Chereads / Pelangi di Ujung Nadi / Chapter 5 - Percikan Bara Api

Chapter 5 - Percikan Bara Api

"Wisnu!" panggil salah seorang perempuan yang menghampirinya di lapangan basket dan setelah dikenali dia adalah Lilga, pacar Wisnu. Salah satu anak perempuan yang cukup populer namun sering sekali melakukan tindakan bullying kepada teman-temannya. Lilga memang cantik dan tak kalah cantiknya dari Amara, tetapi Lilga minim prestasi. Selama ini namanya selalu kalah dengan Amara, sekalipun dalam kepengurusan OSIS dia memegang jabatan ketua bidang apresiasi dan seni. Lilga terpilih dalam keanggotaan OSIS dikarenakan dia mahir dalam membuat event sekolah dan salah satu vokalis dalam band yang dimiliki sekolah.

"Wah parah! Pacar kamu ngamuk gara-gara insiden kemarin" celetuk Rio, teman tim basket Wisnu. Sedangkan Wisnu terlihat sudah mulai emosi

"Sayang, maksud kamu apaan sih, pake acara bopong si tikus ke UKS" tanya Lilga, pacar Wisnu dengan sewot.

"Siapa yang kamu maksud tikus?" tanya Wisnu dengan emosi.

"Itu si carmuk Amara" jawab Lilga dengan ketus.

"Eh dia itu punya nama. Namanya Amara bukan si Tikus. Nggak usah bikin perkara deh, Lil. Bosen aku denger keluhan kamu yang suka jelek-jelekin orang lain. Liat diri kamu. Apa kamu udah baik?" jawab Wisnu dengan ketus dan bernada tinggi.

"Kenapa kamu jadi belain si tikus sih, kamu kenapa, sayang?" kata Lilga dengan mencoba bergelayut di tangan Wisnu.

"Eh udah deh. Kamu itu nggak berhak ngatur-ngatur aku. Suka-suka aku juga mau bopong Amara, mau nemenin Amara juga itu hak aku. Capek aku selalu kamu atur. Aku bukan boneka kamu" kata Wisnu dengan menolak gelayutan Lilga.

"Sapa juga yang bilang kalau kamu boneka aku. Lagipula ngapain sih kamu belain anak haram itu. Anak yang nggak punya Bapak" kata Lilga yang mulai terpancing.

"LILGA! Tutup mulut kamu! Kamu nggak berhak ngomong kayak gitu. Nggak usah nggosip deh. Benerin otak kamu itu. Isinya otak cuma gossip" kata Wisnu yang sedari tadi berdebat di tengah lapangan basket.

"Eh itu faktanya ya! Aku tau, karena Papa aku saudara sama Mamanya Amara dan sejak lahir dia emang nggak punya Bapak. Apa coba kalau bukan anak haram kayak gitu. Sadar dong. Mata kamu kemana? Bisanya ketutup sama cantik dan pinternya dia aja" kata Lilga yang sudah tak mampu menahan emosinya.

"Eh itu masih mending dia pinter. Seenggaknya nggak sekotor kamu. Isinya cuma gossip dan rencana licik. Capek aku lama-lama pacaran sama kamu. Satu hal lagi, kamu udah ngehancurin konsentrasi aku buat latihan tournament" kata Wisnu membela Amara.

"Oh jadi gitu. Emang bener ya dugaan aku selama ini, kalau kamu suka kan sama Amara. Dasar cowok bego!" bentak Lilga.

"Aku akan lebih bego lagi, kalu masih aja pacaran sama cewek psikopat macam kamu itu, yang di otaknya isinya cuma akal licik" kata Wisnu dengan menunjuk Lilga.

"Hahaha bener-bener ya kamu sudah silau karena Amara" kata Lilga dengan mengejek Wisnu.

"Terserah apa katamu" jawab Wisnu yang mulai malas mendengar ocehan Lilga dan dia menembakkan bolanya ke ring basket. Lilga yang melihat reaksi Wisnu yang acuh padanya, mulai emosi dan tak terbendung amarahnya.

"Ok! Apa mau kamu sekarang?" tanya Lilga dengan muka yang sudah merah padam.

"Mau aku. PUTUS sama kamu" kata Wisnu dengan tegas dan penuh emosi.

"Nggak bisa gitu dong!" kata Lilga mencoba mencegah.

"Ya bisa lah. Aku berhak melakukan apapun sesuka hatiku. Aku bukan siapa-siapa kamu sekarang. Urusi urusan kamu yang nggak pernah ada habisnya" kata Wisnu dengan melemparkan bola basket dan berlalu pergi meninggalkan Lilga sendirian di tengah lapangan basket.

