yang berdiri di depan mobil.

"Trus?"

"Dia nggak bisa gue biarin bawa mobil sendiri, lagi labil. Pokoknya loe ikutin kita."

Aisyah melirik ke arah mobil Kinan. Gadis itu sudah duduk di kursi penumpang.

"Dia kenapa?"

"Ntar gue cerita!"

Aisyah mendengus, dan masuk ke dalam mobil Putra, lalu mulai mengikuti kendaraan yang dikemudikan Putra dari belakang.

^ 'Mimpi apa gue sampai sial terus kalau sama dia!' ^

Aisyah merutuki setiap kejadian yang menimpanya saat bertemu dengan Putra.

***

***

Kinan menyandarkan kepala ke jok.

"Maafin gue, Tra."

Gadis itu membuka pembicaraan dengan Putra, yang hanya diam seribu bahasa setelah di dalam mobil.

Putra mengangkat alisnya, lalu mengangguk. Itu saja! Tanda apa? Marah? Jelas!

"Loe pasti benci sama gue kan?"

"Kalau gue benci, nggak mungkin gue kaya gini sekarang!"

Kinan menatap ke dashboard, menurunkan sedikit pandangannya. Benar… Namun, sikap dingin Putra membuatnya tak nyaman.

Hei, Kinan. Laki-laki mana yang mau menerima kekasihnya telah tidur berkali-kali dengan pria lain, meskipun ia telah melarang untuk melakukannya lagi, setidaknya setelah resmi menjadi kekasihnya. Dan menerima serta melupakan yang lalu-lalu.

Kinan menunduk. Ia menatap paha yang tertutupi celana jins.

Paha itu, bahkan telah meninggalkan banyak bekas sentuhan. Kecuali jejak tangan Putra.

"Gue nggak pantes buat loe, Tra," ucapnya sambil menunduk.

Putra hanya melihat sekilas. Lalu kembali fokus ke jalan. Kata-kata itu sudah terlalu sering ia dengar.

"Kita putus aja!"

Dan ucapan Kinan yang ini, baru memaksa Putra mengetepikan mobil, menghentikannya di sana. Aisyah yang mengikut di belakang, juga terkejut dan tiba-tiba menepi.

"Loe udah gila?" bentak Putra kesal.

Ia sudah berjuang sejauh ini, lalu tiba-tiba dengan mudahnya kata-kata itu keluar dari mulut mungil Kinan.

Kinan masih menunduk dan diam. Ia mulai menangis.

"Bisa nggak, loe kalau ada masalah tu jangan menghindar. Hadapi, Nan. Ini nggak, apa-apa nyerah, nggak pantes lah, sekarang malah minta putus! Gila loe!"

Putra tak bisa mengontrol emosinya. Ia terbawa arus amarah. Mengingat Kinan menghilang dan lebih memilih menuruti Toni ke tempat itu. Hah! Berkali-kali Kinan juga minta maaf, salahkah? tentu saja. Gadis itu pasti telah berbuat kerusakan yang fatal, hingga mengontak ke dalam hatinya. Lalu merangsang amarah itu menggelegar, hanya dengan membayangkan saja, dengan pengakuan 'sudah mengkhianati'. Putra sudah tau apa yang telah terjadi pada gadisnya.

Kinan tak tahan, ia keluar dan bersandar di sisi pintu. Menangis terisak. Tak lama, Putra mengikut, lalu mendekati gadis itu.

"Kinan!" panggil Putra saat berdiri di depan Kinan.

Gadis itu tak menyahut, ia bersedekap sambil terus menangis.

Putra tak tahan melihat Kinan seperti itu, ia lalu menghela nafas dan membelai rambut sang gadis cantik.

"Bisa masuk lagi, nggak? Kita pulang dulu, loe tenangin diri loe di rumah."

Ajak Putra lembut.

Kinan menggeleng, gadis itu masih menunduk. Ia sebenarnya takut. Jika pulang ke rumah, nanti Toni akan mencarinya ke sana. Dan… dan…!

Hei, Kinan. Tadi kan sudah janji akan melawan. Lalu kenapa menciut lagi itu nyali?

"Kenapa?" tanya Putra menyibak rambut indah Kinan, supaya ia bisa melihat wajah kekasihnya.

"Gue takut."

Kinan refleks memeluk Putra. Yang membuat pemuda itu terkejut, malah meluknya di tepi jalan lagi.

Aisyah mengelakson berkali-kali. Membuat Kinan dan Putra terkejut, juga orang-orang dalam kendaraan yang melewati.

Putra buru-buru melepas pelukan Kinan. Membuat gadis itu dongkol. Lalu menatap sinis ke arah Aisyah, yang berhenti mengelakson saat Putra melepaskan pelukan.

"Taik banget!"

Umpat Aisyah geram. Jika saja ia sedang berdinas, mungkin sudah ia amankan dua orang itu.

"Dia siapa? Loe belum jelasin ke gue!"

Kinan terpancing kekesalannya. Ia bahkan tak mengenal polwan itu, untuk apa Putra datang bersamanya? Membantu membawa mobil kembali pulang? atau ada maksud lain?

***

***