"Wisnu….Wisnu…. aku nggak terima kamu perlakukan aku seperti ini!" teriak Lilga. Kontan seluruh mata di sekeliling lapangan basket beralih pada dua sosok yang sedang melakukan gencatan senjata di tengah lapangan basket. Kejadian itu telah menjadi buah bibir satu sekolah dan telah menyebar seantero SMAK S'Loy. Terang saja sang idola sekolah telah putus dengan nenek sihir kutukan yang ada di SMAK S'Loy.

***

Puspa terperanjat saat dia secara tidak sengaja menyaksikan pertengkaran Wisnu dan Lilga di lapangan basket sekolah. Apalagi dia dengan jelas mendengar bahwa Wisnu memutuskan Lilga di depan seluruh anak-anak sekolah dan secara live. Seketika Puspa merubah arahnya yang awalnya ingin ke kantin, berganti mencari Amara. Puspa berlari mencari-cari Amara dengan penuh cemas, apalagi nama Amara disebut ketika pertengkaran Lilga dan Wisnu.

"Amara!" panggil Puspa yang mendapati Amara sedang sibuk di base camp extra teater.

"Apaan sih, Pus. Manggil kaya orang habis kesetanen gitu" jawab Amara yang sesaat menoleh ke arah asal suara tersebut dan kemudian kembali berkutat di depan laptopnya.

"Ada kabar spektakuler yang barusan aku lihat di kantin" terang Puspa dengan bersemangat.

"Emang ada apa, Pus? Segitu pentingnya itu berita" kata Amara dengan santai.

"Jelas dong, penting ini kabar paling spektakuler sepanjang abad S'Loy. Tau nggak! Wisnu udah putus sama Lilga. Barusan aja ditengah lapangan basket dan ditonton oleh banyak orang se S'Loy" terang Puspa dengan mimik muka seperti pemandu acara gossip di TV.

"Oh gitu" gumam Amara.

"Nama kamu disebut didalam pertengkaran mereka" kata Puspa melanjutkan.

"Bukan hal yang penting untukku"jawab Amara dengan santai.

"Tapi Mara. Ini bisa berbahaya untuk kamu. Kamu seperti percikan bara api ditengah mereka" lanjut Puspa.

"Santai aja, Puspa" jawab Amara dengan tersenyum pada Puspa.

"Bagaimana kalau Lilga menyakiti kamu? Kamu tahu sendiri kan dia seperti apa? Dia tukang pembuat onar" Puspa mulai mengkhawatirkan Amara jikalau Lilga merundung Amara setelah pertengkaran mereka di lapangan basket.

"Hahaha, Puspa aku bukan anak kecil lagi yang tidak bisa melawan Lilga. Lagipula itu bukan hal perlu aku khawatirkan" kata Amara yang beranjak dari temoat duduknya dan merangkul Puspa.

"Kenapa kamu bisa setenang ini sih?" tanya Puspa heran.

"Lagipula buat apa aku khawatir. Pentingkah untukku saat ini?" tanya Amara kembali pada Puspa.

"Ih… jangan bilang kamu seneng mereka berdua bisa putus. Kamu kan bisa deket sama Wisnu dengan leluasa" kata Puspa dengan jengkel melihat sikap sahabatnya yang tanpa ekspresi.

"Apa maksud kamu?" tanya Amara.

"Nggak usah ngeles deh! Semenjak di UKS itu kan kalian sering kepergok ngobrol berdua. Akrab pula kelihatannya. Terus sore-sore itu sewaktu kamu nunggu Tante Rina, kamu ditemeni Wisnu, kan? Terus malamnya dia kerumah kamu yang alasannya cuma pengen balikin notes kamu yang jatuh. Ngaku aja deh, Mar" jawab Puspa dengan mengelurkan sejumlah pertanyaan yang tidak ada jedanya. Amara yang saat itu terhenyak kaget dan menimbulkan efek muka memerah.

"Ah! Ngaco kamu! Tau darimana kamu?" tanya Amara heran dan berusaha menyembunyikan mukanya yang malu.

"Tante Rina! Tadi sewaktu ketemu habis nganterin kamu ke sekolah. Hahahahhahah… ketahuan kamu! Ngaku aja!" ledek Puspa dengan tawa yang meledak.

"Puspaaaa reseeeekkk….. Tanteeeeee reseeekkkk...." Geram Amara yang pada saat itu disusul Puspa yang kabur.